Kesuksesan Identik dengan Kekayaan, Tak Selalu Benar

Fimela Editor diperbarui 18 Okt 2012, 07:59 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Entah kenapa makna kesuksesan yang begitu luas bisa jadi hanya berkaitan dengan pencapaian materi. Seseorang dikatakan sukses jika kaya-raya, punya harta berlimpah. Sementara keberhasilan lebih mengacu pada pencapaian harapan dan mimpi. Apakah itu artinya harapan, mimpi, usaha tiap orang selalu sama: materi? Kita tak boleh munafik, menyangkal bahwa kita juga membutuhkan materi. Tapi, rupanya materi tak selalu jadi tujuan utama dalam hidup. Materi dicari dan diperjuangkan sebatas untuk menunjang hidup dan mewujudkan rencana masa depan.

Leonardo Kamilius, owner Koperasi Kasih Indonesia (KKI), misalnya. Di usianya yang masih terbilang muda, 26 tahun, ia sudah menentukan tujuan hidupnya, yaitu mengembangkan bisnis sosial dan meninggalkan kariernya sebagai business analyst  perusahaan konsultan manajemen terkemuka. Apakah itu berarti Leon telah gagal? Menutup sendiri gerbang menuju kesuksesannya? Tidak. Papar Leon, “Bisnis sosial ini adalah suatu institusi yang tujuan utamanya bukan keuntungan, tapi mengatasi isu sosial tertentu yang menjalin relasinya bukan dengan cara memberi seperti kebanyakan LSM, melainkan dengan cara bisnis. Wah, saya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Di satu sisi saya ingin melakukan kegiatan sosial, di sisi lain saya juga suka berbisnis. Karenanya saya mendirikan KKI,” Leon melanjutkan, “Saya justru merasa lebih bahagia dan puas. Kalau kebahagiaan identik dengan uang, saya malah kehilangan gaji. Menariknya, saya baru sadar bahwa saya lebih bersemangat bekerja di sini. Mungkin memang itu passion saya. Ada hal lain yang saya kejar selain uang. Ketika kita dipercaya punya talenta atau rezeki berlebih, kita harus ingat di dalamnya ada bagian orang lain, karenanya jangan menutup mata.”

Leon tak sendiri, Priskilla Smith Jully memandang kesuksesan dengan cara yang berbeda pula. Terlahir tak bisa melihat, Priska bukannya menyerah, melainkan pilih mengabdikan hidup untuk sesama. Kepahitan masa lalu yang membuatnya sempat merasa terbuang mendorongnya menampung para penyandang cacat, orang terlantar, dan penderita gangguan jiwa di shelter yang ia namakan The School of Life (TSoL). “Kenapa ketika itu saya berani, saya juga bingung. Pertama kali di hati rasanya ada panggilan bahwa saya harus mengabdikan hidup pada Tuhan dan sesama,” kenang Priska. Kini ia sukses mewujudkan apa yang menjadi panggilan jiwanya. Di TSoL, Priska menemukan kebahagiaan dan terus bersemangat menerima “anggota” baru.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Lebih bahagia, puas, bersemangat, dan yang terpenting sesuai dengan passion. Itulah kesuksesan. Mengerjakan segalanya dengan semangat dan dari hati melahirkan kebahagiaan tak terkira. Leon sudah menemukan apa yang dia cari dan berhasil di sana, demikian juga dengan Priskilla. Hal lain yang dikejar mereka selain uang, yaitu passion, sudah berhasil mereka dapatkan. Lagipula, berkaca dari Leon, hidup dengan materi berlimpah nyatanya belum tentu bahagia. Bekerja dengan sukacita secara tak sadar juga membuka banyak peluang untuk berkembang.

"Lebih bahagia, puas, bersemangat, dan yang terpenting sesuai dengan passion. Itulah kesuksesan."

Pikiran positif melahirkan hal-hal positif. Terbukti, baru berdiri tahun 2011, KKI sudah berhasil “menjaring” ratusan anggota dan jumlah donatur yang terus bertambah. Sementara TSoL yang didirikan sejak 2006 juga berhasil “merawat” hampir 100 orang.

Percaya kan, kesuksesan tak identik dengan materi? Kekayaan adalah kesuksesan bagi mereka yang memang memimpikannya, sementara orang-orang yang berhasil menjalankan misi hidup juga sangat layak dikatakan sukses. Kesuksesan berujung pada kebahagiaan, sehingga siapa pun yang berhasil mencapai kebahagiaan melalui cara masing-masing, bahkan bisa turut membahagiakan orang lain, adalah kesuksesan yang sesungguhnya.