Ronald Liem, Lebih Mencintai Indonesia dengan Berkeliling Dunia

Fimela Editor diperbarui 01 Agu 2012, 04:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Filosofi kebahagiaan

Bahagia menurut definisi saya adalah saya sehat, dekat dengan keluarga dan teman-teman yang bisa saya percaya, serta melakukan hal yang saya suka sebagai pekerjaan. Itulah traveling, yang membuat hidup saya jauh dari kata monoton dan membosankan. Pekerjaan saya sebagai travel publisher sudah pasti membuat saya nggak bisa berlama-lama di Jakarta. Waktu saya banyak dihabiskan di atas udara, antara ke Bali, Singapura, atau Bangkok untuk urusan bisnis rutin. Atau, ke belahan Benua Eropa atau Amerika. Bedanya, business trip saya nggak sepenuhnya hanya dihabiskan dengan agenda meeting serius, karena setelah jam kantor usai, saya bisa berganti peran layaknya seorang pelancong. Saya mencoba restoran baru yang enak, mencoba spa yang direkomendasikan, atau berkumpul bersama teman-teman sambil menghabiskan malam. Makanya, terkadang saya pun bingung dengan perjalanan yang saya lakukan, karena antara urusan bisnis dan senang-senang, seringkali berkombinasi. Sambil mendatangi sebuah tempat, saya sebenarnya sambil melakukan research, mencatat spa, bar, hotel yang bagus, untuk kemudian saya berikan atau teruskan kepada tim editorial saya agar digarap menjadi artikel.

Sebagai travel publisher atau pengusaha di bidang media…

Saya selalu melihat dan mencari kesempatan-kesempatan baru. Mata saya selalu ingin bertemu dengan banyak orang baru dan membicarakan potensi bisnis yang bisa dilakukan di Indonesia. Ya, saya adalah seorang businessman sekaligus traveler, sehingga dua hal itu akan selalu berjalan bersisian. Saya akan kerja dan berlibur dalam waktu yang sama. Apa mau dikata, travel is my passion! Sebelas tahun lalu, sebelum saya membuat majalah “DestinAsian”, traveling memang menjadi kesempatan saya untuk bersenang-senang. Kini, saya melakukan traveling bersamaan dengan perjalanan untuk urusan bisnis, sehingga business trip saya bisa juga menjadi pleasure trip. Karena selagi berada di sebuah tempat, saya berbicara dengan berbagai macam orang, dari business people sampai party people. Saya bisa bilang begitu karena apa yang menyenangkan untuk saya, bisa saya gunakan juga untuk kepentingan bisnis. Sudah menjadi hal yang biasa bagi saya didatangi oleh pemilik restoran atau spa untuk menulis bisnis mereka di majalah saya.

3 dari 4 halaman

Next

Menemukan diri di tempat baru

Bagi saya, traveling bermakna pengenalan diri, karena saya besar di tiga negara berbeda, yaitu Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat yang membentuk kepribadian saya sebagai seseorang yang suka menjelajahi tempat-tempat baru. Berpindah-pindah juga membuat saya senang berteman, karena saya akan sangat mudah bosan kalau berada di lingkungan yang sama secara terus menerus, terutama ketika di Jakarta. Makanya, traveling menjadi kesempatan saya untuk memperlebar koneksi, agar nggak hanya memiliki teman di seputar Jakarta, tapi di seluruh dunia. Saya bisa pergi ke Italia, Jerman, hingga Swiss tanpa merasa kesepian dan asing karena sudah memiliki teman di sana. Karena sudah menjadi passion terdalam, traveling untuk saya tidak lagi menjadi kegiatan yang harus dilakukan berpasangan atau bersama orang tertentu. Dua tahun lalu saya pergi ke Mesir seorang diri, lalu pergi lagi  ke tempat yang sama pada Idul Fitri tahun lalu, kali ini bersama beberapa teman dekat saya. Kedua  perjalanan tersebut sangat berbeda, tapi saya nggak menunjuk perjalanan mana yang lebih menyenangkan, karena masing-masing punya cerita menarik.

Ketika saya pergi sendirian, saya banyak berkenalan dengan orang baru yang saya temui di restoran, bar, atau club. Sementara ketika bersama teman-teman, yang menyenangkannya adalah bisa berbagi momen berlibur bersama sahabat. Bagi saya, keduanya sama-sama asyik. Ketika pergi sendirian saya bisa lebih adventurous dan fleksibel karena nggak harus terikat dengan traveling partners, sementara ketika ramai-ramai saya sudah pasti nggak akan kesepian dan punya partner untuk melakukan apapun. Pengalaman yang didapatkan sungguh berbeda dari kedua opsi traveling tersebut, jadi sebaiknya Anda mencoba keduanya agar bisa merasakan tempat tujuan berlibur dari perspektif yang berbeda. Tentu saja, kita juga harus pintar memilih destinasi berlibur untuk dituju seorang diri. Nggak mungkin kan saya pergi backpacking sendirian ke hutan belantara Afrika?

4 dari 4 halaman

Next

Pada akhirnya, traveling adalah “sebuah sekolah…

Sudah mengelilingi banyak tempat, saya masih belum kesampaian ke Bhutan. Tempat itu terlihat seperti tempat terbahagia di Bumi menurut saya, karena penduduk di sana menjalani hidup dengan sederhana, tidak sekompleks negara-negara urban, tapi mereka tetap bisa bahagia. Kalau berkesempatan ke sana, saya ingin belajar cara hidup bahagia mereka, karena itulah inti dari traveling, belajar hal baru. Saya juga ingin ke Argentina untuk menikmati kebudayaannya dan wine yang enak. Saya juga suka pergi ke negara yang bersalju, makanya saya berencana untuk ke Swiss saat Natal agar bisa menikmati salju. Memang belum tahu kapan itu akan terwujud, tapi saya selalu menetapkan satu tujuan berlibur baru setiap tahunnya, di tengah kesibukan saya.

Kalau orang mengatakan saya adalah hard worker atau mungkin pribadi yang sering berpesta, saya sebenarnya hanyalah orang diberkati. Bisa mengerjakan hal yang sangat saya suka, lalu mewujudkannya menjadi sebuah bentuk nyata. Kesenangan saya berjalan-jalan, berwujud majalah “DestinAsian”, sebuah majalah traveling asal Indonesia yang mengulik negara-negara Asia agar menarik untuk dikunjungi oleh kalangan luas. Rumah kedua saya boleh di London, tapi saya memilih membesarkan bisnis ini di Indonesia dan membuktikan itu bisa berkembang secara global.