Perupa Leonardiansyah Allenda, Kemas Hiruk-Pikuk Jakarta dalam Rekonstruksi Furniture

Fimela Editor diperbarui 04 Okt 2012, 10:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Dibuka tanggal 29 September lalu, pameran tunggal lelaki lulusan seni patung Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, digelar selama dua pekan hingga 13 Oktober 2012. Dari karya-karya yang pernah ia ikut sertakan dalam pameran-pameran sebelumnya, bisa dikatakan lelaki kelahiran 1986 ini memperlihatkan praktik seni rupa kontemporer.

Leo biasanya menggunakan benda-benda industri maupun domestik sebagai elemen utama dalam karyanya. Kemudian rekonstruksi atau rombak ulang ia lakukan untuk menciptakan sebuah karya atau benda baru yang ia anggap bisa menyuarakan pendapatnya terhadap sebuah isu yang tengah menjadi concern-nya.

3 dari 4 halaman

Next

“Akhir-akhir ini saya tertarik dan mencoba memahami apa yang disebut dengan realitas dua dimensi. Pada satu proyek karya, saya mendefinisikan realitas dua dimensi sebagai keadaan ketika saya hanya meraba-raba realitas yang dialami. Saya tidak ingin mencoba memahami apa yang terjadi dalam ruang sosial, artinya tidak berusaha melihat satu objek dari berbagai sisi,” ujar Leo.

Dalam pameran ‘Made In Heaven’ Leo menggunakan gergaji sebagai elemen utama dalam karya yang dipamerkannya. Kursi , piringan gergaji, pisau, mesin absensi, dan elemen lainnya merupakan benda-benda yang bisa jadi terkait satu sama lain dan memiliki makna tersendiri bagi kita.

4 dari 4 halaman

Next

Benda-benda furniture tersebut dipilih Leo untuk menyuarakan pendapatnya tentang kehidupan metropolis di Jakarta. “Jika saya berkhayal menjadi pemilik pabrik furniture, saya akan mencoba  menghitung berapa banyak supply yang dibutuhkan untuk memuaskan mimpi atau keinginan setiap orang yang akan membangun surga kecil mereka di Jakarta," Leo menjelaskan. Leo juga mengaku idiom-idiom yang ia tampilkan dalam pameran ini berasal dari pengalamannya selama berproses di pabrik furniture.