Next
Setiap selesai berdandan dan memadumadankan baju, setiap perempuan merasa perlu untuk mengajukan pertanyaan, “How do I look?”, dan jawaban yang setiap Kaum Hawa ingin dengar adalah, “Very good!”. Dengan kata lain, selain keberadaan cermin, kita masih membutuhkan penilaian orang lain, terutama laki-laki, dalam hal ketepatan berpenampilan. Penasaran dengan hal itu, FIMELA.com bertanya pada Imam Wibowo dan Tommy Prabowo tentang figur publik yang menjadi gambaran tentang penampilan yang jangan ditiru. Dan, jawaban pertama mereka adalah: Syahrini, penyanyi asal Bogor yang mempopulerkan tatanan poni super tinggi dan bulu mata palsu yang ekstra dramatis dengan pemakaian aksesori ekstravaganza.
“Gaya perempuan yang simple dan pemakaian aksesori yang seperlunya adalah yang terbaik. Ambil saja contoh kasus Syahrini yang terlalu banyak menggunakan aksesori, sehingga yang tadinya aksesori dibutuhkan untuk menunjang penampilan, malah terlihat memberatkan. Istilahnya, kalau seperti makanan, sudah terlalu banyak garnish-nya,” ungkap Imam.
Lain lagi dengan pendapat Tommy Prabowo, yang menganggap bahwa gaya berlebihan ala Syahrini malah membuat laki-laki mundur untuk mendekati karena terkesan high maintanance dan susah diraih.
“Berpenampilan serepot Syahrini terkesan ia nggak punya waktu untuk mengurus kami, laki-laki, bila menjadi pasangannya, karena waktunya sudah habis untuk mengurus diri sendiri. Selain itu, kesan high maintenance-nya bikin gentar para laki-laki karena mengesankan gaya hidupnya yang serba mahal,” akunya.
Cara berbusana yang sesuai dengan umur juga menjadi fokus perhatian mata laki-laki, karena baik menurut Imam dan Tommy, perempuan di usia berapa pun bisa terlihat cantik dan menarik, asal berbusana sesuai dengan kadar usianya. Contoh figur yang jangan ditiru? Nikita Willy yang menjadi keputusan bulat mereka.
“Sayang saja kalau usianya masih belasan tahun tapi penampilan luarnya sudah seperti pertengahan 20 tahun. Itu seperti mengingkari usia sendiri, berpenampilan sesuai usia sajalah,” kata Imam.
Next
Pendapat tentang ketidaktepatan penampilan Nikita, juga diamini oleh Tommy, yang menyayangkan seorang perempuan berusia muda malah lebih memilih penampilan yang lebih tua, padahal perempuan berusia 40 tahun ke atas justru memilih untuk bergaya bak perempuan muda agar terlihat menarik.
“Lihat saja Yuni Shara, dia konsisten berpenampilan muda, sementara Nikita Willy malah seperti perempuan dewasa. Sayang sekali,” menurutnya.
Selain dari sisi penggunaan aksesori dan usia, keseksian juga menjadi pertimbangan laki-laki untuk menilai perempuan. Dan, sosok Julia Perez dengan pilihan pakaian yang menonjolkan payudaranya, dinilai kurang enak untuk mata.
“Perempuan itu indah, seksi, dan punya aura yang membuat laki-laki tertantang karena memiliki aset menarik yang tersembunyi. Itulah sebabnya kalau seorang perempuan terlalu membuka aset berharganya, nilai “tantangannya” jadi berkurang karena sudah nggak penasaran lagi,” urai Imam.
Sama halnya dengan Tommy dan Daned Gustama, yang menganggap gaya Julia Perez malah membuatnya malas mendekati, bukan ingin mendekati.
“Perempuan seksi itu enak dilihat, tapi nggak enak untuk dibawa ke rumah dan diperkenalkan ke orang tua dan keluarga. Pertimbangannya karena ibu saya masih menilai seseorang dari penampilan dan cara berpikirnya yang masih konvensional. Kalau misalnya saya berhubungan dan jatuh cinta dengan perempuan berpakaian seksi, saya harus perlu tenaga ekstra untuk mendekatkannya dengan keluarga saya,” kata Tommy. “Malah membuat hilang hasrat untuk mendekati, karena malah terlihat seronok daripada menggoda,” sambung Daned.
Kesimpulannya Ladies, perempuan akan enak dilihat bila dia pintar memadumadankan antara apa yang dia miliki, kenakan, dan acara atau tempat yang didatangi. Benar begitu?