Bos pun Bisa Berperan (Hanya) Sebagai Hiasan Kantor

Fimela Editor diperbarui 13 Sep 2012, 04:59 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Dalam mencari kerja, tidak sepenuhnya faktor kecerdasan berperan dan menentukan. Masih ada faktor keberuntungan dan koneksi yang menjembatani antara kamu dan pekerjaan di masa depan. Banyak orang cerdas yang hanya bisa mendapatkan pekerjaan dengan posisi pas-pasan karena mereka kurang beruntung tidak memiliki koneksi di perusahaan tertentu. Namun, ada juga orang dengan kemampuan pas-pasan atau bahkan minim bisa mendapatkan posisi tinggi di sebuah perusahaan. Tentu itu semua tidak terlepas dari faktor keberuntungan dan koneksi.

Nggak bisa dipungkiri bahwa koneksi dalam mencari pekerjaan memang sangat diperlukan. Koneksi memang terdengar agak sedikit negatif, tapi nggak semua koneksi memiliki arti negatif. Misalnya saja, kamu punya kerabat atau kolega di sebuah perusahaan yang memberikan informasi lowongan kerja di perusahaan tersebut dan dengan adanya informasi yang kamu peroleh, kamu mencoba melamar untuk menjadi bagian dalam perusahaan mereka. Selama kamu bisa mengikuti proses dengan normal dan wajar maka koneksi dari kerabatmu masih bersifat lazim. Kecuali jika dengan adanya mereka di perusahaan tersebut, kamu jadi bisa langsung masuk dan dibebaskan dari kewajiban seleksi karyawan.

3 dari 5 halaman

Next

 

Terkadang, koneksi yang bersifat negatiflah dan faktor keberuntungan tinggi yang membuat perusahaan memiliki sumber daya-sumber daya yang tidak memadai di perusahaan mereka, contohnya adalah para Bos yang hanya bersifat pajangan di kantor. Orang-orang seperti inilah yang malah tidak bisa hidup mandiri ketika mereka bekerja dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Ya, Bos-Bos hiasan kantor ini seringkali tidak bisa lepas dari anak buah mereka. Kenapa? Karena biasanya justru malah pekerjaan yang seharusnya menjadi bagian para Bos dikerjakan oleh anak buah mereka dengan sempurna. Di satu sisi, Si Bos tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan enggan untuk minta diajari oleh si anak buah dengan alasan gengsi. Dan di sisi lain, anak buah pun tidak mungkin menolak tugas yang diberikan oleh atasan mereka.

4 dari 5 halaman

Next

 

“Saya nggak bilang kalau Bos saya itu tidak berbobot, tapi memang setiap pekerjaan yang seharusnya ia kerjakan lebih banyak dan lebih sering dikerjakan oleh anak buahnya. Bahkan, untuk ide-ide baru pun lebih banyak dicetuskan oleh anak buahnya. Ya, bisa jadi Bos saya memang diibaratkan seperti pajangan di kantor dan hanya berfungsi saat bertemu klien dan membuka jalan. Karena selebihnya sudah ditangani oleh anak buahnya. Tapi, ada sisi baiknya juga sih karena dengan demikian kami bisa lebih pintar dan tahu lebih banyak hal dengan mengerjakan tugas yang seharusnya tidak kami kerjakan,” ujar Ari, 29, Account Executive sebuah media.

5 dari 5 halaman

Next

 

“Kebetulan saya bekerja dengan beberapa Bos expat, di antara mereka ada satu Bos yang memang saya anggap tidak ada. Bukan karena saya tidak menghargai Bos saya, tapi karena dia justru tidak menjalankan fungsinya sebagai Bos yang harus mengontrol jalannya pekerjaan anak buah. Lebih sering saya yang menyelesaikan pekerjaannya dan biasanya saya datang menemuinya hanya untuk meminta persetujuan dan sekadar FYI pekerjaan yang sudah saya selesaikan. Ya bisa dibilang ada ataupun nggak ada dia, sama sekali tidak berpengaruh pada pekerjaan saya karena toh saya juga yang menyelesaikan semuanya. Tapi, di sisi lain saya juga bersyukur karena dengan begitu saya bisa belajar lebih banyak lagi,” Sisi, 30, Marketing Communication sebuah perusahaan elektronik.

See, kalau kamu tidak pernah merasa punya Bos di kantor, ternyata kamu nggak sendirian. Banyak juga pekerja lain yang mengalami hal sama seperti kamu, harus menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya menjadi pekerjaan Bos mereka. Tapi, seperti apa yang dilakukan oleh Ari dan Sisi, akan lebih baik jika kita mengambil sisi positifnya bahwa kita bisa belajar lebih banyak di bidang yang kita geluti walaupun harus dibayar dengan keringat ekstra.