Melanie Subono ke Christy: "Dia Ibu Tersabar yang Bisa Saya Miliki"

Fimela Editor diperbarui 05 Jun 2012, 05:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Lancar berkat Blackberry

Christy: Melanie itu anak yang sangat sibuk. Susah sekali untuk ketemu dia di akhir pekan karena justru di saat weekend dia sibuk. Dia sebenarnya nggak susah dicari, karena kalau dihubungi via BBM cepat jawabnya, cuma jam kerjanya saja yang nggak biasa. Makanya, kalau mau ajak dia ketemuan dan mengumpulkan semua anak-anak, suami saya mengirimkan e-mail ke mereka satu persatu dari jauh-jauh hari. Dan, dari semua anak saya, Melanie yang paling susah atur jadwalnya.

Melanie: Sebenarnya saya nggak susah untuk ditemui, cuma saya punya jam kerja yang ajaib. Tapi, karena sudah terbiasa setiap seminggu sekali berkumpul atau saling mampir ke salah satu rumah, saya dan anggota keluarga lain tetap dekat, bukan seperti orang lain yang menghindar untuk datang ke acara keluarga. Untungnya rumah kami masih terhitung dekat dan masing-masing dari kami selalu punya ide untuk bikin acara kumpul-kumpul keluarga di luar kota atau negeri. Cuma terkadang saya suka merasa keberatan dan malas kalau rencana kumpulnya di tempat yang lumayan jauh dan waktunya cukup lama, karena saya harus packing dan pergi pulang ke bandara, yang malah membuat saya seperti mau berangkat kerja. Pekerjaan saya yang banyak bepergian membuat ke bandara dan packing terasa seperti rutinitas, bukan liburan lagi.

Christy: Sebelum dia menikah, saya pernah complain tentang pekerjaannya yang waktunya nggak menentu, karena inginnya dia punya waktu lebih banyak untuk keluarga. Tapi setelah dia menikah, saya nggak bisa seperti itu lagi dan sepenuhnya sudah menerima kalau pekerjaan anak saya seperti ini. Walaupun begitu, saya bangga punya anak seperti dia yang jiwa kreativitasnya sudah ada sejak kecil, seperti dulu pernah menghias tas bututnya jadi bagus lagi. Melanie juga bisa menjadi pendengar yang baik. Kalau biasanya anak curhat dengan ibunya, kami terbalik. Itulah yang membuat saya bisa menganggap Melanie sebagai teman.

Melanie: Memang butuh penjelasan khusus untuk memberikan pengertian bahwa beginilah pekerjaan saya, kenapa di waktu biasanya orang libur saya malah bekerja. Saya memang bukan tipe anak yang bekerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore, belum lagi dapat suami yang jam kerjanya lebih antik lagi, makanya saya paling susah untuk dibuatkan janji ketemu. Kalau saya dipaksakan kerja weekdays, saya justru nggak punya mata pencaharian.

Kami adalah keluarga yang mesra

Melanie: Saya masih anak papa mama banget. Keluarga bagi saya ibarat tangan dan kaki, seperti batere dan sumber energi saya. Biarpun jam kerja saya aneh begini, saya masih bisa kok membatalkan pekerjaan karena adik saya akan melahirkan atau permintaan mama untuk menghadiri sebuah acara. Menyempatkan diri untuk urusan keluarga itu sebenarnya langsung dicontohkan oleh papa dan mama yang selalu menyempatkan datang walau sebentar saat kami anak-anaknya ada acara atau butuh dukungan mereka, padahal sebenarnya mereka baru kembali dari luar kota. Inilah enaknya keluarga saya. Kami nggak usah selalu bersama-sama kemana pun untuk tetap dekat, kami punya cara sendiri untuk begitu. Walau berjauhan karena jarak, kami sebenarnya masih saling mencari, bahkan itu berlaku untuk papa sekalipun yang notabene orangnya kaku.

Christy: Melanie itu anak saya yang paling dipercaya untuk menjaga saya. Pernah kami  traveling bersama ke Paris di tahun 2008. Waktu itu, memang suami saya yang menyarankan untuk mengajak Melanie menjadi chaperone saya selama di sana. Dari awal, saya sudah diwanta-wanti suami untuk nggak boleh naik kereta, naik taksi saja demi alasan keamanan dan keselamatan. Tapi suatu hari, kami pernah nekat naik kereta karena ingin menghemat, yang ternyata tersesat dan harus banyak berjalan kaki.

