Next
Perempuan yang biasa disapa Lia ini mengawali karirnya sebagai landscape designer sekitar delapan tahun lalu. “Saya memulai karir saya ini sekitar tahun 2004, ketika anak saya sudah cukup besar dan sudah bersekolah sampai sore. Saat itulah saya ingin mengerjakan sesuatu. Kebetulan pada saat itu ayah saya punya sebidang tanah yang tidak terpakai. Akhirnya saya meminta ijin pada ayah saya untuk menggunakan lahan tersebut sebagai tempat berkebun dan menanam berbagai macam tanaman hias. Dari situlah kemudian saya pun menjadi supplier tanaman, bunga, dan daun potong untuk hotel dan berbagai florist. Ada satu ketika, tanaman di kebun saya mengalami surplus hingga saya bisa mengekspor tanaman ke Korea,” Lia mengawali cerita.
What's On Fimela
powered by
Next
Saat ini Lia menetap sementara di Negeri Paman Sam bersama dengan suami dan anaknya. Beruntung bisa mengunjungi berbagai tempat dengan iklim dan cuaca berbeda, Lia menjadikan pengalamannnya menyentuh berbagai tempat sebagai inspirasinya dalam bekerja. “Saya beruntung bisa mengunjungi tempat-tempat yang berbeda sehingga saya bisa memperkaya memori saya, dan pada dasarnya saya suka sekali merekam apa yang saya lihat dalam memori. Memori, berbagai referensi, dan kesalahan adalah kombinasi yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan inspirasi dalam bekerja,” Lia bercerita dengan sedikit serius.
Next
Perpindahannya ke Amerika secara tidak langsung memengaruhi bisnis yang sudah ia jalani selama hampir 8 tahun ini. “Mau tidak mau kepindahan saya ke Amerika memang memengaruhi bisnis saya. Semuanya berjalan normal seperti biasa, tapi memang kami tidak berani banyak mengambil projek. Kebetulan saya bisa kembali ke Indonesia setiap 2 atau 3 bulan sekali untuk menangani projek-projek yang ada. Tapi, sisi positifnya adalah selama di Amerika saya bisa banyak mengambil kelas, konferensi dan belajar tentang landscape dan arsitektur untuk profesional,” tutur perempuan yang menyukai warna hijau ini.