Next
Beberapa bulan lalu, sebuah toko permen customize dari Singapura, Sticky, masuk meramaikan pasar permen di Indonesia. Yang menarik dari toko permen ini adalah permen dibuat setiap hari dengan proses pembuatan di depan counter sehingga para konsumen pun bisa menyaksikan bagaimana permen yang akan mereka konsumsi diproduksi.
What's On Fimela
powered by
Next
Jika hanya melihat sepintas, mungkin kita hanya melihat bahwa Candy Maker hanya bertugas menyatukan kembang gula dengan berbagai warna dan mengubahnya menjadi bentuk lollipop atau potongan permen kecil. Namun ternyata, sebelum menjadi kembang gula yang bisa dibentuk dan ditarik sedemikian rupa, seorang Candy Maker harus terlebih dahulu berhadapan dengan gula cair mendidih yang harus mereka beri warna. Dan bekerja dengan bahan baku panas pastinya akan disertai dengan risiko kecelakaan kerja yang mengintai setiap saat harus berurusan dengan gula cair mendidih.
Next
Untuk setiap desain pada permen, Sandy mengaku kalau Sticky membebaskannya untuk berkreasi menciptakan desain yang ia ciptakan. Namun, memang lebih sering perusahaan yang menentukan desain permen yang akan dibuat setiap hari. Menurut Sandy, tantangan terbesar dari seorang Candy Maker adalah kecepatan dalam mengolah kembang gula sebelum gula mengeras dan tidak bisa diubah bentuknya. “Jika terlalu lama dalam proses pembentukan maka bukan tidak mungkin gula mengeras dan harus dibuang karena tidak bisa lagi digunakan. Di situlah tantangan yang harus dihadapi oleh seorang Candy Maker. Selain itu, kita juga ditantang untuk memperkirakan perbandingan warna dan gula dari berbagai desain yang akan dibuat,” ujar Sandy.
Walaupun demikian, Sandy mengatakan bahwa profesi Candy Maker tidak hanya tertutup untuk lelaki saja. Perempuan pun juga bisa mencoba profesi sebagai Candy Maker, meskipun pada kenyataannya di Indonesia belum ada perempuan yang berprofesi sebagai Candy Maker. Untuk menjadi seorang Candy Maker seperti saat ini, Sandy memerlukan waktu 6 bulan untuk belajar. Karena Sandy adalah Candy Maker pertama di toko tersebut, Sandy menjalani training langsung di Australia.
“Candy Maker adalah profesi yang bisa dijalani oleh semua orang, tanpa mengenal gender. Yang paling penting adalah kreativitas dan ketelitian. Namun, memang saya akui bahwa ada satu kendala bagi perempuan jika memang ingin mencoba profesi Candy Maker, yakni tenaga ekstra. Menguleni dan membentuk kembang gula memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Bayangkan, setiap produksi, minimal kita harus menangani 10 kg gula pasir. Selain itu, saya rasa tidak ada kendala bagi perempuan untuk terjun sebagai Candy Maker. Tapi, sekarang juga kan sudah banyak sekali perempuan kuat, jadi saya rasa Candy Maker pun sudah bisa dicoba oleh mereka yang mau memang merasa mampu,” ujar Sandy.