Benarkah Mimpi Selalu Dimulai dari Inspirasi?

Fimela Editor diperbarui 03 Mei 2012, 11:29 WIB
2 dari 3 halaman

Next

“Dulu aku sering berpikir sebelum tidur, apa sih yang kukerjakan? Mau jadi apa, sih? Umur segini belum ada pekerjaan tetap, belum punya tabungan, masih plin-plan tentukan tujuan hidup. Sampai suatu hari, saat aku bekerja di sebuah media, aku bertemu dengan orang yang bisa dibilang memotivasiku. Aku mengagumi orang itu. Dia punya passion dan kelihatan sangat menikmati pekerjaannya,” ungkap Arum, fashion reporter, 23 tahun. “Inilah yang jadi turning poin-ku. Setelah memutuskan nggak bekerja di media itu lagi dan nggak sengaja bertemu dengannya, dia bertanya, ‘Hai, kerja di mana sekarang?’ mukaku langsung merah padam dan cuma bisa bilang, ‘masih menganggur.’ Malunya! Aku langsung apply pekerjaan detik itu juga, dan alhamdulillah seminggu kemudian pekerjaan yang kuinginkan ada di tanganku. Saat aku bertemu orang itu lagi dan dia menyapa sambil bilang, ‘Katanya kerja di sini, ya? Jadi apa? Oh, good for you dan sukses, ya!’ rasanya pengin banget teriak, gara- gara kamu lho, aku bisa jadi kayak gini!

3 dari 3 halaman

Next

 

Cerita Arum mengingatkan saya pada mimpi saya sendiri. Saya sering menjadikan banyak orang di sekeliling saya sebagai tolok ukur juga. Sejak kecil, misalnya, saya selalu melihat figur kakak saya. Apa yang dia capai, juga harus saya capai. Itu prinsip saya. Saya menjadikannya motivasi untuk terus maju sampai saya bisa bekerja dan hidup mandiri sejak lulus kuliah sepertinya. Saat itulah saya menyadari betapa besar peran figur yang menginspirasi. Dengan melihat keberhasilan, kesuksesan, atau pencapaian orang yang kita “idola”-kan, otomatis kita juga terpacu untuk jadi atau bahkan lebih dari mereka. Inspirasi yang bikin kita berani bermimpi, berani bilang, masak kamu nggak bisa seperti dia!

Tapi, ternyata inspirasi nggak selalu datang dari orang-orang yang sangat sukses atau figur terkenal. Apa yang kita alami bersama orang-orang di sekitar kita dan apa yang kita lihat dalam keseharian bisa berpeluang lebih besar menginspirasi kita, bahkan orang-orang yang nggak terduga. Dalam bukunya, Dream Catcher, Alanda Kariza juga mengatakan bahwa kita membutuhkan inspirasi untuk menentukan mimpi kita dan meraihnya. Dan inspirasi itu ia dapatkan dari almarhum kakeknya, padahal Alanda sama sekali nggak pernah bertemu dengan almarhum sebelumnya. Cerita-cerita nenek Alanda tentang kakeknya yang bisa meraih banyak hal walaupun hanya berasal dari keluarga biasa ampuh membuat Alanda menelurkan janji menjadi seperti kakeknya suatu saat nanti, berguna, dihormati, dan dikenang.

Mesty Ariotedjo, dalam Dream Catcher, juga meyakini bahwa kepribadian seseorang dibentuk sejak kecil, bagaimana mereka berperilaku, berpikir, dan bertindak. Mesty sendiri terinspirasi dari gurunya, sehingga ia pun sempat ingin menjadi guru agar dapat menanamkan kebaikan dan produktivitas pada anak-anak didiknya. Inspirasi itu pulalah yang akhirnya mendorong sarjana Kedokteran UI ini mendirikan Children in Harmony, mewujudkan mimpinya untuk ikut mencerdaskan anak bangsa lewat musik. Semua berawal dari inspirasi.

Nggak perlu mencarinya jauh-jauh, karena bisa jadi salah satu atau beberapa orang yang ada di dekat kitalah yang justru membawa inspirasi terbesar. Mereka jadi alasan kita untuk melakukan banyak hal. Contohlah mereka, jadikan inspirasi yang memotivasimu, dan hiduplah dengan berjuta mimpi yang akan banyak bercerita tentang masa depan, begitu kata Alanda. Kalau kamu, siapa yang menginspirasimu?