Next
Olahraga saya…
Adalah lari. Jenis olahraga itu yang memungkinkan saya untuk bisa menggerakkan badan sambil memikirkan hal lain. Coba kalau nge-gym, kalau saya nggak fokus, saya berisiko besar untuk cedera. Sementara, ketika saya berlari mengelilingi Gelora Bung Karno, saya tinggal menggerakkan kaki, tapi pikiran saya bisa menerawang jauh. Untuk frekuensi, inilah tantangannya, karena sesempatnya saya di tengah jadwal kesibukan. Ada kalanya saya bisa lari lima kali seminggu, tapi bisa juga hanya sempat dua kali. Untuk durasi, saya menetapkan minimal sudah mencapai dua kilometer. Dan, setelah sudah melewati kilometer ketiga atau keempat, saya sudah mulai merasakan yang namanya “runner’s high”, seperti perasaan melayang yang alami. Itu asyik banget dan membuat saya kecanduan lari.
Yang dibutuhkan tubuh saya…
Adalah pijat. Itu jadi semacam hobi untuk saya selain membaca buku fiksi karangan Naguib Mahfouz. Kalau bisa setiap hari pijat, saya dengan senang hati melakukannya. Karena hobi juga, saya lebih senang pijat refleksi karena bisa dilakukan sambil membaca buku, sementara kalau pijat seluruh tubuh yang balik badan susah untuk membaca. Dua hobi bisa dikombinasikan jadi satu pengerjaannya, menyenangkan sekali!
Di antara pagi atau malam….
Saya adalah tipikal morning person sejak dulu. Cukup tersiksa sebenarnya, karena terkadang ingin bisa tidur lebih lama tapi pasti nggak bisa karena jam biologis berkata lain. Tapi, saya nggak keberatan juga untuk selalu bangun pagi, karena saya suka sekali suasana pagi. Bau embun, rumput, dan udara pagi membuat saya bahagia dan menyadari kalau itu adalah me time saya. Di saat sepinya pagi itu saya bisa menikmati waku untuk diri saya sendiri, entah baca majalah atau mengerjakan hal lainnya, dimana ketiga anak saya belum bangun dan ramai meneriaki saya. Kalau mereka sudah bangun semua, biasanya jam 6, pasti chaos hahaha…
My part of heaven on earth…
Adalah ketika saya mengeloni anak-anak saya untuk tidur. Ketiga berada di tengah mereka, saya berpikir, “this must be heaven feels like”, karena ada perasaan tenang dan nyaman yang susah untuk digambarkan dengan kata-kata.
Liburan untuk saya…
Adalah kesempatan saya untuk menyegarkan pikiran dan menjauhkan diri dari pekerjaan. Idealnya liburan itu nggak bersama anak-anak karena jadinya akan berfokus untuk menyenangkan mereka, tapi saya nggak keberatan juga kalau kesempatannya hanya ada untuk berlibur dengan anak-anak. Saya tetap bisa menikmati suasana, tempat, atau makanan baru dari liburan bersama mereka. Yang terpenting saya nggak memikirkan pekerjaan. Makanya saya selalu mematikan Blackberry setiap berlibur karena nggak ingin pusing atau gelisah ketika menerima telepon atau di-PING. Saya bisa tetap dihubungi via e-mail atau hubungi suami saya kalau ada masalah yang urgent.
What's On Fimela
powered by
Next
Cantik itu membutuhkan…
Pikiran yang tenang, itu nomor satu yang harus ada ketika ingin cantik. Makanya, menurut saya kita sebagai perempuan harus pintar mengatur stress karena kita terlahir sebagai makhluk yang multitasking. Ketika pikiran sudah tenang, aura untuk menjadi cantik itu akan terpancar dengan sendirinya. Untuk ritual kecantikan seperti memakai krim malam, krim leher, atau pencegah kerutan, setiap brand produk kecantikan pasti menawarkan itu, tapi pikiran tenang hanya kita sendiri yang bisa mengaturnya.
“Petualangan wajah…”
Saya termasuk orang yang berani untuk mencoba-coba berbagai krim kecantikan. Pernah mencoba ReVive, Cosmelan, itu semua karena pengaruh review teman yang mengatakan itu bagus dan saya terikut untuk mencobanya. Kalau sekarang, saya sedang menggunakan Forever Youth Liberator dari YSL dan saya cocok. Masalah saya adalah kulit yang sangat kering dan bisa teratasi dengan produk tersebut. Sekarang kulit saya terasa lebih kenyal.
Cantik tanpa make up…
Itulah saya. Saya nggak suka menggunakan make up dan juga memang nggak tergolong pintar berdandan. Kalau untuk yang standar saja sekadar ingin terlihat segar masih bisa, tapi ketika akan menghadiri sebuah acara, saya pasti mengandalkan jasa make up artist.
Saya dan diet…
Di masa lalu, ada masanya saya hanya makan buah, atau hanya mau makan makanan bebas gula dan garam, tapi itu semua hanya membuat penyakit maag saya semakin parah. Makanya, prinsip saya sekarang adalah yang penting saya sehat, karena kalau sakit semua aktivitas terganggu. Makan tiga kali sehari itu harus, tapi jenis makanannya yang dijaga. Untuk sarapan saya memilih mengasup roti gandum dengan berbagai macam pilihan selai atau bisa juga oatmeal. Untuk siang, saya makan nasi merah dengan lauk yang bisa apa saja, tapi diperbanyak sayurnya. Mau makan gulai padang pun nggak masalah, asal pendampingnya nasi merah dan banyak sayur. Hal tersebut berlaku juga untuk makan malam, paling lambat makan jam 7. Sebagai penghibur, Sabtu Minggu saya bebas makan apa saja, mau makan nasi padang atau mie, yang menjadi favorit saya, ayo saja. Ini cara saya menyeimbangkan hidup agar selalu bisa makan tapi seimbang. Kalau mau menuruti kemauan, saya bisa setiap hari makan bakwan dan bakmie, tapi risikonya asam lambung saya bisa kacau dan malah membuat saya sakit.
Saya memandang diri ini…
Saya memaafkan segala yang terjadi pada tubuh saya, apalagi di usia seperti ini dan sudah memiliki tiga anak. Bagi saya kesehatan adalah yang terpenting, tak penting lagi yang lain. Memiliki berat badan seperti ini, sudah saya syukuri, asal sehat. Dulu semasa muda, rela sempoyongan demi kurus itu nggak masalah, tapi kalau sekarang saya nggak mau seperti itu. Sama halnya dengan kerutan, yang pasti akan datang. Saya nggak pernah takut tua, karena apa yang saya butuhkan di dunia ini, suami, anak-anak, keluarga, pekerjaan, sudah saya miliki.