Perlakukan Buku dan Twitter Lebih Positif: Berbagi Pengalaman Pribadi untuk Tingkatkan Motivasi

Fimela Editor diperbarui 26 Sep 2012, 10:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas: Disabilitas, bukan Aib untuk Disembunyikan

Adalah Angkie Yudistia, perempuan berusia 25 tahun yan telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk beraktivitas dan mencapai mimpi. Setelah divonis kehilangan pendengarannya pada saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Angkie sempat mendapatkan perlakuan berbeda dari teman-temannya. Namun, itu semua tidak menyurutkan semangat Angkie untuk terus mengejar mimpinya.

Angkie membuktikan bahwa perlakuan khusus ia terima tidak berpengaruh pada kehidupannya. Nyatanya, walaupun sempat mengalami penolakan-penolakan dengan alasan keterbatasan pendengaran, kini Angkie justru sukses mendirikan sebuah yayasan yang concern membantu para penyandang disabilitas. Selain itu Angkie juga mampu menamatkan pendidikannya hingga tingkat master dalam bidang komunikasi.

Perjalanan hidupnya sehari-hari inilah yang ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas. “Pada awalnya saya sering mencurahkan isi hati di buku diary, hanya hasil observasi dari kehidupan sehari - hari. Di dunia ini terdapat jutaan karakter manusia yang semuanya berbeda, tapi hal tersebut bagi saya unik. Sampai pada ketika (menurut saya) saya berhasil melewati masa -masa saat saya menacari jati diri, melewati banyak intrik kehidupan dan saya melihat masih banyak karakter lainnya yang tidak mengetahui bagaimana melewati tembok batas yang tinggi. Buku ini hadir untuk membantu mereka untuk menemukan cara menembus batas sebagai seorang perempuan tuna rungu ketika akan menggapai mimpinya,” ujar Angkie.

Melalui buku yang baru dikeluarkan pada akhir tahun lalu, Angkie mencoba untuk membangkitkan semangat penyandang disabilitas untuk terus maju dan juga membuka mata masyarakat tentang keberadaan para penyandang disabilitas. “Buku ini juga ditujukan untuk masyarakat agar mengubah persepsinya menggenai disabilitas. Disabilitas bukanlah aib untuk disembunyikan, kami ada disekitar dan berbaur bersama-sama,” Angkie menambahkan.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 

Payung Hitam: Potret Pincangnya Hukum Indonesia

Film Payung Hitam berisi dua buah kisah (diambil dari buku Payung Hitam) yang menceritakan kekerasan yang terjadi saat tahun 1998, ketika reformasi. Tahun 1998 menjadi titik awal pemerintahan baru, setelah lebih dari 30 tahun Indonesia berada di bawah bayang-bayang pemerintahan yang dinilai bobrok oleh masyarakat.

Salah satu kisah yang terdapat dalam payung hitam adalah kisah penembakan seorang mahasiswa dari Kampus Atma Jaya yang tertembak sebagai buntut dari kerusuhan Mei 1998. Adalah Wawan seorang mahasiswa yang tertembak pada bulan November 1998. Sumarsih, Ibu Wawan yang berprofesi sebagai PNS yang bekerja di Setjen DPR RI yang menuntut ditegakkannya keadilan atas penembakan putra pertamanya pada peristiwa 1998.

Pada bulan November 1998, kerusuhan kembali terjadi hampir di seluruh kota-kota besar Indonesia. Kondisi kerusuhan pada saat itu sangat parah hingga aparat memasuki area kampus tempat Wawan belajar. Wawan yang pada saat kerusuhan November 1998 terjadi sedang bertugas sebagai Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK), berusaha untuk menolong seorang mahasiswa yang terluka. Namun, pada saat Wawan mendekati korban, pada saat itu pula Wawan ditembak oleh aparat yang berada di dekatnya dan akhirnya meninggal.

Ketidakadilan yang dialami putranya inilah yang hendak diperjuangkan oleh Sumarsih. Untuk bergerak menuntut keadilan, Sumarsih pun menggalang keluarga-keluarga lain yang juga menjadi korban kekerasan pada tahun 1998. Akhirnya, Sumarsih berhasil menghimpun keluarga-keluarga korban untuk bersama-sama menuntut keadilan atas perlakuan yang mereka terima pada tahun 1998, mulai dari berdemo di depan gedung-gedung pemerintahan terkait hingga menyuarakan aspirasi mereka langsung ke wakil rakyat. Empat belas tahun berlalu, keadilan yang menjadi harapan para keluarga masih belum menemukan jalan terang. Namun, para keluarga tidak pernah berputus asa dalam memperjuangkan hak mereka.

4 dari 4 halaman

Next

MotivaTweet: "Kicauan Burung" Penyemangat Hari

 

Social media sudah nggak bisa lagi dilepaskan dari rutinitas harian kita. Seenggaknya, 3 kali dalam sehari kita pasti mengecek akun-akun social media milik kita. Setuju? Facebook dan Twitter merupakan dua social media dengan pengguna terbanyak di Indonesia.

Selain sebagai penghubung antarpengguna, social media kini sudah mengalami pergeseran fungsi yang lebih luas lagi. Banyak perusahaan, yayasan, lembaga, dan per orangan yang membuat akun social media, baik untuk kepentingan komersil maupun kepentingan sosial. @MotivaTweet salah satu akun di Twitter, tidak diketahui siapa pemiliknya, yang selalu mengeluarkan tweet-tweet motivasi untuk para follower-nya.

Hingga kini, @MotivaTweet sudah memiliki 138,398 followers. Bulan Mei lalu, akun @MotivaTweet meluncurkan sebuah buku motivasi berjudul Kicauan Si Burung ZUPER! Buku setebal 200 halaman lebih ini berisi kumpulan tweet-tweet yang selama ini dikeluarkan melalui akun @MotivaTweet. Nggak melulu soal bisnis dan pernikahan, buku Kicauan Si Burung ZUPER! juga berisi tentang motivasi-motivasi yang menyangkut aktivitas sehari-hari, misalnya saja permasalahan kuliah dan juga orangtua. Well, ternyata hanya berawal dari kumpulan tweet sederhana, buku Kicauan Si Burung ZUPER! akhirnya bisa dinikmati pembaca yang haus akan motivasi.