Alvin Adam, Lebih Sukses dengan Menjadi Teman Baik Para Selebriti

Fimela Editor diperbarui 03 Sep 2012, 04:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Ini bukan pekerjaan mudah

Saya pernah menjadi model, pemain sinetron, juga pembaca berita dan presenter. Dari semua profesi yang saya jalankan itu, nggak ada satu pun yang saya anggap mudah dan menggampangkannya, semuanya adalah pekerjaan serius. Maka, ketika ada anggapan bahwa profesi saya sebagai kreator/produser/presenter talkshow “Just Alvin” (JA) adalah mudah karena saya berasal dari dunia hiburan juga, yang notabene narasumber saya adalah teman saya juga, tidak sepenuhnya benar. Memang terlihat sederhana apa yang saya kerjakan di JA, tapi percayalah tidak sesederhana itu bila dilihat dari belakang layar. Apalagi, misi saya membuat JA adalah mengemas acara dengan konsep in depth interview karena saya kangen banget dengan acara berkonsep itu.

Acara entertainment talkshow yang ada sekarang bukanlah talkshow yang sesungguhnya, melainkan variety show yang di dalamnya ada talkshow. Saya ingin mengembalikan lagi dimana ada acara dengan konsep one-on-one interview dan narasumber yang diundang menjadi pusat perhatiannya dengan presenter sebagai medium. Bukan seperti yang ada di acara lainnya dimana presenternya yang malah lebih menonjol. Inilah makanya saya membuat JA dengan format awal, yaitu pure talkshow dengan konsep jurnalisme rasa kreasi saya yang membuat entertainment news sekalipun, punya nilai lebih yang bisa didapatkan dari penonton.

Orang yang beranggapan kalau membuat acara ini mudah, akan berubah pikiran kalau tahu apa kesulitan saya di tahun awal JA mengudara. Kritik pedas tentang posisi duduk antara saya dengan narasumber yang berjauhan, pemilihan warna ungu yang identik dengan JA, hingga tidak adanya penonton dalam acara ini, hanya sebagian dari komentar orang tentang acara saya. Padahal, membuat acara yang bagus dan nyaman tanpa harus dimeriahkan dengan tepuk tangan penonton, serta bisa menampilkan value lain dari seseorang, bukan suatu hal yang mudah. Memang benar narasumber yang datang adalah hasil personal approachment saya sebagai Alvin Adam, tapi tentu juga dibutuhkan keahlian lain untuk bisa mengemas itu menjadi sesuatu yang menarik dan berbeda dari acara lain.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

 

Profesi atas dasar asas kepercayaan

Banyak pujian kalau acara saya berbeda. Inilah yang saya sebut sebagai jurnalisme rasa, dimana saya bekerja memakai empati dengan memberikan narasumber saya kebebasan untuk berbicara. Karena, siapa pun orangnya, termasuk selebriti, harus merasa berada di tempat yang benar untuk berbicara. Untuk membuat mereka merasa seperti itu, saya harus bisa mendapatkan kepercayaan penuh dan betul-betul menjadi pendengar yang baik untuk para selebriti itu, karena mereka itu sebenarnya hanya ingin didengarkan. Alhasil, dengan formula seperti itu, setiap narasumber yang saya undang, datang dengan senang hati, duduk berhadapan dengan saya, dan ngomong di JA layaknya ngobrol antarteman.

Kepercayaan itu juga bisa saya dapatkan karena saya memahami apa artinya privasi. Saya tahu persis bagaimana rasanya berada di dunia hiburan, dimana saya nggak suka kehidupan pribadi saya diutak-atik dan dihakimi oleh orang lain. Di lain pihak, saya tetaplah seorang entertainment journalist yang harus bisa menghadirkan value lain dari dunia hiburan untuk saya teruskan informasinya kepada publik. Menancapkan kaki di dua tempat ini, membuat saya jadi bisa merasakan apa yang diinginkan penonton dari sebuah tayangan, serta bagaimana caranya menjaga perasaan selebriti yang menjadi narasumber saya agar mereka nggak merasa dieksploitasi, diinterogasi, atau diganggu kehidupannya.

Kepercayaan narasumber pada saya dan JA beberapa kali sudah terbukti. Seperti saat kasus sebuah foto acara pernikahan Tamara Bleszynsky dan Mike Lewis bocor, padahal foto-foto pernikahan mereka akan dilelang dan harus eksklusif. Saya sebagai satu-satunya jurnalis yang diundang ke sana, sempat disangka menjadi pihak yang membocorkannya. Tapi, sangkaan itu langsung disangkal oleh Tamara dan Mike sendiri dengan mengatakan bahwa saya nggak mungkin melakukan itu. Akhirnya diketahui bahwa itu bocor karena wedding singer di acara itu terlalu senang bisa berfoto dengan Tamara dan Mike hingga khilaf mem-publish foto itu di akun FB. Atau, kesediaan Tora Sudiro dan Mieke Amalia untuk bercerita tentang hubungan mereka, serta Cut Tary yang mau bercerita sendiri di acara saya pascakasus videonya dan justru membuatnya kembali bisa percaya diri. Tentu bukan hal yang gampang bisa mendapatkan kepercayaan seperti itu dan belum tentu bisa dilakukan oleh acara lain.

