Perempuan dan Rok Mini, Salah Kaprah atau Salah Sangka?

Fimela Editor diperbarui 07 Mar 2012, 03:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Berawal dari ingin memperbaiki citra lembaganya yang buruk di mata publik, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie, mengumumkan bahwa Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR sedang dalam proses formulasi tata cara berpakaian bagi seluruh staf dan anggota DPR. Sekata dengan Marzuki, Pramono Anung selaku Wakil Ketua DPR, juga ikut membenarkan bahwa penggodokan peraturan tata cara berpakaian bagi perempuan, salah satunya adalah mengenakan rok mini, sedang dalam proses hingga pada akhirnya nanti akan dilarang keras untuk mengenakan item pakaian yang dianggap mini di lingkungan kerja majelis.

Alasannya adalah untuk menjaga kenyamanan bagi laki-laki di sekitar lingkungan majelis karena menurutnya pakaian mini, yang bisa diinterpretasikan sebagai rok mini, berpotensi untuk menimbulkan pikiran nggak baik bagi laki-laki.

 "Kategori berpakaian tertutup, tidak menimbulkan interpretasi macam-macam bagi kaum lelaki, juga bagi perempuan," kata Pramono kemarin (5/3/2012).

Hidup di era yang sudah sangat modern seperti sekarang, keluarnya pernyataan kontroversial ini langsung menarik banyak komentar pedas maupun tegas dari berbagai pihak, yang bervariasi bunyinya. Tentu saja, nada keberatan mendominasi pernyataan ini, karena tetap menunjuk perempuan sebagai objek penyebab dari hal-hal yang nggak menyenangkan.

 

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 

Seperti kata Rieke Dyah Pitaloka, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, yang dengan tegas menyatakan keberatannya bahwa majelis nggak seharusnya ikut-ikutan mengurusi soal penampilan padahal masih banyak bidang yang butuh perhatian lebih dan belum beres diselesaikan.

“Rok naik, tidak akan sebabkan sembako naik. Tapi, kalau BBM naik sembako naik sudah pasti. Yang sudah pasti merasakan dampaknya adalah rakyat,” kata aktris yang terkenal vokal berpendapat ini.

Bukan hanya dari mulut perempuan komentar tentang formula peraturan tentang berpakaian itu dinyatakan. Monty Tiwa, sutradara, juga ikut menyuarakan keheranannya dengan menuliskan kalimat bernada satir namun tetap diselipi unsur humor di akun Twitter-nya, @montytiwa. Ia mengikutkan nama Sutan Bathoegana, Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR yang sedang dibicarakan publik karena laporannya tentang perusakan ruang kerjanya di Gedung Nusantara I yang terjadi pada 28 Februari 2012 lalu.

 

4 dari 4 halaman

Next

 

“Saya setuju statement Marzuki Alie yang melarang memakai rok mini di DPR..the last thing we need is picture of  Bathoegana in a mini skirt,” ujar Monty.

Selain perihal perbaikan penampilan,  gaya hidup anggota DPR yang sudah terlanjur dianggap mewah dan erat dengan hedonisme, juga turut dibenahi. Lagi-lagi, langkah ini adalah untuk mendapatkan hati para rakyat yang menganggap bahwa kinerja DPR nggak sebanding dengan tingginya gaya hidup para anggota dewan.

"Kalau DPR-nya baik, yang senang kan  rakyatnya juga. Kenapa? Karena ada wakilnya di DPR yang betul-betul amanah, melaksakana apa yang diaspirasikan oleh masyarakat," tutur Marzuki.

Berkaca dari polemik masalah penampilan perempuan yang sering dikaitkan dengan impresi dan pikiran laki-laki, sebenarnya sudah menjadi masalah yang berulang kali diributkan. Namun, sangat disayangkan bahwa perihal ini tetap menjadi ganjalan untuk para wakil rakyat yang menyandang gelar akademis tinggi dan menduduki profesi terhormat sebagai representatif dari rakyat.  Kembali lagi, kita sebagai perempuan yang dituntut harus semakin cerdas membawa diri dengan “kemasan” penampilan yang menarik namun tetap bersahaja.

Bagaimana menurutmu, Ladies? Apa pembuatan tata cara berpakaian ini punya relevasi dengan kinerja wakil rakyat? Atau, hanya pengalihan isu?