Next
Bagi Chairunnisa, seorang sutradara muda yang ada di balik layar film Purnama Di Pesisir, membuat film dokumenter merupakan keasyikan tersendiri karena cukup banyak tantangan yang harus dihadapi. “Jujur, sebenarnya saya lebih suka menggarap film dokumenter. Karena saat menggarap film dokumenter kita memunyai tantangan tersendiri, yakni ketika kita dihadapkan pada sumber daya yang seadanya dan kita harus berpikir bagaimana cara mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik,” ujar perempuan yang biasa disapa Ilun pada FIMELA.com
What's On Fimela
powered by
Next
“Saya nggak pernah nonton film dokumenter. Kali pertama menonton film dokumenter waktu di sekolah memutar film The Conductor. Hm, jujur awalnya sih saya nggak mengerti. Tapi, lama-kelamaan setelah mengikuti film, saya bisa mengerti keseluruhan isi dan cukup menikmati film. Mungkin itu juga karena filmnya nggak terlalu serius kali ya. Saya nggak tahu bagaimana jadinya kalau waktu itu yang diputar adalah film dokumenter yang bermuatan sejarah. Tapi, tetap saja jika dihadapkan pada dua pilihan, film dokumenter atau film komersil. Tapi, boleh sih buat nonton film dokumenter lagi nantinya,” ujar Karina, 17 tahun.
Next
Subjektif memang jika kita sudah berbicara tentang selera. Diterima atau nggaknya satu film di pasar tentu tergantung selera masyarakat secara dominan. Pro kontra pastinya nggak bisa lepas dari semua peristiwa yang terjadi. Ada yang suka dan ada yang tidak suka, bagaimana pun kondisinya, terbukti bahwa cukup banyak masyarakat Indonesia yang tertarik dengan film dokumenter terlihat dari semakin maraknya ragam film ini.