Perjuangan Inul Daratista: "Saya Ingin Menjadi Penyanyi, Istri & Ibu yang Sukses"

Fimela Editor diperbarui 27 Sep 2012, 04:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Saya masih penyanyi yang laku keras

Setelah melahirkan tiga tahun lalu, saya memang memiilih vakum untuk sementara waktu karena ingin fokus dulu dengan anak saya. Dia anak “mahal” yang perjuangan untuk mendapatkannya  susah. Di masa vakum itulah berhembus rumor kalau saya sudah tidak laku lagi hingga harus menjual rumah dan pulang kampung. Terdengarnya memang seperti rumor biasa, tapi itu sebenarnya ada imbasnya untuk saya pribadi. Saya yang sebenarnya masih menerima tawaran menyanyi off air, menjadi sepi job karena penyelenggara acara termakan dengan rumor itu dan takut kalau mengajak saya ke acara mereka nanti tidak laku atau tidak menarik untuk dikunjungi.

Tapi saya nggak mau dikalahkan dengan gosip tak jelas itu. Saya perkuat bisnis karaoke saya untuk membuktikan kalau saya belum menyerah berjuang hidup di Ibukota. Sampil memperkuat bisnis, saya sebenarnya juga sudah mulai banyak lagi mendapatkan tawaran menyanyi walaupun penampilan saya pascamelahirkan belum kembali seperti semula. Saya berolahraga dan mengatur makan untuk mengembalikan tubuh saya, hingga bisa kembali eksis seperti sekarang. Membuktikan kalau karier menyanyi saya masih berjalan, tidak berhenti.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

Bisnis karaoke adalah investasi jangka panjang saya

Perkembangan Inul Vizta, jaringan karaoke yang saya punya, berkembang dengan sangat baik. Dalam perjalanannya selama enam tahun terakhir ini, outletnya akan mencapai 120 buah di seluruh Indonesia. Kalau mengingat saat saya memulai bisnis ini, nggak terbayang bisa seperti ini suksesnya. Saya yang dulu masih sangat “hijau” di Jakarta, didatangi oleh dua orang pengusaha asal China dan Korea yang menawarkan saya untuk membeli usaha karaoke “plus-plus” mereka. Mereka memilih saya sebagai calon pembeli potensial karena dikiranya saya punya uang banyak, padahal saat itu saya sedang dirudung masalah pencekalan dan hanya punya tabungan yang nggak banyak. Setelah berdiskusi panjang dan berniat baik untuk mengubah image karaoke yang mesum menjadi tempat hiburan keluarga, saya beli juga tempat karaoke yang hampir bangkrut itu. Mulailah perjalanan saya sebagai seseorang yang amatir di bidang bisnis mencemplungkan diri ke dunia yang saya nggak tahu sama sekali. Mengurus surat izin usaha, merenovasi bangunan, sampai menentukan konsep Inul Vizta seperti apa, saya dan Mas Adam berjuang berdua. Untunglah masih ada saja orang baik yang membantu kami dan memudahkan urusan tetek bengek yang memusingkan.

Alhamdulillah, bisnis ini berkembang sangat baik. Saya bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk banyak orang, dan secara pendidikan mereka lebih baik dari saya. Antara minder dan bangga, saya yang bersekolah Cuma sampai  SMP tanpa punya ijazah, bisa memiliki anak buah yang pendidikannya S2. Saya kini bisa memperlihatkan kalau Inul yang anak desa bisa merantau di kota orang dan pulang kampung dalam keadaan yang jauh lebih baik. Dengan berbagai bisnis yang saya jalani, kini saya menjadi Inul yang bukan hanya menyanyi, tapi juga orang kantoran. Setiap Senin saya ngantor dari pagi hingga siang untuk ikut memimpin rapat dan memeriksa jalannya usaha saya. Kesuksesan ini sama sekali bukan untuk disombongkan, tapi justru terus mengingatkan pada saya kalau semua ini begitu mudah hilang dalam sekejap karena diambil kembali oleh Tuhan.

4 dari 4 halaman

Next

Tanpa suami, saya bukan apa-apa

Bila nggak ada Mas Adam di samping saya selama ini, kehidupan saya mungkin timpang. Selalu bekerja berdua, saya bisa berada di posisi seperti sekarang ini sebagian besar juga berkat jasanya. Kalau ingin berterima kasih, dia jugalah yang jadi pihak utama yang saya sampaikan rasa terima kasihnya. Memang, dia hanya bergerak di belakang panggung dan saya yang terlihat bekerja, namun dukungan moral dan bantuan tanpa meminta balas jasa yang dia lakukan, sungguh nggak ternilai. Masa-masa susah seperti itu yang selalu saya ingat supaya ketika menghadapi cekcok rumah tangga, nggak meributkannya hingga berlarut-larut. Ini juga menguatkan rumah tangga kami ketika digoda pihak ketiga. Saya ataupun Mas Adam nggak mudah terbakar cemburu karena kami sudah kuat dari dasarnya, tidak mudah tercerai-berai.

Dengan lamanya kami menikah, kami juga bisa tahu bagaimana perasaan masing-masing. Seperti masalah finansial yang sangat sensitif disinggung untuk siapa saja, termasuk suami yang sudah saya nikahi bertahun-tahun. Saya mengikuti ajaran agama kalau rezeki yang didapatkan selama kami menikah adalah milik bersama, bukan dikuasai satu pihak. Atau, ketika mengiyakan tawaran show, saya pasti menanyakan izin Mas Adam terlebih dahulu karena saya nggak ingin melangkahi perannya sebagai manajer saya. Saya ingin sukses sebagai istri yang berbakti pada suami, seiring dengan perjalanan karier saya.