Melanie: Mama banyak dilarang-larang karena dia orangnya memang sedikit terpingit. Tapi, kalau papa tahu bagaimana kami dulu tersesat, mungkin seru juga, karena mama jarang berpetualang seperti itu.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Mama untuk Melanie, Melanie untuk Mama

Melanie: Kalau bukan karena dia ibu saya, mungkin kami sudah tercerai-berai sejak lama, karena nggak sembarang orang bisa sabar menghadapi saya. Keluarga Subono karakternya ajib-ajib semua, lho! (Christy lalu langsung bertanya pada Melanie apa arti istilah tersebut dengan mimik lucu), dan  Mama bisa merangkul kami semua. Dia bisa ikut menemani makan tiga kali karena masing-masing anaknya datang ke rumah di jam yang berbeda-beda. Dulu saya sempat nggak paham kenapa mama banyak berkomentar kalau dia nggak sempat-sempat melakukan banyak hal, padahal dia ibu rumah tangga full time dan kelihatannya seperti nggak ada pekerjaan. Ternyata, memang lebih susah menjadi ibu rumah tangga daripada karyawan biasa, karena pekerjaannya memang nggak habis-habis, apalagi punya tiga anak seperti saya dan saudara-saudara saya. Belum lagi, setelah menikah dan punya menantu, perhatian mama nggak habis-habisnya dan semuanya diperlakukan sama.

Christy: Membesarkan anak memang bukan hal mudah, saya pun mengakui hal tersebut. Makanya, saya banyak membekali pengetahuan saya dengan mengikuti berbagai seminar dan menyimpulkan kalau ingin menjadi istri dan ibu yang baik hanya butuh hal sederhana, yaitu sabar dan coba mengerti posisi anak atas segala tindakan yang kita lakukan.

Melanie: Bisa dibilang mama seperti ini sangat langka, apalagi di zaman sekarang dimana banyak anak yang jarang bertemu dengan orang tuanya walau kebutuhan materinya terpenuhi. Makanya saya sering heran melihat ibu-ibu yang sibuk di luar rumah dengan waktu tak terbatas, sementara saya terbiasa melihat mama di rumah atau kalau pergi pasti sudah tahu akan pulang jam berapa. Dari sinilah saya mendapatkan nilai ke-Timur-an, dimana kodrat perempuan melayani suami dan mengayomi keluarganya.

Sampai sekarang, kami selalu saling merindukan

Christy: Bawelnya Melanie adalah yang paling dominan dari dia dan itu yang sangat dikangenin kalau jauh. Bahkan, bawelnya dia bisa bikin keponakannya batal atau berhenti menangis. Melanie kalau disuruh untuk ngomong satu jam nonstop bisa saja, memang itu keahliannya.

Melanie: Ah, mama sebenarnya juga bawel, cuma nggak diakuinya saja. Mama itu lucu. Pernah suatu hari ketika saya sedang bekerja dan nggak bisa mengangkat telepon, dia menelepon saya bolak-balik dari ponselnya dan telepon rumah sampai meninggalkan banyak missed call. Saya kira itu emergency, ternyata hanya untuk bertanya Tupperware miliknya yang saya pinjam ditaruh di mana. Kalau sudah begitu, saya sebagai anak yang harus bersabar dan jaga intonasi supaya nggak tinggi dan menyinggung perasaannya. Untungnya, kami nggak pernah bertengkar hebat, paling hanya saling mendiamkan sebentar ketika ada masalah. Saya memang anak mama yang paling moody, dan mama tahu betul bagaimana menjaga perasaan saya. Walaupun sebenarnya menyebalkan, kejadian itu lucu dan ngangenin sebenarnya.

Christy: Yang saya jaga kepada semua anak-anak saya adalah jangan mengeluarkan perkataan apapun saat emosi, karena jangan sampai mengeluarkan omongan yang akan disesali di kemudian hari. Jangan sampai terpikir atau bahkan akhirnya mengutuk anak. Caranya, jangan lupa tarik nafas ketika emosi.

Melanie: Kalau ditanya apakah hubungan kami layaknya hubungan ibu dan anak yang normal, saya nggak tahu hubungan saya dengan mama apakah normal. Dengan makin biasnya ukuran normal di zaman absurd seperti ini, menurut saya hubungan kami sudah selayaknya ibu dan anak, yang nggak terlalu memusingkan hal-hal kecil dan nggak memaksakan pakem tertentu.