Next
Dorong saya dulu, baru saya berani
Aslinya saya adalah pribadi yang sangat minder, saat baru masuk modelling pun masih seperti itu. Saya tergolong lama untuk membangun kepercayaan diri, baru setelah 6 tahun menjadi model, pelan-pelan mulai bisa bergaul dan mengembangkan diri. Yang paling gila dari perjalanan karier saya adalah bisa menjadi presenter, karena dari zaman sekolah saat ada ujian lisan dengan sistem ditunjuk oleh guru, pasti nggak pernah mau angkat tangan duluan untuk jawab karena nggak punya keberanian sama sekali untuk ngomong.
Beruntung saya dikelilingi dan dibantu oleh orang-orang yang percaya bahwa saya punya kemampuan untuk bisa berkembang. Pekerjaan presenting saya yang paling pertama kali adalah menjadi MC untuk acara Etienne Aigner di Plaza Senayan yang semua kliennya adalah orang asing. Bukan masalah bahasa yang saya permasalahkan, tapi itu adalah kali pertama saya menjadi MC seumur hidup saya untuk sebuah acara bertaraf penting. Rasanya mau nangis dan nggak sanggup karena saya paling takut untuk bicara di depan orang, tapi almarhum Indra Safera selalu membesarkan hati saya. Hasilnya, saya memang bisa melewati event itu walaupun sempat salah mengucapkan nama petinggi-petinggi klien.
Pengalaman itu nggak akan saya lupakan, karena menjadi titik balik karier dan kepribadian saya. Ternyata saya memang harus didorong dulu untuk bisa maju, karena kalau hanya ditawari biasa, pasti akan saya tolak. Sampai sekarang pun saya masih nervous tiap akan naik panggung untuk modelling atau presenting. Tapi itu nggak apa-apa, karena kalau saya nggak merasa nervous lagi untuk pekerjaan, tandanya passion saya sudah nggak ada lagi. Perjalanan menjadi presenter juga untuk menemukan gaya pembawaan saya, yang ternyata lebih cocok untuk acara-acara serius atau semi formal, bukan yang lucu seperti Ayu Dewi atau Indy Barends yang mereka masuk ke panggung saja orang-orang sudah tertawa.
What's On Fimela
powered by
Next
Almarhum Indra Safera dan Meuthia Kasim adalah panutan saya
Dua orang itu adalah orang yang sangat hebat. Menurut saya, mereka memang terlalu workholic, tapi terlepas dari itu, mereka adalah dua orang yang sangat kreatif dan hebat dengan ide-ide mereka yang pada zamannya dulu belum ada yang terpikir untuk melakukan itu. Mereka berani untuk menciptakan sesuatu tanpa takut bisa diterima oleh masyarakat atau nggak. Termasuk seperti ajakan mereka kepada saya untuk ikut dalam program “Bantal” menjadi “Miss Bantal”, sebuah icon yang seksi untuk acara bincang-bincang malam tersebut. Menurut saya, merekalah yang memulai lahirnya acara-acara kontroversial, karena sebelum ada acara malam lainnya, mereka sudah mulai duluan. Suatu hari saya ingin bisa seperti mereka yang bisa menciptakan tren.
Disamping soal pekerjaan, mereka juga mengingatkan saya untuk tetap menjaga kesehatan walaupun sibuk bekerja. Beruntunglah saya berasal dari keluarga yang nggak takut dokter ketika badan mulai terasa nggak fit. Setiap enam bulan sekali saya tes darah, setahun sekali general check up, juga termasuk pap smear, mammogram, dan cek liver. Itu semua saya lakukan untuk mendeteksi apapun yang terjadi di dalam tubuh saya, dengan harapan bisa akan lebih cepat disembuhkan bila diketahui lebih awal.
Sayangnya, banyak teman atau orangtua teman yang selalu menahan diri untuk ke dokter ketika mulai terasa ada gejala aneh pada tubuh mereka, tahu-tahu mereka sudah berada di stadium lanjut suatu penyakit. Atau, mereka yang masih asing dengan pap smear padahal itu adalah pemeriksaan paling dasar untuk seorang perempuan. Gemas juga kadang-kadang kenapa mereka nggak cari tahu via internet dari smartphone mereka. Browsing, baca, dan cari tahu itu sangat penting, apalagi untuk kesehatan.
