Suatu hari, salah satu teman jurnalis datang sambil mengeluh sebal. Alasannya, seseorang menjanjikan beberapa kali pertemuan untuk wawancara, tapi selalu batal di saat-saat terakhir sebelum saat janjian tiba dengan alasan yang tak masuk akal. Ini juga saya alami. Sebulan yang lalu, seorang teman memberi kabar akan berkunjung ke Jakarta dan berjanji meluangkan waktu untuk bertemu dengan saya. Harinya tiba, dan gagal. Dia menjanjikan esok harinya, gagal lagi. Itu terjadi sampai dia akhirnya meninggalkan Ibukota. Kesal bukan main. Secara tak langsung siapa pun pasti akan merasa dibohongi karena diberi janji-janji palsu.
"Tahan diri membuat janji kalau memang belum tentu bisa menepatinya, dan tahan diri berbasa-basi berlebihan cuma untuk menjaga perasaan orang lain."
“Kalau nggak niat ya jangan bikin janji, dong!” kata teman geregetan. “Mungkin cuma basa-basi. Tapi, buatku ketika orang bilang ya, artinya dia harus melakukannya. Apalagi kalau sudah janji, ya harus ditepati, nggak peduli itu cuma basa-basi atau serius tapi lupa setelahnya,” tegas Ummi, 22 tahun, mahasiswi. Sebal, geregetan, bete, atau jengkel dengan mereka-mereka yang suka mengumbar janji tanpa menepatinya?
“Dipikir-pikir, aku juga pernah begitu, kok. Sebenarnya itu karena nggak enak mau menolak. Janji dulu deh, kalau nanti bisa ya syukur, nggak bisa ya sudah, nggak perlu dipaksain,” aku Merry, 28 tahun, entrepreneur. Nah, tuh, jangan keburu sebal dulu. Refleksi, dong. Pernah jugakah kita melakukannya ke orang lain? Misalnya, atas alasan tak enak menolak atau belum tahu pasti bisa atau tidak (biasanya, lebih ke mood atau tidak!), kita mengumbar janji, kemudian menyepelekan sendiri janji itu. Padahal, orang lain terlanjur berharap pada janji yang tak kita anggap serius. “Benar juga ya, kadang janji kita itu nggak seperti janji sungguhan. Cuma kata lain dari ‘lihat nanti’,” Merry membenarkan.
Kita tak terima diberi janji palsu, tapi kita membagi janji ke orang lain yang akhirnya juga tak terealisasi. Mau orang lain bersikap tegas, apa adanya, juga bertanggung jawab atas janjinya? Terapkan dulu ke diri sendiri. Tahan diri membuat janji kalau memang belum tentu bisa menepatinya, dan tahan diri berbasa-basi berlebihan cuma untuk menjaga perasaan orang lain. Lebih baik bilang tidak tertarik, tidak bisa, atau tidak lainnya kan, daripada bilang ya cuma di bibir, bukan dari hati? It’s time to turn talk into action, Fimelova!