Next
Dan menurut pengakuan sebagian besar selebriti, gosip adalah salah satu dari sekian poin risiko menjadi figur publik. Lalu, apa saja hal yang berisiko untuk dibuat besar oleh para pemburu berita gosip? FIMELA.com merangkumnya.
Hubungan asmara
Perihal cinta selebriti adalah komoditi terbesar untuk dijadikan gosip. Bukan sekali dua kali selebriti dikejar pemburu berita karena ingin diminta konfirmasinya soal siapa yang sedang mereka gandeng, apa benar mereka sedang berpacaran dengan yang digosipkan, atau apa benar pernikahan kilat mereka atas dasar kehamilan. Tyas Mirasih adalah salah satu figur yang mendapatkan porsi pemberitaan paling banyak karena hubungan asmaranya dengan beberapa laki-laki yang berkiprah di dunia hiburan juga. Ia memang tergolong terbuka ketika perhatian para pemburu berita berfokus pada kehidupan pribadinya, bisa dilihat dari kesediaannya ketika ditanya apa benar ia berhubungan dengan seseorang atau nggak serta merta marah ketika gambar dirinya berdua dengan kekasih diambil oleh pemburu berita. Tapi sayangnya, kesediaannya untuk berbagi malah menjadi bumerang untuknya, karena perjalanan asmaranya dengan beberapa orang, membuatnya dianggap sebagai perempuan yang nggak bisa berkomitmen serius.
Menurutnya, kehidupan asmaranya yang terpublikasi menjatuhkan nama baiknya, padahal yang diberitakan di media massa hanya sepersekian dari kejadian sebenarnya, tapi sudah dinilai habis-habisan oleh publik.
“Gosip kadang-kadang bisa menaikkan dan menjatuhkan. Contohnya, saya dibilang suka gonta-ganti pacar, padahal sebenarnya mereka nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya pada hubungan asmara saya. Hanya karena saya bungkam dan nggak mau membeberkan faktanya, berakhir dengan jeleknya nama saya di mata publik. Makanya, mulai sekarang saya lebih banyak diam saja,” ujarnya.
What's On Fimela
powered by
Next
Foto pribadi
Selebriti berfoto dalam balutan pakaian bagus hasil arahan stylist majalah, itu biasa. Bisa menjadi luar biasa ketika foto koleksi pribadi seorang selebriti disebarkan ke dunia maya dan diberitakan di media massa. Hal ini menimpa beberapa selebriti. Seperti ketika foto liburan Julia Estelle sedang berlibur di pantai menggunakan bikini 2 pieces, foto Gita Gutawa bersama Derby Romero yang terlihat memegang batang rokok, atau untuk kasus Aline Adita ketika foto lamanya dalam keadaan topless tersebar di internet. Sontak saja hal itu menjadi sasaran gosip dan incaran wartawan gosip, karena Aline yang saat itu masih berstatus sebagai menantu dari Rima Melati, sedang berada di posisi karier yang bagus. Tahu foto dirinya tersebar dan sedang dibicarakan, Aline sama sekali nggak panik, karena ia melakukan itu dengan kesadaran penuh dalam kapasitasnya sebagai model.
“Foto itu diambil setelah selesai pemotretan saat masih tergabung di Look Models. Yang dipikirkan saat berfoto seperti itu adalah karena saya memang model dan ini adalah foto biasa. Foto itu diambil tahun 2000 tapi baru keluar tahun 2007. Sempat geram juga kenapa foto ini bisa tersebar, padahal hanya dimiliki oleh fotografer dan saya,” ungkapnya tentang kejadian itu.
Apa yang harus dilakukan ketikan terjadi peristiwa seperti ini? Aline sudah membuktikan bahwa dengan berbicara jujur dan tetap tenang adalah kunci agar serbuan wartawan gosip nggak terus mengganggu.
“Waktu foto itu keluar, rumah saya sampai diserbu wartawan infotainment. Yang perlu dilakukan bila masalah seperti ini menimpa, yaitu just deal with it, nggak usah menyangkal kalau foto itu rekayasa atau hanya mirip. Awal masalah itu merebak, saya sempat diam nggak berkomentar karena berembuk dulu dengan orangtua, saat mereka bilang itu nggak masalah, baru saya mengklarifikasi. Dengan cara itu, para wartawan gosip akhirnya diam dan nggak mengganggu lagi,” katanya.
