Next
Jakarta Hingga saat ini masih banyak orang yang salah kaprah dan memberikan jawaban ngaco jika ditanya tentang 'batik'. Batik berasal dari gabungan dua buah kata 'amba' dan 'titik' yang artinya membuat titik. Dulu, batik hanya dibuat dengan cara ditulis tangan. Namun, seiring dengan berkembangnya jaman, saat ini selain diproduksi dengan cara tradisional, batik juga bisa diproduksi dengan cara dicap. Tentunya kualitas dan harga kedua jenis batik ini pun berbeda dilihat dari tingkat kesulitan pembuatannya.
Teknik membatik sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Batik bukan hanya warisan budaya milik Indonesia, teknik ini juga dikenal di negara-negara Afrika dan juga Asia lainnya, seperti India, Thailand, dan Malaysia. Namun tentu, di setiap negara, batik memunyai ciri khas tersendiri yang pasti tidak dimiliki negara lain. Jangankan di tiap negara, di Indonesia pun batik di setiap daerah berbeda-beda. Batik Solo, Pekalongan, Jogja, dan Cirebon tentu memiliki ciri khas masing-masing yang hanya bisa diproduksi oleh masyarakat lokal setempat karena biasanya setiap motif batik memiliki makna tersendiri bagi masyarakat daerah asal.
What's On Fimela
powered by
Next
Sebelum muncul gembar-gembor batik akan diklaim sebagai warisan budaya milik negeri tetangga, rasanya sangat sedikit orang yang concern terhadap warisan budaya nonbenda yang satu ini. Namun, setelah akhirnya UNESCO menetapkan bahwa batik merupakan warisan asli budaya Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009, perlahan kesadaran masyarakat terhadap kehadiran batik pun mulai tergugah, walaupun masih ada juga orang yang beranggapan bahwa batik hanya bisa digunakan saat acara-acara resmi tertentu dan terkesan tua.
Padahal, sekarang ini batik sudah hadir dalam berbagai bentuk kemasan fashion yang sangat modern. Kain batik banyak disulap dalam berbagai bentuk pakaian modern yang bisa dikenakan sehari-hari, mulai dari model dress, blouse, hingga bentuk blazer. Batik-batik tersebut juga bisa diraih dengan range harga bervariasi, mulai dari yang murah, puluhan ribu rupiah, hingga batik kualitas terbaik dengan harga jutaan rupiah.
Next
“Entah sejak kapan saya mulai tertarik pada batik. Yang jelas mungkin karena waktu itu nenek saya memang memiliki cukup banyak koleksi batik jadi saya tertarik pada batik. Dulu awalnya saya memang sengaja berburu batik ke berbagai tempat, tapi sekarang saya sering dikirimi batik karena memang banyak orang yang tahu saya suka batik. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak koleksi batik saya di rumah, yang jelas 2 lemari besar saya perlukan untuk menyimpan koleksi batik saya,” ujar Shinta Dhanuwardoyo, penggiat bisnis digital dan juga kolektor batik.
Bukan hanya itu, saat ini para desainer muda Indonesia juga banyak yang menggunakan motif batik pada barang-barang fashion yang mereka ciptakan. Sebut saja fashion line Lazuli Sarae milik desainer muda asal Bandung dan juga Tik Shirt milik Iwet Ramadhan. Tanpa harus terkesan kuno dan tua, mereka mengaplikasikan batik sebagai motif utama pada barang-barang fashion mereka, mulai dari kemeja, kaos, kalung-kalung, celana, dan berbagai barang fashion lain. “Saya sangat menyayangkan masih ada yang menganggap batik sebagai barang kuno. Padahal, sekarang ini kan banyak banget pakaian-pakaian modern yang dibuat dari barang batik dan membuat batik tidak lagi terkesan tua dan tradisional dan bisa digunakan sehari-hari. Saya yakin setiap desainer Indonesia pasti ada salah satu koleksi mereka yang menggunakan kain ataupun motif batik,”tutur Shinta.
Berbeda dengan Shinta, Iwet Ramadhan yang juga sangat tergila-gila pada batik justru setuju jika orang-orang berpendapat bahwa batik identik dengan kuno, tua, dan tradisional. “Saya setuju jika dikatakan batik identik dengan tua, tradisional, kuno, dan formal. Karena memang banyak sekali filosofi di balik sebuah kain batik. Banyak doa, harapan, dan aturan di balik kain batik. Dan justru saya memang ingin menekankan kembali kesan tua, tradisional, formal, dan kuno dari sebuah kain batik karena menurut saya masyarakat Indonesia saat ini sudah terlalu bebas dan sok ikut-ikutan globalisasi hingga mereka tidak mengenal budaya sendiri,” ujar Iwet Ramadhan saat dihubungi melalui telepon. Di Hari Batik Nasional ini, Iwet bekerja sama dengan beberapa pihak untuk membantu para pengrajin batik di Indonesia yang saat ini semakin memprihatinkan melalui social media.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sejak dahulu hingga saat ini batik mengalami pergeseran fungsi. Agar bisa membawa batik dalam keseharian, kita memilih beragam kain dan motif batik yang dikemas dalam bentuk barang fashion lucu. Jangan hanya mengenakan pakaian dan barang fashion batik hanya saat hari Jumat dan juga Hari Batik Nasional. Mulai kenali dan cintai batik dengan menjadikan batik sebagai bagian dari keseharian kita. Dan, Selamat Hari Batik Nasional!