Next
Cinta nggak memberikan kita banyak pilihan. Benar begitu? Kita nggak punya kuasa menentukan pada siapa kita akan atau sedang jatuh cinta. Nah, bagaimana kalau kamu mencintai laki-laki yang hidupnya lurus-lurus saja, teratur, tapi sama sekali nggak berpengalaman dalam hal seks? Bagaimana juga kalau someday kamu mencintai si master seks?
Mari berandai-andai kamu ada di dua posisi itu. Kira-kira, mana yang kamu pilih? Dari obrolan sore bareng teman-teman, kebanyakan lebih memillih opsi kedua, laki-laki yang jago seks. Ini nggak berarti pukul rata, kebanyakan perempuan berpikiran begitu, tapi paling tidak dari jawaban itu kita bisa menemukan alasan mereka. “Seks kan, salah satu bumbu hubungan, yang bikin pasangan lebih harmonis dan awet. Bayangin aja kalau pasanganmu buta seks, apa tanpa keintiman itu hubunganmu baik-baik aja? Nggak bosan? Bukannya malah akan menimbulkan masalah baru?” Sonnia, 23 tahun, berpendapat.
What's On Fimela
powered by
Next
“Sebenarnya masing-masing salah karena nggak mengomunikasikan untung-ruginya atau komitmen bersama sebelum melakukan sejauh itu. Keburu napsu, sedikit-sedikit seks. Kalau buat aku lebih mending pasangan yang buta sama sekali urusan begituan. Jadi kita nanti bisa sama-sama explore, walaupun mungkin harus lebih sabar. Kalaupun nggak cocok, kita bisa pisah baik-baik tanpa ada yang mengganjal. Beda lho, dengan yang memang gaya hidupnya bebas. Masing-masing sudah punya pertimbangan sebelum memilih mau dibawa ke mana dan seperti apa hubungan yang mereka jalani, kan, risiko tiap pilihanlah ya,†kata Soraya, 28 tahun.
Kalau begitu, apa laki-laki buta seks bukan pasangan yang baik buat kita? Nggak juga, kan? Pasangan buta seks bukan berarti nggak bisa membahagiakan kita. Artinya, masih banyak kesempatan untuk belajar bersama dan jadi “pintar†bersama juga. Pengalaman pertama dengan orang yang dicintai masih jadi impian banyak pasangan lho. Positifnya, hubungan bisa jadi lebih fun karena masing-masing bisa mengimbangi pasangannya ketika berhubungan seks, dan bisa coba-coba gaya baru sama-sama sambil mengomunikasikan kekurangan masing-masing. Seru, kan? Nggak ada cara lain selain menikmati proses belajar bersama dan jadikan chemistry sebagai penyemangat. Toh, cinta nggak melulu urusan seks, kan? Memutuskan berjalan bersama dalam suka dan duka itu ya termasuk saling men-support dan mendampingi, apa pun kekurangan masing-masing. Kalau buatmu, mana yang lebih kamu pilih, si buta seks atau justru si dia yang sudah master? Alasanmu?