Nikmati Pekerjaan dengan 5 Cara Ini

Fimela Editor diperbarui 05 Mar 2012, 08:59 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Hari itu tepat 3 tahun si sopir bekerja di armada yang saya tumpangi. Di tengah-tengah ceritanya, tiba-tiba si sopir mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya pada saya sambil berkata, “Ini Mbak, kalau mau lihat pendapatan saya. Ini jumlah setoran per hari dan bonus yang saya terima.” Pertama kaget, tapi lantas jadi penasaran. Wah! Seketika saya terkejut, bonusnya lumayan! Belum lagi ditambah gaji pokok dan tips penumpang.

Tapi, mendengar ceritanya tentang target setoran yang sekaligus jadi penentu besar bonus, layak/tidaknya jadi taksi bandara, sampai jenis mobil yang jadi jatahnya, ternyata semua tak didapat dengan mudah. Pekerjaannya yang tiap hari selain mengandalkan keuletan mencari penumpang juga mengandalkan peruntungan ini, dilakoninya dengan penuh sukacita. Dan ketika saya bertanya, “Nggak capek, Pak, bangun subuh tiap hari (kerja sejak jam 4 pagi)?” Dengan santai si sopir menjawab, “Semua kerjaan pasti capek, Mbak, tapi saya enak. Kalau kerja kantoran, kan, gitu-gitu aja, saya malah bisa jalan-jalan.” Jawaban yang berbeda dengan beberapa sopir taksi yang lebih banyak mengeluhkan susahnya cari penumpang, jalanan macet, dan kendala lainnya. Saya dapat hal pertama: stop thinking negative! Ini salah satu jurus ampuh untuk bisa “menikmati” plus-minusnya pekerjaanmu.

Pelajaran kedua, stop focusing on what you don’t want to happen. Tapi, fokuslah pada apa yang jadi tujuanmu, yang kamu inginkan terjadi dalam hidupmu. Awali harimu dengan keyakinan kalau mimpimu pasti akan terwujud. Dengan satu tujuan, kamu akan bersemangat jalani harimu demi mencapainya. Ini pula yang dilakukan si sopir: memulai hari dengan semangat dan keyakinan akan dapat rejeki lebih untuk tambahan modal usaha. Hasilnya? Nggak ada hal besar yang jadi penghambatnya dapat banyak penumpang, apalagi service-nya yang sangat memuaskan sampai bisa menginspirasi saya.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Pelajaran hari ini masih berlanjut. Stop worrying so much juga jadi jurus kesuksesanmu. Target tercapai tiap bulan, bahkan melebihi standar, tidak diraih si sopir dari setoran tiap harinya. Beberapa kali target si sopir tak mencapai target, tapi ada juga hari-hari di mana pendapatannya lebih besar dua kali lipat dari target. “Ya, ada aja orang yang betah pakai (taksi), Mbak. Pada nggak mau turun!” canda si sopir. Tak perlu khawatir berlebihan pada sesuatu yang belum tentu kamu alami. Si sopir saja bisa santai. Kemarin target tak tercapai, tapi esok hari tak pernah ada kekhawatiran kalau rejekinya bakal seret lagi. Semangat dan terus bekerja seperti biasa, kebaikan demi kebaikan akan datang dengan sendirinya, kan?

Masih ada lagi! Stop trying to be everything to everyone. Tak perlu jadi besar, sukses, dan luar biasa untuk menyenangkan semua orang. Bukan berarti jadi sukses tak boleh jadi tujuan, tapi susun mimpimu dan capai satu per satu agar fokusmu tak terpecah. Si sopir taksi menjalani profesinya sekarang bukan karena tak punya mimpi tinggi. Tapi, inilah jalan yang dipilih untuk mewujudkan mimpi wirausahanya. Siapa sangka si sopir punya beberapa usaha di Jakarta, Solo, dan Yogyakarta, bahkan sebuah rumah cukup mewah di daerah Palmerah yang dia kontrakkan? Mulai dulu dengan jadi “seseorang” untuk dirimu sendiri, barulah jadi “seseorang” di mata banyak orang lewat prestasimu. Ini cuma masalah waktu. Percaya?

Stop thinking you’re not ready. Mungkin ini juga yang bisa jadi penyemangatmu. Sejujurnya, kita tak akan pernah merasa siap melakukan sesuatu kalau tak pernah berniat memulainya. Siapa yang bisa menebak akan ada apa hari ini atau esok? Kalau ada hal besar tapi kamu tak merasa siap, apa tak sayang kesempatan besar itu melayang? Hari ini mungkin mood-mu sedang nggak oke untuk beraktivitas, dan kamu merasa nggak siap ikut meeting atau datang ke acara penting klienmu cuma karena nggak pede bertemu banyak orang. Tapi, apa kamu akan membiarkan klien penting akhirnya memilih bekerja sama dengan temanmu karena kamu sulit ditemui? Nah!