DIET DIARY: Tubuh Langsing Penyembuh Sakit Hati Perceraian

Fimela Editor diperbarui 14 Sep 2012, 11:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Amelia adalah perempuan berani. Ia berani memilih keluar dari pernikahan yang telah dijalaninya selama 12 tahun. Ia lalu berani menjual tulisannya tentang berbelanja “sampai mati,-istilah khususnya untuk jargon shop ‘til you drop-hingga menelurkan beberapa edisi lanjutan dan membuatnya penulis sukses. Kini ia berani mengakui bahwa bentuk tubuhnya selama ini memerlukan bantuan profesional agar bisa terlihat lebih menarik. Duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya, ia bercerita.

Saat saya menikah, saya murni seorang ibu rumah tangga yang mengabdi pada suami dan mau ikut diboyong ke Jambi. Di sana, saya terpisah jauh dari teman-teman saya. Saya berhenti bersosialisasi yang membuat saya juga tidak mengkhawatirkan sama sekali soal penampilan. Ditambah lagi, saya berada di daerah yang bebas dari tuntutan untuk berpenampilan cantik. Saya mau segendut apapun juga tidak akan dipedulikan oleh orang lain. Beda halnya kalau kita berada di Jakarta yang selalu ada saja “fashion police” untuk mengingatkan kita soal penampilan.

Sampai akhirny,  pernikahan saya ternyata tidak semulus yang diimpikan. Sudah memberikan tiga anak laki-laki untuk mantan suami, saya malah dikatai olehnya karung beras. Ya, itulah yang dikatakan oleh sang mantan tentang bentuk tubuh saya dan itu akan selalu saya ingat. Padahal kalau mengingat ke belakang, mantan suami pernah mengatakan kalau tidak ada masalah dengan bentuk tubuh saya. Asal saya sehat, katanya. Mendapat perkataan seperti itu, saya masih belum tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya tidak merasa memiliki masalah dengan tubuh saya. Keengganan saya untuk berubah juga didasari atas perselingkuhan mantan suami yang ternyata mendua dengan perempuan yang tidak langsing. Saya pun menyimpulkan bahwa laki-laki tidak selalu akan berselingkuh dengan perempuan yang lebih langsing daripada pasangan resminya.

3 dari 3 halaman

Next

 

Jadilah saya makin menggila dan tersesat. Saya makan apa saja yang saya mau dan tidak menjalankan pola diet apapun. Terkadang, saya memang mendapatkan pelecehan. Seperti kalau akan naik pesawat dan disangka hamil, atau ketika berada di toko pakaian, melihat-melihat model baju, dan langsung didekati oleh pramuniaga untuk mengatakan kalau ukuran saya untuk model tersebut tidak ada. Tetap saja, tidak ada yang menggelitik inisiatif saya untuk berubah. Sempat didekati oleh dokter bedah plastik Korea untuk me-make over saya habis-habisan, juga tidak jadi terealisasi karena saya tidak terlalu bersemangat untuk menanggapinya. Di situlah saya sadari kalau yang menggerakkan kita untuk berubah memang hanya diri sendiri. Bantuan dari orang lain itu hanya pelengkap, tapi pikiran kita yang jadi bosnya.

Sampai akhirnya, saya mau juga mengiyakan tawaran sebuah beauty centre. Namanya Hypoxi, sebuah cara pembentukan tubuh dengan alat yang diciptakan oleh seorang dokter dari Amerika. Saya harus berkomitmen penuh untuk Hypoxi ini, karena harus dilakukan secara teratur selama masa yang ditentukan, tidak boleh skip satu kali pun. Bila itu dilanggar, maka berat badan saya akan kembali naik. Ternyata, cara ini memberikan hasil yang sungguh fantastis. Berat badan awal saya yang 84 kilogram, kini sudah 78 kilogram dan itu akan terus turun menyusul latihannya yang terus saya jalankan. Memang tidak drastis turunnya, tapi lingkar perut, pinggang, pinggul, dan yang lain-lain, menyusut banyak, sehingga ikut membuat ukuran baju saya berubah. Saya yang biasanya mengenakan baju berukran 14, kini dengan bangganya bisa mengatakan I’m size 8! Saya harus beli banyak baju baru karena baju-baju lama kebesaran seperti daster.

Bisa dibilang, inilah keberhasilan terbesar saya dalam menurunkan berat badan. Bertahun-tahun menjadi orang gemuk, kini saya seperti lahir lagi menjadi perempuan baru dengan bentuk tubuh yang jauh lebih baik. Sakit hati akibat perceraian, dan juga perkataan mantan suami tentang bentuk tubuh, saya “balas” dengan pembuktian kalau saya bisa berubah. Yang saya rasakan kini adalah lebih bahagia dan pastinya lebih sehat. Itu pastinya juga karena pengaruh gaya hidup sehat saya yang tidak lagi makan gorengan, serta minuman dan makanan manis yang saya sukai selama ini. Efek perceraian yang menyakitkan itu, tidak ada lagi seiring bentuk tubuh baru saya.