Spirit Ecofriendly Untuk Produk Gaya

Fimela Editor diperbarui 11 Mei 2012, 04:20 WIB
2 dari 6 halaman

Next

Ni Luh Wayan Ayu: Fashionable Plastic Clutch

Adalah Ni Luh Wayan Ayu yang menciptakan salah satu produk ramah lingkungan. Kali ini produk yang ia ciptakan adalah produk fashion. Mengusung brand OJA Clutch, mantan fashion stylist yang kini banyak menghabiskan waktu di rumah ini, memanfaatkan plastik kresek sebagai bahan baku produknya. “Usaha re-use sampah plastik saya berawal dari tugas akhir sewaktu kuliah di ITB, Jurusan Kria Tekstil, Fakultas Seni Rupa & Desain. Saat itu saya mengusung tema 'Eksplorasi Sampah Plastik Sebagai Alternatif Barang Tekstil'. Selepas kuliah, saya belum melanjutkan usaha ini kembali karena lebih berkonstrasi pada pekerjaan saya di media cetak. Setelah berhenti kerja, saya berpikiran untuk mulai kembali meneruskan projek Tugas Akhir kuliah saya. Selain untuk dijadikan lahan berkarya, bidang ini juga dijadikan lahan bisnis eco-conscius yang ke depannya semoga bisa menjadi socio-preneur,” Ni Luh memulai cerita.

What's On Fimela
3 dari 6 halaman

Next

 

Untuk membuat berbagai produk yang ia beri label OJA Clutch, Ni Luh seratus persen menggunakan kantong plastik (kresek) sebagai material dasar. Hingga saat ini memang belum ada pengusaha kerajinan yang menggunakan plastik sebagai bahan baku utama untuk produknya. Ni Luh pun menyulap kantong-kantong kresek menjadi beragam clutch cantik yang bisa digunakan untuk bepergian. Seperti banyak yang kita lihat, umumnya orang lebih memilih menggunakan kemasan plastik bekas sabun dan berbagai produk lainnya untuk digunakan kembali untuk menghasilkan berbagai produk lainnya.

“Saya memilih kantong plastik,selain karena belum ada yang mengolah material serupa, juga karena kantong plastik merupakan musuh terbesar penyebab terjadinya kerusakan lingkungan (di Indonesia khususnya). Seperti yang kita tahu, negara kita belum bisa lepas dari pemakaian kantong plastik. Pemakaian kantong plastik tanpa diimbangi dengan pengolahan yang tepat tentu akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Jadi, selain bisa berkarya seni dengan cara sederhana (tanpa recycle dengan alat berat), tentunya akan lebih bagus apabila karya yang dihasilkan juga bermanfaat bagi lingkungan, kan?” Ni Luh menjelaskan.

4 dari 6 halaman

Next

 

Untuk mendapatkan plastik kresek yang ia gunakan sebagai bahan baku pembuatan clutch-nya, Ni Luh pun mengumpulkan plastik dari berbagai sumber. Ni Luh mengaku tak segan-segan memulung sendiri setiap kali ia menemukan sampah plastik di jalan. Namun, Ni Luh menyayangkan karena ternyata produk-produk ramah lingkungan seperti produknya ini jauh lebih dihargai oleh pihak asing.

Ke depannya Ni Luh optimis bisa bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menggarap produknya ini. “Saya berharap nanti bisa bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pengumpulan bahan baku dari pemulung hingga proses desain dan produksi yang bisa dikerjakan oleh anak jalanan atau anak putus sekolah (Socio-Preneur),” ujar Ni Luh pada FIMELA.com.

 

 

 

5 dari 6 halaman

Next

 

Donda Lucia Yuniar Hutagalung: Degradable Raincoat

Berbeda dengan Ni Luh Wayan Ayu yang menghasilkan produk ramah lingkungan dengan memanfaatkan kantong kresek sebagai bahan baku, Donda Lucia Yuniar Hutagalung, salah satu pemenang Ernst & Young 2011, menciptakan sebuah produk ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Jika Ni Luh sudah menjual produknya ke pasaran, produk ramah lingkungan buatan Donda masih dalam tahap persiapan.

Donda menciptakan jas hujan yang bisa diurai oleh tanah, celemek, topi, dan sarung tangan. Yang menarik dari produk yang akan segera diluncurkannya ke pasar tahun ini adalah produk-produknya ramah lingkungan dan mudah diurai di tanah. “Jas hujan yang saya akan luncurkan ini terbuat dari tepung kanji (Tapioca Starch). Saya mencari bahan plastik yang ramah lingkungan dan akhirnya saya menemukan  tepung kanji ini,” Donda mengawali cerita pada FIMELA.com.

6 dari 6 halaman

Next

 

Donda mengaku bahwa bahan yang ia gunakan untuk memproduksi jas hujan dan produknya yang lain adalah hasil buatan Sugianto Tandiyo. Dan jas hujan yang masih dalam proses ini diklaim Donda sebagai decomposable rain pertama di dunia. “Saya berani mengatakan bahwa produk saya ini akan menjadi decomposable rain karena saya melihat belum ada pakaian tahan air dari plastik yang ramah lingkungan,” Donda menjelaskan.

Pemilik PT Anugraha Wening Caranadwaya, PT Deva Datta Dinda, dan PT Deva Datta Dita ini mengaku bahwa kelak produknya bisa terurai oleh tanah dalam jangka waktu 2—6 bulan. Dan ternyata nggak hanya ramah lingkungan, produk yang sudah siap 80% ini ternyata juga ramah terhadap konsumen. “Saat ini bahan jas hujan yang beredar di negara-negara berkembang , seperti Indonesia, kebanyakan adalah PVC.  PVC merupakan daur ulang terakhir dari bahan poly. Dengan demikian, racun Chloride yang terdapat di dalamnya bisa masuk kedalam aliran darah melalui pori-pori, mengganggu fungsi hati, dan ginjal manusia.  Bahkan, jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu lama bisa dipastikan fungsi hati dan ginjal akan rusak dalam 15 tahun,” Donda kembali menjelaskan.

Walaupun belum ada di pasaran, produk yang diharapkan bisa beredar tahun 2012 ini sudah banyak dinanti oleh pasar. Kanada, Australia, dan Eropa adalah tiga pasar besar yang sudah siap menyerap produk ramah lingkungan buatannya. Para pengguna jas hujan tentunya nggak sabar lagi kan untuk bisa menjajal produk yang terbuat dari singkong ini?