4 dari 5 halaman

Next

 

Pernah ada episode gagal

Pujian seringkali saya dapatkan setelah sebuah episode JA ditayangkan. Terlihat acara ini sukses dengan mulusnya, padahal sebenarnya ada juga gagalnya. Konsep JA yang bukan acara siaran langsung, punya alasan khusus. Itu karena saya ingin narasumber saya merasa bebas dan bisa berbicara lepas layaknya ngobrol dengan seorang teman. Sementara, kalau nanti ada terlontar kata-kata yang kurang tepat, akan saya edit sehingga setiap narasumber yang hadir di acara saya, dipastikan akan terlihat bagus di mata penonton. Makanya, saya nggak pernah ingin ada siapa pun di studio saat saya taping JA.

Namun, pernah suatu kali saat saya rekaman episode “Don’t Blame Me If I’m Sexy”, yang menampilkan Sarah Azhari, Kiki Fatmala, dan Yeyen Lidya, ternyata bisa disusupi oleh seorang jurnalis. Sontak, saat mereka melihat ada wartawan di situ, mereka yang tadinya lepas dan santai, otomatis langsung berperan sebagai selebriti lagi, tidak selepas sebelumnya. Jujur saja, saya pun mengakui, bahwa menjadi figur publik, memang membentuk kita menjadi seseorang yang ahli jaga image di depan orang-orang asing. Begitu pula yang dilakukan oleh narasumber saya saat itu dan saya nggak bisa menyalahkan itu. Makanya kalau mau jujur, menurut saya episode itu sedikit terasa gagal, walaupun tetap menarik dan ditayangkan, karena nggak mampu menampilkan value lain dari teman-teman saya yang menjadi narasumber episode itu seperti yang saya inginkan.

Saya berlaku sekeras itu pada diri saya karena saya adalah orang yang sangat perfeksionis dan pekerja keras. Seluruh tim saya sudah sangat tahu sifat saya ini, termasuk kebiasaan jelek saya yang tidak tahu waktu untuk menelepon mereka di tengah malam sekalipun kalau tiba-tiba saya mendapat ide untuk tema atau editing JA. Walau begitu, pada akhirnya saya malah mampu menularkan semangat kerja keras untuk tim saya karena kesuksesan akan datang beriringan dengan keloyalan dan kerja keras kita.

5 dari 5 halaman

Next

 

Prestasi saya bukan untuk menyombongkan diri

Menjelang tahun ketiga penayangannya, bisa dibilang acara yang saya ciptakan akhirnya diterima dengan baik dan untung secara komersil. Untuk sekarang, JA masuk dalam lima besar sebagai program dengan iklan termahal di Metro TV. Ini prestasi sendiri untuk saya, karena untuk ukuran entertainment talkshow di channel televisi khusus berita, ini bukanlah hal yang mudah. Keuntungan inilah yang membuat saya pernah setahun penuh aman secara finansial tanpa harus mengambil tawaran pekerjaan MC, yang biasanya malah menjadi “penolong” untuk pendapatan pribadi saya.

Bukan hanya dari JA, keterlibatan saya sebagai presenter di acara “Showbizz” juga memperluas lingkaran pertemanan saya, bukan hanya seputar selebriti lokal tapi juga artis internasional. Renée Zellweger, Keanu Reeves, Julia Roberts, Jet Li, Zhang Zi Yi, dan masih banyak lagi, adalah beberapa di antaranya. Kalau ditanya apakah itu “aset” saya untuk menyombongkan diri, saya tanya balik, untuk apa? Apa yang sudah bisa saya capai di waktu terdahulu dan sekarang, harus bisa memecut saya untuk meraih yang lebih lagi.

Justru sebenarnya, di balik profesi saya yang terlihat glamor ini, saya adalah pribadi yang sederhana. Saya adalah seorang anak yang sebenarnya sudah dibentuk di keluarga saya sejak kecil untuk menjadi story teller karena dilatih untuk menceritakan kembali aktivitas saya seharian penuh ngapain saja saat berkumpul santai di sore hari bersama saudara-saudara dan orang tua saya. Saya juga senang berteman dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, karena belakangan saya tahu bahwa arti Alvin yang menjadi nama saya selama ini, bermakna teman semua makhluk. Rupanya, orang tua saya sudah mengucapkan doa saat menamakan saya agar anaknya ini bisa berteman baik dengan banyak orang. Lebih berkah lagi, hasil pertemanan saya itu, bisa mendatangkan nilai lebih yang memberi makna untuk orang lain.