Anggun: "Perempuan Kuat Malah Buat Laki-laki Takut"

Fimela Editor diperbarui 09 Jul 2012, 04:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Saya masih punya kehidupan pribadi

Menjadi seniman internasional dan seperti sekarang sedang dalam jadwal tur, saya punya kiat sendiri. Promoter manager saya sudah sangat tahu kalau saya nggak akan mau bepergian lebih dari 10 hari karena saya sudah punya keluarga. Sepuluh hari itu pun sebenarnya habis di jalan, karena jarak yang harus ditempuh minimal dua hari, belum lagi kalau tujuan turnya di Asia yang waktu tempuhnya lebih panjang. Walau begitu, bila jadwal tur saya masih bisa memungkinkan saya pergi-pulang, akan saya jalani. Seperti di bulan April kemarin, saya hanya punya hari libur tiga hari, namun setiap hari bisa pulang dan tidur di rumah, tujuannya apalagi kalau bukan biar bisa ketemu anak setiap hari.

Bagi saya ini bukan hal luar biasa, karena setiap ibu berkarier melakukan hal yang sama seperti saya. Ini justru jauh lebih baik menurut saya, daripada menjadi ibu yang punya banyak waktu luang dengan anaknya, tapi malah sibuk melakukan hal lain seperti berlama-lama di salon. Quality time saya dengan Kirana nggak berkurang karena saya sibuk seperti ini.

Saya bukan selebriti yang narsis

Saya buka Twitter tadinya untuk pribadi, tapi harus sadar juga kalau jadi figur publik nggak bisa punya space pribadi, kecuali di dalam rumah dan nggak saya publikasikan. Nah, sisi saya sebagai figur publik ini merasa ada keharusan untuk mempublikasikan bagian diri saya, salah satunya berfoto diri saya dan mempublikasikannya di Twitter atau Instagram, padahal terkadang saya merasa sepatu dan tas saya terlihat lebih menarik daripada muka saya hahaha... Makanya, setiap saya bepergian, saya foto sepatu dan tas saya ketika di pesawat. Saya nggak begitu narsis untuk selalu tampil.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Saya dan Twitter

Pop culture semacam Twitter menurut saya lebih banyak didiami oleh haters ketimbang orang yang suka dengan kita. Saya pernah baca salah satu tweet Perez Hilton yang mengatakan bahwa salah satu rule agar kita bisa lebih plong ber-Twitter adalah block saja kalau ada orang yang membenci kita. Menurut saya itu benar. Anggaplah itu seperti ada orang yang melempari sesuatu ke rumah kita sendiri dan kita pasti nggak akan membiarkan itu terus berlangsung, orang itu pastinya harus di-block. Twitter jadi salah kaprah. Dan menurut saya, itu malah ada hubungannya dengan pendidikan. Nilai tata krama, sopan santun, atau praktek bully sudah sangat merosot nilainya dan dianggap biasa dilakukan. Makanya menurut saya, kurikulum tentang tata krama seharusnya dijadikan mata pelajaran di sekolah. Kontrol berperilaku di dunia maya harusnya bisa sama seperti di dunia nyata, dengan tak lupa berterima kasih, minta maaf, tolong, berlaku baik pada orang lain, dan sebagainya.

Kemandirian itu...

Ketika saya bebas berpikir, bertindak, dan secara finansial nggak tergantung dengan orang lain. Itu penting, penting banget. Jangan sampai kita perempuan merasa ketergantungan secara fisik dengan orang lain, baik itu suami, kekasih, atau siapapun. Saya hanya tergantung secara hati dengan suami saya, tapi secara fisik tidak, dan suami saya tahu itu. Sebenarnya, perempuan yang powerful itu justru malah buat laki-laki takut karena mereka merasa bahwa kita nggak memerlukan laki-laki. Di balik sikap macho laki-laki yang merasa bahwa mereka yang menyediakan semua kebutuhan perempuan, ketika dihadapkan oleh perempuan yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, justru itu membuat laki-laki malah nggak bisa “macam-macam” dengan kita.

Makanya, ketika saya sudah berlaku seperti ini, saya butuh profil laki-laki yang justru bisa lebih dari saya, lebih pintar hal terpentingnya. Hal utama yang saya cari dari laki-laki adalah pintar, lucu, dan kreatif. Laki-laki itu harus bisa mengisi diri saya, karena saya nggak menunggu apapun dari laki-laki, baik uang, status sosial, dan hal-lain yang biasanya ditawarkan oleh laki-laki untuk perempuan. Prinsip saya memang terdengar menakutkan, makanya nggak banyak laki-laki yang mendekati saat saya sempat lajang lagi. Perempuan seperti saya menakutkan untuk laki-laki. Hanya yang berani dan “berisi” yang bisa mendekati saya.

(Thank you to P & G for the interview)