Usaha & Nasib Baik, Resep Sukses Jangka Panjang

Fimela Editor diperbarui 20 Sep 2012, 11:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

“Poinnya, orang beruntung sudah pasti sejahtera, sementara orang pintar belum tentu. Bukannya hidup memang untuk mencari kesejahteraan? Aku sih, kalau dianugerahi keberuntungan bakal lebih senang. Nggak perlu usaha apa pun, kan jadinya?” begitu komentar Widi, 24 tahun, yang bekerja di sebuah wedding organizer.

Kata beruntung sendiri memiliki banyak makna. Bisa bernasib baik atau mujur, bisa juga berhasil. Nah, di sinilah kemudian letak perbedaannya. Nasib baik bisa didapatkan oleh siapa pun tanpa syarat, artinya tidak harus pintar atau cerdik, tekun, rajin, apalagi disiplin. Sementara keberhasilan mengandung unsur usaha dan kepintaran kita melihat peluang. Keberuntungan tidak didapat secara instan, tapi hadiah atas tindakan nyata.

Tahukah kalian dengan Priskilla Smith Jully, perempuan tuna netra yang dengan segala keterbatasannya bisa mendirikan The School of Life, tempat untuk menampung dan belajar ratusan orang tersisih dan cacat fisik hingga mental? Ia sangat beruntung bisa menemukan jalan yang membuatnya mampu berbuat hal luar biasa, padahal berpendidikan pun tidak, ditambah kebutaan sejak lahir yang membuatnya bisa saja menjadi “orang yang biasa-biasa saja”. Tapi, bukan cuma keberuntungan yang membuat usahanya itu makin dihargai orang lain. Priskilla harus pintar-pintar memanfaatkan jalan terbuka untuknya. Ia selalu berujar, “Jangan pernah mencari alasan untuk tidak berbuat apa pun, apalagi menyerah karena keadaan. Sebagai perempuan, kita bisa jadi sangat kuat jika mau berusaha, berkarya dan terus maju.” Jadi, keberuntungan Priska adalah keberuntungan yang didapat bukan secara tiba-tiba, melainkan lewat kepandaian dan kepekaannya memanfaatkan momen, reaktif terhadap kesempatan yang ada.

3 dari 4 halaman

Next

Keberuntungan tidak datang karena harapan, ia datang sesuka hati pada orang-orang yang menduganya pun tidak, dengan atau tanpa usaha. So, keberuntungan yang datang instan tanpa usaha hanya akan memberikan kesejahteraan secara instan pula, karena kita tidak pintar memanfaatkannya. Ini pernah dialami oleh Rakhma Sinseria dan Odi Anindito, pasangan suami-istri pemilik Coffee Toffee. Usaha coffee booth yang dibangun dari bawah dalam waktu singkat sukses dan tersebar di beberapa tempat, tapi karena lengah karena merasa keberuntungan sudah diraih, usaha mereka tak mampu mengikuti keinginan pasar. Kualitas minuman yang standar dan tidak adanya fasilitas pendukung, seperti tempat nongkrong dan WiFi, membuat para pelanggan perlahan pergi, menyebabkan satu per satu booth terpaksa ditutup dan usaha mereka pun bangkrut. Dari sanalah mereka bangkit, belajar dari kegagalan mereka berjuang memutar otak dan berhasil menggapai keberuntungan yang berikutnya hingga sesukses sekarang. “Kalau bicara kesuksesan untuk saat ini memang cukup, tapi belum bisa disebut benar-benar sukses karena masih banyak yang harus dilakukan,” kata Rakhma menyemangati diri sendiri.

4 dari 4 halaman

Next

Ini membuktikan bahwa keberuntungan bisa saja tiba-tiba datang tanpa perjuangan, tapi tak ada artinya bila tak dipertahankan atau digunakan sebagai modal untuk mendapatkan keberuntungan lain. Ada orang yang selalu memperoleh keberuntungan tanpa usaha, tapi masalahnya adalah tak semua orang terus-menerus punya kesempatan mendapatkan keberuntungan itu. “Kadang aku berpikir dunia ini tidak adil. Ada yang dilimpahi keberuntungan, tapi ada juga yang harus berusaha terus tanpa tahu akhirnya sukses atau tidak,” ungkap Tiara, 25 tahun, frontliner.

Berpikir positif, melakukan segalanya semaksimal mungkin, tak putus berharap, menjalin relasi sebanyak mungkin, dan tentu saja mendasari segalanya dengan doa. Itulah rahasia menuju keberuntungan. Tak kunjung datang, ya dikejar! Kita harus memandang keberuntungan dari sisi lain agar membangkitkan semangat untuk berusaha lebih keras. Tak mau kan, usaha mati-matian dan penantian panjang dipatahkan hanya oleh orang yang dalam sekejap beruntung tanpa melakukan usaha? Keberuntungan bisa jadi karib kita bila kita pun selalu berjuang untuknya. So, tak perlu memilih mau jadi orang yang pintar atau beruntung. Jadilah orang pintar yang beruntung. Dengan kepintaran, kita bisa melihat dengan jeli kapan dan pintu kesempatan menuju sukses mana yang sedang terbuka lebar. “Aku pribadi lebih suka mendapat ‘label’ orang pintar yang beruntung daripada hanya jadi orang beruntung,” tutup Tiara. Menurutmu bagaimana?