Sondang Sirait: ‘Break’ dari Dunia Jurnalistik, Masuk Ke Lingkungan Istana

Fimela Editor diperbarui 19 Jul 2012, 11:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Kali ini, FIMELA.com berkesempatan untuk mengintip dan mengorek lebih jauh tentang salah satu jajaran Staf Khusus Presiden Republik Indonesia. Adalah Sondang Grace Sirait, Asisten Juru Bicara Presiden Republik Indonesia, yang kami temui. Buat kamu yang nggak pernah absen menonton siaran berita Indonesia, pastinya kamu nggak akan asing dengan nama Sondang Sirait karena sebelumnya wajah Sondang sempat menghiasi layar kaca Indonesia sejak tahun 2003.

"Saya suka menulis, tapi dunia televisi juga menarik buat saya. Dan pada saat itulah saya berpikir saya sudah menemukan apa yang saya inginkan."Berawal dari ketertarikannya pada dunia jurnalistik maka ia memutuskan untuk mengambil kuliah di Jurusan Komunikasi Massa di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Depok, Jawa Barat, pada tahun 1996. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Sondang berangkat ke Amerika untuk memperdalam ilmu komunikasinya di Northwestern University, Evanston, Illinois. Tertarik di bidang jurnalistik televisi, Sodang pun memutuskan untuk mengambil Broadcast Journalism.

“Sejak dulu saya memang suka dunia pertelevisian. Jujur saja, saya mengidolakan Desi Anwar sebagai pembawa acara berita. Dulu ketika kuliah saya juga banyak diperkenalkan dengan dunia televisi dan akhirnya saat berkesempatan melanjutkan kuliah lagi, saya mengambil pure broadcast. Ketika kuliah S-2 saya banyak belajar tentang cara menggunakan kamera, anchoring, hingga proses editing video. Saya suka menulis, tapi dunia televisi juga menarik buat saya. Dan pada saat itulah saya berpikir saya sudah menemukan apa yang saya inginkan,” Sondang mengawali cerita saat ditemui FIMELA.com di Gedung Bina Graha.

3 dari 4 halaman

Next

Saat menjalani kuliah di Negeri Paman Sam-lah Sondang memulai karirnya pertama kali di bidang jurnalistik. Setelah menyelesaikan pendidikan Masternya, Sondang langsung berkesempatan bergabung dengan VOA (Voice of America). Namun, karirnya di VOA harus berakhir hanya dalam waktu satu tahun karena ijin kerjanya berakhir. Berhenti bekerja sebagai jurnalis di Amerika, Sondang melanjutkan karir jurnalistiknya di televisi swasta Indonesia.

“Satu bulan setelah lulus, saya berkesempatan bergabung dengan VOA. Setahun bekerja di sana, saya kemudian pulang ke Indonesia karena ijin kerja habis. Tapi, sebelum pulang ke Tanah Air, saya beruntung bertemu salah seorang yang bekerja di salah satu televisi swasta di Indonesia dan mengajak saya bergabung di tempatnya. Dua tahun bekerja sebagai produser dan juga presenter di Indonesia, saya akhirnya kembali ke Amerika karena mendapat panggilan lagi dari VOA. Tapi, ternyata di VOA juga hanya berlangsung selama 2 tahun karena saya memutuskan untuk berkarir lagi di Indonesia,” ujar Sondang dengan tawa renyah.

Delapan tahun lebih malang melintang di dunia jurnalistik, pada tahun 2009, perempuan asal Ambon ini mendapat tawaran untuk menjadi asisten Juru Bicara Presiden Republik Indonesia. Sempat ragu untuk mencoba, namun akhirnya Sondang memberanikan diri untuk keluar dari zona nyamannya sebagai seorang jurnalis.

4 dari 4 halaman

Next

Perpindahan dunia kerja dari bidang jurnalistik ke dunia kerja kantoran dengan ritme yang lebih teratur memang sempat membuat “jetlag”. Tapi, Sondang bersyukur karena ritme kerjanya yang lebih teratur saat ini memberikan waktu yang cukup banyak untuk lebih dekat dengan anak perempuannya yang baru berusia 11 bulan. “Ritme kerja saat ini yang lebih teratur membuat saya punya waktu lebih banyak dengan puteri saya. Kehadiran seorang anak bukan berarti membuat kita untuk berhenti bekerja. Yang harus disesuaikan hanyalah standar pencapaian yang kita tetapkan karena saat kita sudah memiliki seorang anak, kita menemukan sumber kebahagiaan lain. Saat ini, saya pun sedang dalam proses pembelajaran dan pencarian karir dengan waktu fleksibel sehingga saya bisa membagi waktu dengan adil antara anak dan karir,” ujar perempuan yang saat ini juga menjadi dosen tamu di sebuah perguruan tinggi swasta.

"It’s about finding and doing what you like."Namun, pekerjaan sebagai Asisten Juru Bicara, tidak menghentikan kecintaannya pada dunia jurnalistik. “Saya sangat mencintai dunia jurnalistik, tapi memang saat ini saya sudah tidak dimungkinkan untuk keluar dan kembali memegang kamera. Kebetulan sekali ada sebuah surat kabar nasional yang menawarkan saya untuk menulis di sana. Dengan senang hati saya menjalaninya dan layaknya hobi-hobi yang lain, menulis adalah kegiatan yang “menjaga kewarasan” saya. It’s about finding and doing what you like,” ujar perempuan yang saat ini menjadi kontributor di sebuah koran nasional berbahasa Inggris dengan santai.