Next
Banyak Faktor untuk Epilepsi
Epilepsi adalah penyakit saraf yang menimbulkan serangan atau kambuhan yang mendadak dan berulang, serta seringkali tanpa sebab. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, dari mulai bayi, anak-anak, sampai orang tua. Meski penyebab pastinya belum diketahui, epilepsi dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti genetik, adanya kerusakan otak, kerusakan, luka, atau trauma pada kepala, stroke, tumor otak, dan alkohol. Dan nggak usah takut kalau anak kita ternyata berteman dengan seseorang yang salah satu anggota keluarganya menyandang epilepsi, karena epilepsi bukan penyakit keturunan dan nggak menular.
Deteksi dini epilepsi sangat perlu dilakukan, khususnya pada anak-anak. Orang tua perlu memerhatikan segala kelainan yang mungkin terjadi selama tumbuh kembang anak, apalagi jika si kecil ternyata sering melakukan gerakan-gerakan tertentu secara berulang. Sementara itu, epilepsi yang muncul saat dewasa lebih dikarenakan adanya luka atau trauma pada kepala yang baru saja terjadi. Misalnya, seseorang tiba-tiba menunjukkan gejala kejang yang mengarah pada epilepsi, setelah beberapa bulan sebelumnya mengalami kecelakaan yang menyebabkan trauma pada daerah kepala atau bahkan otak. Demikian ungkap dr. Endang Kustiowati, SpS (K), Msi. Med., dalam media edukasi tentang pentingnya kepatuhan pasien epilepsi terhadap pengobatan, pada pertengahan Maret lalu.
What's On Fimela
powered by
Next
World Purple Day, Peduli Epilepsi Setiap Tahun
Epilepsi adalah penyakit menahun dan belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan serangannya. Namun, pengobatan yang teratur dan disiplin dapat sangat membantu mengurangi serangan pada pasien. Meski pasien cenderung harus minum obat antiepilepsi selama bertahun-tahun, tapi pengobatan yang adekuat dapat sangat meminimalisasi kecenderungan otak untuk memunculkan kejang. Untuk itu, dokter perlu mengetahui kondisi detail dari setiap pasien epilepsi, untuk menyesuaikan jenis obat yang akan diberikan, dengan usia, tipe epilepsi, dan gaya hidup pasien.
Setiap penyandang epilepsi perlu selalu diingatkan tentang pentingnya pengobatan yang disiplin, dan untuk itu, masyarakat di sekitar penyandang epilepsi juga wajib mendukung. Itu sebabnya, tanggal 26 Maret setiap tahun dinyatakan sebagai World Purple Day, untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap para penyandang epilepsi. Kenapa purple? Karena warna ungu adalah refleksi dari bunga lavender yang menjadi lambang internasional untuk epilepsi. Bunga lavender juga memiliki simbol kesendirian, yang mewakili para penyandang epilepsi yang seringkali merasa terisolasi karena kondisi mereka.
Meski mengenakan pakaian berwarna ungu dapat menunjukkan kepedulian kamu terhadap epilepsi hari ini, ada banyak cara lain yang juga dapat mewakili simpati kamu terhadap para penyandang penyakit saraf tersebut. “Salah satu sikap yang paling penting adalah dengan nggak mengucilkan atau mendiskriminasikan penyandang epilepsi dari pergaulan, karena pada dasarnya mereka dan kita adalah sama,” kata dr. Endang, menutup acara media edukasi yang berlangsung pada 21 Maret lalu, yang juga menghadirkan Maripah dan si kecil Bagas, narasumber pasien epilepsi yang telah membuktikan bahwa kedisiplinan dalam pengobatan dapat terus memperkecil serangan epilepsi.