Loemongga Antara Kehidupan Penuh Cobaan dan Manajemen Stress

Fimela Editor diperbarui 25 Jun 2012, 04:00 WIB
2 dari 5 halaman

Next

Saya tak mudah dilupakan

Sekarang saya sudah nggak banyak beraktivitas lagi di depan kamera karena pekerjaan saya di bidang properti sudah sangat menyita waktu dan nggak adil kalau saya tetap menerima pekerjaan di dunia hiburan. Untuk saat ini saya cuma bisa ditemukan di majalah properti dan nggak semua orang bisa menikmatinya, makanya senang juga kalau orang masih mengingat saya. Mengenai hal itu, saya nggak melakukan apa-apa untuk terus dikenal. Mungkin itu karena beberapa orang masih ingat saya pernah membawakan acara di televisi dan merasa familiar dengan saya karena melihat saya sebagai sosok di televisi. Itu sama halnya seperti Dede Yusuf, yang nggak aktif lagi dunia hiburan tapi terlihat familiar untuk banyak orang karena pernah membintangi iklan yang tetap diingat oleh penonton televisi.

Kalau saya masih diingat karena cantik, saya justru nggak merasakan hal yang sama. Juga nggak sependapat dengan anggapan kalau kecantikan seseorang bisa membuat orang lain terintimidasi. Kalau misalnya seorang yang cantik itu ramah atau auranya hangat, saya rasa cantiknya itu nggak mengintimidasi, biasa saja. Itu sejalan dengan visi terpilihnya saya sebagai salah satu YSL Ladies oleh Yves Saint Laurent Beauty, yaitu kecantikan yang tak hanya dinilai dari segi fisik tapi juga prestasi dan pencapain hidup. Saya merasa cantik hanya ketika saya dipuji oleh anak saya, yang mengatakan kalau menyukai perempuan yang seperti saya, dan itu belum ditemukannya di perempuan lain. Rasanya itu pujian yang paling menyanjung dan membuat saya sesak napas saking bahagianya.

What's On Fimela
3 dari 5 halaman

Next

Kesuksesan saya berawal dari kegagalan

Saya suka sekali berdagang karena meneladani ibu saya yang berjualan sepanjang hidupnya. Dulu sempat kerja di bank selepas kuliah, lalu bertemu dengan banyak sekali businessman. Dari situ saya tergelitik untuk mencoba bisnis, hingga keluar dari bank. Setelah itu, saya bukannya langsung sukses berbisnis. Tujuh kali saya mencoba berbagai bisnis, seperti membuka butik, membuat restoran, tapi gagal semua. Nah, bisnis saya yang membuat production house dan properti sekarang ini adalah bisnis saya yang akhirnya sukses. Gagal berkali-kali, yang penting saya sudah melakukan yang terbaik dan membuktikan kalau kegagalan itu adalah sukses yang tertunda. Di bisnis properti ini saya bersyukur diterima dengan baik, jadi sampai sekarang ingin fokus di bidang ini dulu karena peluangnya masih banyak. Kalau misalnya peluang di bisnis ini sudah sedikit, saya pasti akan coba bidang lain lagi karena saya harus bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan saya dengan sejumlah karyawan yang mencari nafkah.

“Kegagalan” ini juga berlaku pada rencana saya berlibur ke Afrika Selatan. Ini sudah tahun keempat saya mencoba pesan tiket untuk ke sana, tapi selalu batal karena nggak mendapat tiket atau terhalang agenda acara lain. Konon menurut suami saya tahun ini akan dapat tiket dan bisa berangkat ke sana, semoga itu benar-benar terwujud. Kalau dipikir-pikir, Tuhan sepertinya memang menempa saya untuk tangguh mencapai sesuatu, bahkan sampai urusan liburan. “How bad do you want it?”, mungkin itu yang mau Tuhan sampaikan ke saya hahaha...

4 dari 5 halaman

Next

 

Pekerjaan saya tak membuat Jakarta makin sesak

Kini saya fokus di bisnis properti, yaitu membangun apartemen untuk hunian. Apa yang saya lakukan ini menurut saya nggak membuat Jakarta makin sesak, karena saya mendirikan suatu bangunan secara vertikal, sehingga nggak menghabiskan space yang ada dan masih menyisakan tanah untuk area resapan dan penghijauan. Justru di kota besar seperti ini, tren bangunannya haruslah yang vertikal karena pertumbuhan penduduk nggak bisa dihentikan, makanya tren huniannya saja yang diubah. Saya pribadi nggak memungkiri ingin punya rumah konvensional dengan taman luas, namun sadar kalau saya tinggal di kota yang padat dan macet, sehingga selalu memilih apartemen sebagai hunian. Dari segi keamanan pun apartemen sudah bisa menawarkan itu sehingga cukup tenang meninggalkan anak-anak ketika bekerja. Saya juga nggak perlu mempekerjakan banyak orang untuk mengurus rumah, dan lebih enaknya lagi ketika akan bepergian ke luar kota hanya tinggal kunci pintu dan pergi tanpa harus mengkhawatirkan meninggalkan rumah layaknya rumah konvensional.

5 dari 5 halaman

Next

 

Hidup saya indah karena bersyukur

Yang menjadi kunci saya untuk terus bisa tersenyum dan nggak berlarut-larut dalam stress ketika hal tak berjalan sesuai rencana adalah terus bersyukur. Saya sehat, punya suami dan anak-anak, serta memiliki pekerjaan yang bagus, artinya semua yang penting sudah saya miliki. Kalau misalnya saya gagal dalam pekerjaan, ya sudah, toh saya datang dan meninggalkan dunia ini tanpa membawa apa-apa, jadi sebenarnya saya nggak rugi apa-apa.

Sikap saya ini saya pelajari dari amang (ayah) saya yang gagal habis-habisan dalam bisnisnya, tabungannya dari yang ada isinya pernah sampai bersaldo nol Rupiah. Walau begitu, dia sama sekali nggak pernah stress karena baginya itu hanya urusan uang, sementara selama dia sehat dan punya keluarga, yang lainnya nggak berarti. Beliau adalah sosok yang paling tangguh dalam hidup saya dan selalu menjadi pengingat saya untuk jauh dari stress ketika disakiti teman atau gagal berbisnis. Selama hasil general medical check up saya baik-baik saja, suami dan anak-anak sehat, nothing to worry about.