Lia Hasibuan: Seniman Taman Penggemar Tanaman

Fimela Editor diperbarui 08 Mei 2012, 04:10 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Perempuan yang biasa disapa Lia ini mengawali karirnya sebagai landscape designer sekitar delapan tahun lalu. “Saya memulai karir saya ini sekitar tahun 2004, ketika anak saya sudah cukup besar dan sudah bersekolah sampai sore. Saat itulah saya ingin mengerjakan sesuatu. Kebetulan pada saat itu ayah saya punya sebidang tanah yang tidak terpakai. Akhirnya saya meminta ijin pada ayah saya untuk menggunakan lahan tersebut sebagai tempat berkebun dan menanam berbagai macam tanaman hias. Dari situlah kemudian saya pun menjadi supplier tanaman, bunga, dan daun potong untuk hotel dan berbagai florist. Ada satu ketika, tanaman di kebun saya mengalami surplus hingga saya bisa mengekspor tanaman ke Korea,” Lia mengawali cerita.

Berawal dari kecintaannya pada tanaman hias inilah Lia hobi melakukan bongkar pasang taman. Latar belakang pendidikannya sebagai interior designer, sangat membantu Lia dalam menjalani hobinya sebagai karir. “Awalnya saya tidak sengaja menjadi seorang landscape designer karena selain hobi bercocok tanam sejak kecil, saya juga senang mengutak-atik taman di rumah teman-teman saya. Hingga akhirnya teman-teman saya sering meminta tolong mengerjakan taman-taman di rumah mereka. Dan pada satu titik ada teman yang menjerumuskan saya untuk mengerjakan projek komersial pertama saya. Sejak saat itulah kemudian datang berbagai projek-projek komersial lainnya. Saya juga bersyukur karena latar belakang pendidikan saya sangat mendukung pekerjaan yang saya jalani saat ini,” ujar Lia.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

Saat ini Lia menetap sementara di Negeri Paman Sam bersama dengan suami dan anaknya. Beruntung bisa mengunjungi berbagai tempat dengan iklim dan cuaca berbeda, Lia menjadikan pengalamannnya menyentuh berbagai tempat sebagai inspirasinya dalam bekerja. “Saya beruntung bisa mengunjungi tempat-tempat yang berbeda sehingga saya bisa memperkaya memori saya, dan pada dasarnya saya suka sekali merekam apa yang saya lihat dalam memori. Memori, berbagai referensi, dan kesalahan adalah kombinasi yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan inspirasi dalam bekerja,” Lia bercerita dengan sedikit serius.

Sebagai seorang “seniman” taman, tentu Lia memunyai ciri khas tersendiri dalam setiap karya yang dibuatnya. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak projek komersil yang ditangani oleh Lia. Namun, adakah satu benang merah yang bisa ditarik dari semua karya ciptaannya? “Dekorasi saya cenderung maskulin, saya tidak terlalu suka menggunakan banyak bunga dalam dekorasi saya. Saya melihat yang menjadi ciri khas saya adalah tanaman topiary dan semacam tanaman kaktus yang tidak berduri. Ini adalah perkawinan ide saya dengan klien pertama saya. Sejak itulah saya sering menggunakan tanaman topiary untuk hiasan di dalam gedung. Jika dilihat dari semua hasil dekorasi saya, hampir tidak ada kombinasi warna cerah dalam hasil karya saya. Sekalipun saya memasukkan warna dalam dekorasi, saya cenderung akan memilih sentuhan warna yang juga diambil dari tanaman, bukan bunga” jelas Lia.

4 dari 4 halaman

Next

Perpindahannya ke Amerika secara tidak langsung memengaruhi bisnis yang sudah ia jalani selama hampir 8 tahun ini. “Mau tidak mau kepindahan saya ke Amerika memang memengaruhi bisnis saya. Semuanya berjalan normal seperti biasa, tapi memang kami tidak berani banyak mengambil projek. Kebetulan saya bisa kembali ke Indonesia setiap 2 atau 3 bulan sekali untuk menangani projek-projek yang ada. Tapi, sisi positifnya adalah selama di Amerika saya bisa banyak mengambil kelas, konferensi dan belajar tentang landscape dan arsitektur untuk profesional,” tutur perempuan yang menyukai warna hijau ini.

Berbincang-bincang dengan pakar landscape designer, rasanya sayang dan rugi jika tidak membahas mengenai tata rias taman dan ruang hijau yang bagus untuk rumah. “Saya merasa bahwa banyak orang yang beranggapan bahwa mendekorasi rumah harus selalu dengan menggunakan bunga. Padahal, menurut saya, banyak tanaman lain yang bisa dipakai untuk diletakkan di atas meja sebagai pengganti bunga. Terkadang kita memerlukan keberanian untuk menggunakan tanaman di luar pakem yang ada, misalnya dengan meletakkan tanduk menjangan di dalam ruangan tentunya dengan menggunakan pot-pot lucu. Poin pentingnya adalah jangan pernah takut untuk melakukan eksperimen karena sesekali kita perlu mendobrak pakem yang ada,” Lia memberi saran di akhir pembicaraan.