Salah Paham tentang Payudara Selama Ini, Cek Kebenarannya!

Fimela Editor diperbarui 15 Okt 2012, 11:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

1. Mamografi itu sakit dan berbahaya karena menggunakan radiasi

Pemeriksaan dini secara berkala menjadi penyelamat pertama bagi siapapun yang mendapati dirinya terkena kanker payudara. Selain memeriksa payudara sendiri sebagai aksi pencegahan pertama, pemeriksaan secara klinis dengan mammografi juga sangat disarankan. Namun, beredar anggapan bahwa melakukan mammogram rasanya sakit karena payudara ditekan sedemikian rupa. Padahal, penekanan selama beberapa detik itu ada tujuannya, yaitu agar radiasi bisa menembus bagian payudara dari bawah ke atas dimana bila tidak dipipihkan, maka jarak yang harus ditempuh akan semakin jauh dan diperlukan radiasi yang semakin besar. Yang membuat mammografi tidak akan sakit yaitu bila dilakukan di waktu yang tepat, minimal seminggu setelah menstruasi. Jangan datang untuk melakukan mammogram di saat seminggu sebelum menstruasi, karena di saat itu biasanya payudara sudah terasa sakit dan terasa penuh karena akan menjelang menstruasi. Mammogram sebenarnya juga nggak berbahaya, karena walaupun menggunakan radiasi, kadarnya sangat kecil dari dosis letal atau takaran normal sebuah bahan kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh makhluk hidup.

3 dari 5 halaman

Next

 

2. Ketika divonis menderita kanker payudara, pasti akan berujung kematian

Dalam dunia kanker payudara pada khususnya, terdapat platform “5 years survival rate”, dimana itu sangat ditentukan dari di stadium berapa kita pertama diketahui terkena kanker payudara. Bila seseorang memeriksakan diri dan diketahui masih berada di stadium 1, kemungkinan untuk bisa mencapai 5 years survival sebesar 98 persen, beda ceritanya ketika seseorang terlambat memeriksakan diri dan sudah berada di stadium 3, kemungkinannya hanya 48 persen. Apalagi, kalau sudah berada di stadium 4, porsinya untuk bertahan hingga 5 tahun ke depan adalah 19 persen. Istilah “5 years survival” ini bukan berarti penderita hanya bisa bertahan hidup hingga 5 tahun ke depan, tapi ketika mereka bisa mencapai platform tersebut, kans untuk terus bertahan hidup bisa lebih besar lagi. Ini berarti, divonis kanker payudara bukanlah akhir dari segalanya, karena masih ada kemungkinan untuk bertahan hidup, asalkan kita sebagai pemilik tubuh ini berinisiatif memeriksakan diri mulai sekarang, tidak menunggu sakit atau gejala-gejala mencurigakan.

4 dari 5 halaman

Next

 

3. Biopsi sebagai tindakan untuk mengetahui lebih lanjut status kanker payudara yang diderita, adalah operasi besar yang terdiri dari tahap pembiusan dan pembedahan.

Ada satu pasien saya yang mengetahui kalau ia telah mengidap kanker payudara sejak setahun lalu,  tapi nggak berani memeriksakan diri lebih lanjut ke dokter karena takut dibiopsi. Di bayangan kepalanya serta menurut informasi dari orang-orang sekitar, biopsi adalah operasi besar dengan melewati proses pembiusan dan pemotongan. Yang ia tidak tahu dan banyak orang lainnya adalah, teknologi medis kini sudah semakin canggih, termasuk biopsi. Kini melakukan biopsi sudah ada beberapa opsinya, salah satunya adalah Core needle biopsy. Dengan teknik ini, akurasi hasil terjamin tinggi, prosedurnya hanya sekitar 5-10 menit, dilakukan di kamar praktek dokter spesialis bedah payudara, bukan di ruang operasi, tidak perlu dibius total, yang artinya tidak diperlukan biaya tambahan untuk jasa anestesi dan biaya kamar rawat inap, setelah itu pasien bisa langsung pulang. It’s really not a surgery, but a biopsy. Masalahnya adalah, teknik pengobatan kanker payudara yang sebenarnya simple dan nggak berbiaya besar ini, kurang dimasyarakatkan, belum lagi ditambah dengan ketakutan-ketakutan tak beralasan untuk memeriksakan diri.

5 dari 5 halaman

Next

 

4. Ketika divonis kanker payudara, segala keputusan medis hanya akan ditentukan oleh dokter. Sebagai pasien, hanya bisa tinggal diam dan menurut.

Bukan zamannya lagi kita sebagai dokter hanya memberikan informasi satu arah. Era telah berubah dimana pasien menginginkan dokter yang bisa diajak bertukar pikiran dan memberikan kesempatan untuk memilih. Bila hasil mammogram seseorang menunjukkan sesuatu, atau ketika hasil biopsi telah didapatkan, pasien diharapkan datang beserta keluarganya menghadap dokter. Setelah itu, dokter memaparkan hasil yang ditemukan, memberi tahu setiap opsi yang tersedia disertai dengan penjelasan tentang apa plus minus pilihan tersebut, lalu menyerahkan kepada pasien dan keluarga untuk memilih yang mana. Sebagai dokter, pasien juga akan sangat dibebaskan untuk mencari informasi dan mendapatkan opini lain dari dokter berbeda. Asalkan  itu berdasarkan pada inisiatif mereka untuk menyembuhkan diri di jalur medis yang benar, bukan pengobatan alternatif yang nggak terjamin keamanannya, pasien boleh saja melakukannya. Pasien harus dibuat senyaman mungkin untuk setiap pilihan yang mereka buat.