Next
Adalah Reza Puspo, pencetus Area free magazine, sebuah majalah yang merupakan majalah petunjuk bagi penduduk lokal Jakarta. Reza yang awalnya menempuh pendidikan dalam bidang teknik akhirnya memutuskan untuk banting stir meninggalkan pendidikan tekniknya dan mengikuti passionnya di bidang media setelah kerja magang di sebuah majalah milik Andy Warhol di Amerika.
“Salah satu hobi saya adalah fotografi. Setelah menempuh pendidikan teknik selama beberapa tahun, saya akhirnya memutuskan untuk banting stir dan terjun ke bidang media setelah bekerja di sebuah majalah yang dibuat oleh Andy Warhol (Interview Magazine) karena saya langsung jatuh cinta pada media,” ujar Reza saat ditemui tim FIMELA.com di sebuah kafe di Jakarta.
Bekerja pada beberapa media di Amerika, Reza pun terinspirasi untuk membuat satu majalah yang bisa menjadi petunjuk (city guide) bagi penduduk lokal Jakarta.Bekerja pada beberapa media di Amerika, Reza pun terinspirasi untuk membuat satu majalah yang bisa menjadi petunjuk (city guide) bagi penduduk lokal Jakarta. “Yang menjadi inspirasi dan cikal bakal majalah Area saat ini adalah ketika saya bekerja pada majalah bernama Paper Magazine. Majalah ini merupakan city guide untuk penduduk lokal New York. Saya berpikir alangkah baiknya jika Jakarta memiliki majalah seperti ini. Salah satu majalah yang juga menjadi inspirasi buat saya adalah free magazine bernama Village Voice. Saya melihat adanya kemiripan antara kota Jakarta dan New York maka itu saya sudah mulai membuat rancangan majalah akan saya buat nantinya,” tutur Reza.
Next
"Apakah tidak ada hal positif dari Jakarta? Ada perbedaan tipis antara cinta dan benci pada Jakarta. Betapapun bencinya seseorang pada Jakarta, pasti kita juga akan kembali lagi pada Ibukota."bingung ke mana harus mencari tahu tentang hal-hal yang sedang happening di Jakarta. Maka dari itu, tahun 2003 dengan bermodalkan rasa nekad, saya membuat Area (city guide untuk penduduk lokal Jakarta). Karena saya melihat kekosongan, tidak adanya media yang merangkum satu hal yang perlu diketahui oleh penduduk lokal Jakarta,” ujarnya.
“Selain itu, ketika saya berbicara tentang Jakarta, rasanya banyak orang yang kecewa pada Jakarta dengan permasalahan kota besarnya. Tapi, apakah tidak ada hal positif dari Jakarta? Ada perbedaan tipis antara cinta dan benci pada Jakarta. Betapapun bencinya seseorang pada Jakarta, pasti kita juga akan kembali lagi pada Ibukota. Karena itulah Area hanya merangkum hal-hal positif Jakarta. Dari sisi lifestyle, Jakarta sangat berkembang. Berjamurnya kafe dan berbagai mall di Jakarta, sangat mendukung berlangsung berjalannya majalah Area hingga saat ini,” tutur Reza mengakhiri pembicaraan.
Bagaimana dengan kamu? Masih belum bisa melirik hal positif dari Jakarta?