Jadi Selebriti, Harus Menyiapkan "Topeng Kedua"?

Fimela Editor diperbarui 29 Jun 2012, 04:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

“Ahay kegap!RT @HubuLia: Semalam ketemu Ayu di media party. Lagi diem maen hp mukanya ditekuk bete.Pas depan kamera langsung heboh euy. Artis juga manusia #hening”.

Tweet itu di-posting dua minggu menjelang pernikahannya. Ayu Dewi “tertangkap” basah oleh salah satu penggemarnya yang melihat dua sisi berlawanan kepribadiannya. Terlihat seperti itu, Ayu tak berusaha mangkir atau menangkis bahwa ia memang “bermuka dua”, karena karakter yang dibentuknya di muka umum dan laku dijual ke dunia komersil adalah Ayu yang riang, lucu, dan penuh senyum, sementara sudut kepribadian Ayu yang juga bisa sedih, cemberut, dan serius disimpan untuk kalangan terbatas.

Berkaca dari penemuan itu, terbersit pertanyaan, apa benar selebriti memiliki kepribadian palsu yang diciptakan sedemikian rupa?

“’Fake personality” itu harus ada, apalagi untuk profesi seperti model. Bukan untuk membohongi, tapi dengan pertimbangan saya nggak selalu berada di mood yang bagus dan senyum adalah ‘senjata’ saya untuk membuat orang lain tersenyum juga. People appreciates good smile. Itu terbawa saat saya sedang vakum jadi model dan tetap harus tampil selalu baik kalau bertemu orang baru. Tapi, itu dibuat nyaman saja, apalagi saya termasuk orang yang suka senyum,” kata Karenina, model dan bintang video klip yang telah berkiprah di dunia hiburan selama kurang lebih 17 tahun.

Zara Zettira, novelis/penulis skenario/mantan model juga membenarkan keberadaan konsep “fake personality” untuk mereka yang berkiprah di dunia hiburan. Menurutnya konsep “kepribadian palsu” itu wajar adanya untuk profesi selebriti yang setiap sentimeter sisi kehidupannya ingin diketahui banyak orang.

“Tuntutan untuk selalu tampil baik dan menyenangkan itu memang ada. Dari zaman saya saat aktif di dunia modelling  sejak usia 13 tahun, saya dan semua yang berkiprah di dunia hiburan memang dituntut harus bisa selalu senyum, menampilkan sisi bagus kita setiap saat,” ujar Zara.

3 dari 3 halaman

Next

 

Kenapa “kepribadian palsu” harus diciptakan? Apa istilah ”be yourself” sudah menjadi pepatah lapuk bila memilih berprofesi di dunia hiburan? Mengenai hal itu, Zara dan Karenina beranggapan bahwa tak seharusnya masalah dan perasaan pribadi dibagi ke muka publik, karena mereka sadar benar bahwa pekerjaan yang mereka pilih didominasi oleh faktor penampilan yang indah dipandang dan menyenangkan semua orang.

“Itu kadang memang harus dilakukan untuk beberapa selebriti yang sedang punya masalah, misalnya di ambang perceraian atau masalah pribadi lain, lalu menggunakan ‘kepribadian’ itu supaya tetap bisa terlihat menyenangkan dan memberikan yang terbaik untuk penggemarnya. Mereka harus bisa tampil seperti orang yang nggak punya masalah,” sambung Zara.

Tapi, tak selamanya mempunyai dua kepribadian itu adalah hal yang buruk. Zara justru mendapatkan keuntungan pribadi dengan “terlatih” mempraktekkan “fake personality”-nya Toh, memiliki “kepribadian ganda” seperti itu didasari oleh niat untuk menyenangkan orang lain, bukan untuk merugikan apalagi menipu.

“Sebenarnya ‘fake personality’ ada bagusnya juga, nggak selalu bermakna negatif, karena saya jadi terbiasa untuk selalu senyum walaupun ada masalah, bukan hanya di depan wartawan, tapi juga ke semua orang. Saya nggak ingin memperlihatkan masalah pribadi ke orang lain. Saya ingin selalu terlihat bahagia,” simpulnya.

See, a celebrity is still a human.