Next
Thank God I’m a model
Jalur pekerjaan yang saya jalani memang erat sekali dengan publisitas, tapi ini hanya sekadar pekerjaan untuk saya, bukan gaya hidup. Bagi mereka yang menjalani pekerjaan ini untuk gaya hidup, terlihat sangat berusaha dalam segala kesempatan dan suasana harus hadir dengan apapun yang terbaru dan merasa malu kalau terlihat nggak mengenakan satu merk tertentu yang sedang tren sekarang. Sementara, saya menganggap ini hanya sebagai profesi, sehingga saya masih bisa jadi diri saya sendiri. Untuk soal penampilan, beruntunglah saya berasal dari dunia modelling, sehingga saya tahu apa yang bagus untuk saya tanpa harus head to toe mengenakan item bermerk. Saya bisa menampilkan key pieces yang membuat penampilan saya terlihat bagus, tanpa harus keluar uang banyak atau tersesat di gaya yang nggak keren.
Next
Saya sensual karena ingin memberontak
Saya dan sensualitas sepertinya dimulai dari sejak saya menerima tawaran untuk menjadi Miss Bantal. Setelah itu, saya beberapa kali difoto untuk majalah laki-laki atau jadi konsultasi masalah seksual di sebuah majalah. Pada awalnya saya senang sekali menerima tawaran itu. Bisa dibilang, itu adalah bentuk “pemberontakan” saya dari anak manis yang sebelumnya selalu didampingi mama kemana-mana, lalu bisa kemana-mana sendirian dengan kontrol penuh atas diri dan keuangan saya. Menurut saya itu memang masanya saya untuk berbuat seperti itu, dan sekarang itu sudah berakhir. Sekarang saya sudah membatasi untuk foto seperti itu. Terakhir saya memang ada foto untuk majalah laki-laki, tapi tetap mengenakan pakaian walaupun ketat, bukan swimming suit apalagi polos.
Saya sekarang sudah bisa menentukan batasan saya untuk berfoto. Selain membatasi dalam hal itu, saya sekarang adalah orang yang sangat rumahan dan sangat nggak bisa menghirup asap rokok. Saya sedang berada di tahap sangat bertanggung jawab pada diri sendiri dan keluarga saya. Kalau dulu di usia 20-an, saya berprinsip my life my way. Itu karena mama saya sangat galak dan mengekang segala hal tentang diri saya, termasuk menjatah pengeluaran saya. Saat menikah dulu, saya semakin rebelious dan semakin jauh dari keluarga, kalau bisa nggak ketemu dengan mama dan adik saya lebih baik. Sekarang? Saya malah lebih senang langsung pulang ke rumah kalau nggak ada kegiatan lagi dan mengajak mama atau adik untuk keluar nonton atau makan bersama. Dulu, saya nggak mungkin berbuat begitu.
Next
Hubungan asmara saya tertutup untuk infotainment
Banyak yang belum tahu kalau saya sudah nggak bersama Juna Rorimpandey lagi. Kami pisah sejak awal tahun ini untuk masing-masing intropeksi dulu karena menemukan banyak ketidakcocokan selama hubungan kami. Kami berdua pernah sama-sama gagal dalam pernikahan, sehingga nggak ingin memaksa untuk terus jalan supaya nggak terulang lagi untuk kedua kali. Perpisahan kami dihadapi dengan sangat bijaksana, dewasa, tanpa ribut-ribut. Kami masing-masing mengatakan kalau berjodoh nggak akan lari kemana-mana, karena siapa yang tahu akhirnya akan seperti apa? Yang pasti, target saya dalam berumah tangga memang meleset, karena harusnya di usia ini saya sudah beranak, ternyata sekarang masih sendiri.
Yang saya cari sekarang dari laki-laki adalah tanggung jawab, karena pada akhirnya, yang diharapkan dari laki-laki adalah sikap itu, bukan ketampanan atau mau senang-senangnya saja. Selain itu, susah sekali cari laki-laki yang dewasa, karena benar istilah “boys will be boys”, perempuan biar bagaimanapun lebih dewasa. Karena berdasarkan pertimbangan itu juga, sekarang saya cenderung apatis dengan laki-laki asli Indonesia, lebih condong menyukai laki-laki asing, karena mereka nggak memusingkan status saya yang sudah pernah menikah.
Selain itu, saya sangat nggak bisa dekat-dekat dengan mantan dari pasangan saya. Saya hanya bisa menjalani hubungan dengan seseorang yang sejarah percintaannya sama sekali saya nggak tahu, daripada dengan orang yang kemungkinan bertemu dengan mantannya sangat besar karena berada dalam satu kota atau satu dunia pekerjaan. Belum lagi dengan omongan orang di belakang saya dan selalu mengaitkan nama seseorang yang sudah jelas bukan siapa-siapa saya lagi. Get over it, people.