Masalah foto pribadi yang tersebar luas juga pernah menimpa Syahrini. Terlepas dari prestasi menyanyi atau gaya berpakaiannya yang sering dibanggakan oleh Syahrini, penyanyi bersuara halus itu adalah tipikal figur publik yang ingin tampil sebagai selebriti bereputasi baik di depan mata penggemarnya. Tiba-tiba, suatu hari di pertengahan tahun 2011, beredar foto dirinya yang sedang berpesta di klab malam dan ia berangkulan dengan Daniel Mananta dimana posisi tangan kanan mantan VJ MTV Indonesia itu seolah-olah seperti berada di payudaranya. Untuk Syahrini, masalah tersebut adalah sebuah ujian pasca ia baru saja nggak bekerja sama lagi dengan Anang Hermansyah. Bagi Daniel pun, masalah ini harus diluruskan dan ia memilih cara unik yaitu dengan membuat video parodi di Youtube bernuansa kocak. Sama halnya seperti Aline, Syahrini mengambil sikap santai dan langsung mengakui kalau itu dirinya. Masalah imej baik yang sempat tercoreng dengan tersebarnya foto itu, lalu diperbaikinya dengan liputan kegiatan amalnya atau perjalanannya ke luar kota.
Next
Keberadaan Twitter membuat jarak antara selebriti dan penggemar yang dulu dibatasi oleh “jurang” yang jauh, bisa dipersingkat dengan mengikuti akun pribadi sang seleb dan me-mention nama sang selebriti bila ingin menyapa atau disapa kembali. Dengan Twitter pun, penggemar bisa langsung tahu apa yang dikerjakan, yang disukai, atau kemana sang pujaan pergi. Belum lagi, kalau misalnya kebetulan bertemu dengan sang selebriti di suatu tempat namun nggak sempat menyapa langsung, bisa “menyentilnya” via Twitter. Sesederhana itu sistem selebriti-penggemar di era serba Twitter seperti sekarang. Tapi, masalah itu menjadi nggak lagi sederhana bila Twitter seorang selebriti dengan jumlah follower ribuan, menjadi media untuk mengeluarkan uneg-uneg dan ternyata uneg-uneg itu memicu protes dari berbagai pihak. Masih segar di ingatan, masalah itu pernah menimpa Luna Maya di akhir tahun 2009, ketika Alleia, anak dari kekasihnya, Ariel, terbentur kamera awak infotainment yang mengerubunginya saat ingin mewawancarainya. Luna menuliskan kalimat yang bernada emosional setelah kejadian tersebut di akunnya, membuat tersinggung para wartawan infotainment, hingga akhirnya ia memilih untuk mundur sejenak dari media sosial tersebut.
Masalah Twitter selebriti juga bermasalah ketika akun atas dasar nama figur publik, dibajak, kemudian dipergunakan untuk menyebarkan info yang buruk. Hal itu terjadi pada Nola “Be3” di bulan Februari lalu, ketika akunnya, @riafinola, dibajak dan dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan bernada rasisme. Untunglah masalah itu nggak berlarut-larut, karena segera cepat ditangani oleh Nola. Nggak hanya itu masalah antara selebriti dan Twitter. Penilaian judgemental dari mata publik, bisa dengan cepatnya tersebar melalui Twitter, yang sempat dialami oleh Aline.
“Dengan adanya Twitter, jadi sangat berisiko untuk menjadi seorang figur publik. Karena, kalau seseorang ingin menjatuhkan suatu pihak, menjadi sangat mudah seperti membalik telapak tangan. Cuma karena di-mention lalu di-retweet banyak orang, sedunia bisa tahu kalau misalnya seorang selebriti sedang berpesta di klab malam, minum wine, dan dianggap perempuan nggak baik-baik,” ujarnya.
Ranah Twitter juga seperti menjadi “playground” kecil untuk kalangan selebriti, sehingga bila salah satu di antaranya menyinggung pihak lain, mampu memicu perdebatan terbuka di timeline, Twitwar, istilah perdebatan di lini waktu Twitter, yang paling membekas di memori adalah antara Addie MS dan Marissa Haque pada Januari lalu. Perdebatan terbuka yang berawal dari sentilan Marissa di blog pribadinya dengan menyebut-nyebut nama Addie dan Memes, istrinya, lalu berpindah tempat ke Twitter. Membawa-bawa masa lalu hingga menyangkutpautkan Kevin Aprilio, putra sulung Addie dan Memes, perdebatan seru itu lalu mereda dengan sendirinya. Dengan adanya Twitwar seperti itu, masalah keluarga hingga cerita yang harusnya disimpan di zona pribadi, tersebar dan bisa diikuti oleh banyak orang. Lagi-lagi, karena mereka selebriti, perdebatan itu bukan sekadar Twitwar, tapi jadi sensasi.
Kesimpulannya, gosip selebriti akan makin dicari ketika sifatnya semakin pribadi. Mungkin, karena sifat manusia yang suka ingin tahu urusan orang lain. Benar begitu?