Next
Kini, wilayah Kampung Tugu, yang mungkin, dahulu merupakan perkampungan besar berubah menjadi sebua kawasan cagar budaya yang hanya terdiri dari bangunan Gereja Tugu, pemakaman, rumah tinggal pendeta, ruang serba guna, dan juga sekretariat gereja. Pak Yusuf, security yang menjaga pintu masuk di Kampung Tugu, mengatakan memang banyak warga daerah Kampung Tugu yang direlokasikan ke tempat lain di sekitar Kampung Tugu.
Next
Begitu masuk ke Kampung Tugu, kita akan langsung disambut dengan deretan makam. "Nggak bisa sembarang orang dikubur di sini. Cuma orang-orang yang berasal dari Komunitas Tugu yang boleh dimakamkan di makam ini," ujar Pak Yusuf menjelaskan. Bersebrangan dengan makam terdapat sebuah rumah dinas pendeta Gereja Tugu. Walaupun rumah ini merupakan bangunan baru, namun tetap saja desain rumah dibuat layaknya rumah khas tempo dulu.
Next
Beruntung saat kami datang, coster (sebutan untuk penjaga Gereja Tugu) sedang membersihkan gereja untuk mempersiapkan kebaktian hari Minggu sehingga kami bisa mengintip gereja dari dalam. Mulai dari gagang pintu masuk gereja, jendela, hingga mimbar gereja pun masih merupakan peninggalan jaman Belanda. Setiap hari Minggu, Gereja Tugu mengadakan 3 kali kebaktian dan setiap kali kebaktian, gereja ini bisa menampung hingga sekitar 150 orang jemaat. Berbeda dengan makam di areal Gereja Tugu yang "eksklusif", setiap orang bebas untuk beribadah di dalam Gereja Tugu, tanpa harus melihat keanggotaan Komunitas Tugu.
Next
Nah, buat kamu yang penasaran ingin jalan-jalan di Kampung Tugu, kamu bisa datang ke sini kapan pun kamu mau. Namun, untuk mengambil gambar di wilayah Kampung Tugu dan masuk ke dalam Gereja Tugu, kamu harus terlebih dahulu membuat surat permohonan ijin yang ditujukan ke sekretariat gereja. So, selamat mengeksplorasi Kampung Tugu dan tunggu destinasi sejarah lainnya.