Cerita Perempuan Sukses: Tidak Ada Halangan untuk Bisa Maju

Fimela Editor diperbarui 16 Apr 2012, 03:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Pradita Astarina: Yang Muda Yang Berkarya

Di usianya yang relatif muda, rasanya tidak berlebihan jika kita memberikan apresiasi tinggi pada Pradita Astarina atas pencapaiannya sebagai Analis di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan/UKP4. Pengalamannya tumbuh di tengah keluarga dengan kondisi ekonomi menengah, memicunya untuk selalu bekerja keras untuk mendapatkan apapun yang ingin ia capai. “Setiap hari saya melihat orangtua saya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Kenyataan seperti ini yang memacu saya untuk menjadi seorang pekerja keras,” ujar Pradita.

Perempuan kelahiran 1989, lulus dari universitas pada tahun 2010 dengan predikat summa cumlaude. Selama kuliah, perempuan yang memiliki hobi traveling ini tidak hanya fokus pada pendidikan, tapi juga aktif dengan kegiatan organisasi. Pada tahun 2009, Pradita menjadi anggota McKinsey Young Leaders for Indonesia (YLI) dan pada saat yang sama juga bekerja sama dengan Belinda Stronach Foundation.

UKP4 tempatnya bekerja saat ini adalah sebuauh lembaga yang hanya terdiri dari 20 orang pekerja, di tempat ini Pradita adalah pekerja termuda. Inilah salah satu yang membuat Pradita menjadi “bintang” UKP4 sehingga menarik radio dan majalah lokal untuk "Tidak akan pernah ada kata ‘selesai’ dalam belajar."menjadikannya sebagai salah satu narasumber mereka. Pada bulan Februari tahun 2011 lalu, Pradita mendapat kehormatan untuk mewakili institusi tempatnya bekerja untuk menghadiri Konferensi BNP Paribas ASEAN yang diselenggarakan di Singapura.

“Saya selalau mencari tantangan baru yang bisa membuat kemampuan yang saya miliki bisa terus berkembang. Dan saat ini saya mendedikasikan hidup saya di UKP4 sebagai Analis, yang terpenting buat saya adalah tidak akan pernah ada kata ‘selesai’ dalam belajar,” ujar perempuan yang terpilih sebagai wakil Indonesia dalam Asian Youth Forum 9 yang diselengarakan di Taiwan pada bulan November tahun 2011 lalu.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 

Riezka Rahmatiana: Gagal untuk Sukses

Pernah gagal karena tertipu saat menjalankan bisnis bukanlah penghalang bagi Riezka untuk terus maju mengembangkan usaha. Kini, Riezka telah menjadi salah satu pengusaha sukses di Kota Bandung. “Saat kali pertama memulai bisnis, saya tertipu oleh oleh sebuah tawaran dalam bisnis kelapa sawit. Uang ratusan juta hilang dan kami (saya dan suami) terbelit hutang besar,” Riezka mengawali cerita.

Untuk menata kembali kondisi keuangannya, Riezka dan Erwin (lelaki yang kini menjadi suaminya) memulai usaha dengan berjualan pulsa handphone dengan modal awal Rp150.000,-. Sejak saat itulah, Riezka mulai kembali bangun untuk memulai usahanya lagi dengan begrgabung pada bisnis laundry dengan temannya serta membangun sebuah kafe daari keuntungan yang dari menjual pulsa dan bisnis laundry.

Lagi-lagi, hambatan pun dihadapinya. Kafe yang ia bangun tidak memberikan kemajuan baik. Kemudian pada tahun 2008, akhirnya Riezka dan Erwin mencoba berjualan Es Pisang Ijo sendiri yang kini sudah menjadi besar.” Pada awalnya, penjualan tidak seperti apa yang kami harapkan. Tapi, justru karena itu kami semakin giat mencari tahu bagaimana cara membuat makanan tersebut dengan enak dengan belajar langsung belajar dari orang Makasar,” ujar Riezka.

"Hingga saat ini saya percaya bahwa mimpi adalah segalanya."Promosi dari mulut ke mulut pun berjalan dan berhasil meningkatkan omset penjulan Pisang Ijo miliknya. Originalitas karyanya ditambah dengan inovasi baru membuat Pisang Ijo Justmine berkembang cukup pesat. “Setelah setahun berjalan tepatnya pada Maret 2009, kami mulai mengubah sistem usaha kami menjadi sistem kemitraan karena banyaknya permintaan dari konsumen yang juga ingin menikmati membuka usaha Justmine Pisang Ijo. Maka mulai saat itu kami menyiapkan semua sistem yang diperlukan mitra sehingga konsumen yang ingin membuka usaha pun dipermudah,” Riezka kembali berbagi.

Kini, usaha Justmine Pisang Ijo telah memiliki 40 outlet yang tersebar di Bandung dan Jabodetabek. Dan siapa sangka, usaha yang dulunya hanya bisa laku 5 porsi Pisang Ijo, kini telah beromset ratusan juta Rupiah setia bulannya. “Sejak kecil saya memang bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses, beruntung Tuhan mempertemukan saya dengan oran yang tepat yang terus menuntun saya dengan sabar hingga saya menjadi seorang perempuan pengusaha yang tidak takut dengan kegagalan. Dan hingga saat ini saya percaya bahwa mimpi adalah segalanya,” tutur Riezka.

4 dari 4 halaman

Next

 

Rinny: Kendala Ekonomi bukan Penghalang untuk Sukses

Rinny memiliki kekhawatiran tidak bisa meneruskan kuliah usai menamatkan SMA pada tahun 2000 karena pada saat yang sama ayahnya menjadi korban PHK atas dampak krisis moneter tahun 1998. Namun, dengan komitmen yang tinggi, akhirnya Rinny bisa meneruskan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. “Saya belajar akan pentingnya komitmen dan juga arti dari mengambil risiko.  Kuliah di Yogyakarta mengajarkan saya akan pentingnya menghargai nilai budaya yang berbeda mengingat budaya Yogyakarta sangat berbeda dengan budaya di Sumatera Barat,” Rinny bercerita.

Lagi-lagi tidak sekadar masalah akademik yang dicari, Rinny pun mulai melebarkan sayap ke dunia internasional melalui program pertukaran pelajar ke Jepang. “Menyadari pentingnya international exposure, saya melamar program pertukaran pelajar ke Jepang di tahun 2003. Aplikasi saya yang pertama kali ditiolak. Walaupun demikian, saya menyadari, sekali lagi, pentingnya komitmen and tidak menyerah. Aplikasi saya yang kedua di tahun 2004 berhasil dan menjadi kesempatan bagi saya untuk menempuh pendidikan tinggi di Jepang dengan beasiswa penuh,” Rinny kembali berbagi.

Usai menyelesaikan pendidikannya di Jepang, Rinny bekerja konsultan Accenture sebagai seorang analis. Dan setelah dua tahun bekerja, Rinny pun dipromosikan menjadi Konsultan di tempatnya bekerja. selama perjalanan karirnya di konsultan Accenture, Rinny telah berhasil memimpin projek perbaikan bisnis  sebuah perusahaan tambang berkelas internasional di Papua. Tantangan dalam bentuk apapun rasanya bukan menjadi penghalang bagi Rinny untuk memberikan yang terbaik dalam setiap projek yang digarapnya. “Saya belajar bahwa yang terpenting untuk sukses bukanlah tentang keadaan ekonomi, tetapi kerja keras, semangat dan persistensi,” ujar perempuan asal Sumatera Barat ini.