Apa Masih Bisa Nyaman Berjalan Kaki di Ibukota?

Fimela Editor diperbarui 20 Mar 2012, 10:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Kenapa dikatakan nggak efektif lagi? Karena hak pejalan kaki untuk bisa melintas di atas trotoar, sudah lama direnggut oleh pengendara sepeda motor dan pedagang kaki lima yang berjejalan. Rasanya cuma di Jakarta bisa terjadi peristiwa kaki terserempet roda sepeda motor yang menyelonong naik ke atas trotoar karena nggak sabar melintasi jalanan yang sedang macet, saat kamu sedang berjalan kaki.

Atau, sebagai penduduk Jakarta, kita harus dengan lapang hati memiringkan badan dan mengepit tas yang kita jinjing agar nggak tersangkut gerobak pedagang pinggir jalan. Apa hal tersebut pantas dikeluhkan? Sebenarnya ya!

Karena untuk kamu tahu, kawasan pedestrian sebenarnya sudah masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta 2030. Bagi yang belum familiar dengan RTRW Jakarta 2030, ini adalah landasan hukum pembangunan dan rencana operasional di Provinsi DKI Jakarta yang baru saja disahkan melalui Paripurna DPRD Provinsi DKI Jakarta pada bulan Desember 2011 lalu.

Keberadaan RTRW ini menjadi semacam peta rencana pemanfaatan lahan untuk Jakarta hingga tahun 2030 yang menjadi acuan pembangunan Ibukota, seperti untuk menentukan kawasan-kawasan pemukiman, perkantoran, perdagangan, termasuk kawasan lindung atau ruang terbuka hijau. Nah, di dalam Pasal 9 RTRW disebutkan bahwa pedestrian dan jalur sepeda yang nyaman dan aman merupakan salah satu strategi untuk mewujudkan prasarana dan sarana kota yang berkualitas. Terdengar ideal dan menyenangkan bila tertuang di dalam pasal tertulis itu, tapi buktinya? Masih sangat jauh.

 

3 dari 4 halaman

Next

 

Bila ingin terus mengeluh dan berkomentar negatif, memang adalah salah satu hal yang paling mudah untuk dilakukan sekarang. Tapi, sebagai generasi muda yang berpendidikan, bukan itu yang bisa kita lakukan sekarang dan sebenarnya bisa dimulai dari diri sendiri. Salah satu ide yang dikemukan salah seorang Fimelova, Nataya Bagya, karyawati swasta 30 tahun, adalah mengajukan usul untuk berhenti jajan dari pedagang jalanan. Alasannya adalah untuk memutus siklus perdagangan yang terjadi di atas trotoar, yang diharapkan suatu hari bisa benar-benar membersihkan kawasan pedestrian dari jejalan gerobak.

“Kita harus ambil sikap dan ambil trotoar kita lagi. Berhenti beli-beli dari pedagang-pedagang yang berjualan di trotoar. They exist because you buyers exist,” ujarnya.

Lain lagi dengan cara seorang perencana tata kota, Marco Kusumawijaya. Ia bersama beberapa temannya, Rangga Panji, Reza Prabowo, dan Daniel Giovanni, membuat jalankakijakarta.wordpress.com, sebuah blog untuk menyemangati para kaum urban untuk mau berjalan kaki kembali dengan iming-iming hadiah. Caranya cukup dengan mengirimkan foto saat berjalan kaki dan kemudian akan dipilih foto yang menarik. Memang hadiah yang ditawarkan oleh Marco cs bukan barang mewah, rata-rata berupa voucher diskon untuk mendapatkan potongan harga di tempat tertentu. Tapi hei, bukan soal bentuk hadiahnya yang harus dikritisi, melainkan niat baiknya untuk mulai dari dirinya sendiri beserta rekannya untuk kembali membudidayakan berjalan kaki di atas trotoar Ibukota yang semakin terbatas luasnya.

4 dari 4 halaman

Next

 

Terciptanya blog ini berdasarkan pengalaman pribadi mereka yang juga mengalami kesulitan untuk berjalan kaki di atas trotoar Ibukota. Seperti kisah Rangga yang berujar bahwa untuk berjalan kaki di Jakarta malah lebih membutuhkan usaha ketimbang berkendara kendaraan motor. Hal itu dikarenakan trotoar Ibukota makin lama makin sempit dan nggak layak untuk dilintasi.

“Pernah suatu hari saya berjalan kaki dari Gatot Subroto ke Mampang, tapi trotoarnya terputus,” katanya.

Begitu juga yang dialami oleh Daniel ketika ia berjalan kaki di Fatmawati, dimana trotoar yang dilintasinya terputus begitu saja, nggak terurus dan nggak ada juga yang mau memperhatikan kenapa trotoar itu bisa begitu.

“Itu sebabnya orang-orang di Jakarta jadi lebih suka memilih solusi cepat seperti memanggil ojek, taksi, bila nggak memiliki kendaraan pribadi, daripada berjalan kaki. Maka, semakin sedikit orang yang mau berjalan kaki, dan pemerintah daerah pun jadi berpikir bahwa orang-orang nggak suka berjalan kaki,” terangnya.

Walaupun baru beroperasi dari November 2011, jalankakijakarta.wordpress.com patut menjadi penyemangat kita semua untuk kembali berjalan kaki di trotoar. Sudah ada dua cara yang dikemukakan oleh orang-orang muda cerdas ini, bagaimana dengan idemu?