Next
NARSIS
Sebenarnya, narsisme, yang istilah ilmiahnya Narcissistic Personality Disorder (NPD), merupakan gangguan psikologis. Keadaan ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi untuk kepentingan pribadinya dan rasa ingin selalu dikagumi, diikuti sikap emosional, suka berpura-pura, suka mendramatisasi sesuatu, dan antisosial karena menganggap diri lebih dari orang lain. Sikap percaya diri yang kelewat tinggi sebenarnya digunakan penderita untuk menutupi harga dirinya yang sangat rapuh dan sensitif. Namun, seiring waktu, narsis mengalami pergeseran makna dan biasa digunakan untuk mewakili perilaku seseorang, seperti terlalu eksis dan percaya diri.
Psikolog Retno Pudjiati mengungkapkan narsisme sebagai perasaan cinta diri sendiri yang berlebihan. Di depan umum mereka cenderung tidak percaya diri, tapi di lain sisi suka menunjukkan fotonya di depan umum, bahkan menampilkan kemolekan tubuhnya. Retno menambahkan, narsis punya sisi negatif dan positif, "Semua tergantung masing-masing orang memberikan pengertian. Saya rasa narsis diperlukan saat kita membutuhkan rasa cinta terhadap diri sendiri. Dengan demikian jadi sebuah semangat," ujarnya sambil mengingatkan sebaiknya sikap narsis pada porsinya, jangan berlebihan atau over.
Tapi, tahukah kamu kalau semakin banyak orang narsis, makin banyak pula teknologi yang dibuat untuk menunjang kenarsisan mereka? Tak percaya? Lihat saja, tak sedikit produk teknologi dibuat dengan kamera dan perangkat lain yang memudahkan penggunanya meng-upload foto atau update status dan tweet di social media. Tak hanya itu, provider juga berebut mengeluarkan produk paket termurah versi masing-masing untuk menunjang pengguna berakrab ria dengan social media dan mengembangkan “bakat” narsis mereka. Semoga ini tak membuat penderita NPD makin banyak, ya! Bagaimana dengan kegalauan? Klik next page!
What's On Fimela
powered by
Next
GALAU
kegalauan saat ini paling mudah ditemui lewat status Facebook dan Twitter. Kata ini juga paling sering diucapkan di lingkungan pergaulanmu, bukan? Apa kata galau yang begitu lekat dengan kita saat ini termasuk dalam gangguan kejiwaan?
Dalam KBBI, galau bersinonim dengan was-was, berat otak, berkarut, bimbang, bingung, buncah, cemas, gaduh, gelisah, kacau, karut, keruh, khawatir, kusut, nanar, resah, ribut, risau, senewen, hilang akal, dan terombang-ambing. Artinya, ada perasaan gelisah atau khawatir yang membuat tak nyaman. Perasaan cemas dalam kadar normal merupakan reaksi stres yang muncul sebagai respons terhadap situasi yang sulit.
Galau adalah produk dari kecemasan, sementara status Facebook dan Twitter merupakan perilaku dari kecemasan itu. Kondisi tersebut bukan termasuk gangguan kejiwaan, melainkan hanya berhubungan dengan kontrol dan kestabilan emosi seseorang mengatasi kegalauannya.
Agar tak terkesan labil, reaksi kecemasan yang tadinya diwujudkan lewat status sebenarnya bisa diubah ke hal yang lebih bermanfaat, misalnya mencoba satu hobi atau pekerjaan baru dan berusaha menekuninya agar perhatian teralihkan; mencoba menelaah perasaan dan mencari alasan rasional yang bisa mengurangi kecemasan; kemudian bisa juga mengalihkan update status-mu ke sesi curhat pada sahabat agar terasa sedikit ringan.
Saking populernya istilah galau, para ilmuwan di sebuah laboratorium di Northwestern University Feinberg School of Medicine Centre di Amerika Serikat sampai mengembangkan teknologi digital, hasilnya terciptalah handphone untuk mengusir kegalauan. Handphone yang dinamai Mobilyze ini memberi “pertolongan pertama” pada orang-orang yang mengalami gejala awal depresi dengan menyediakan akses ke populasi yang lebih besar. Bahkan, bisa mendeteksi suasana hati penggunanya dan memberikan sejumlah saran, misalnya menghubungi teman dan berkunjung ke suatu tempat untuk menurunkan kadar depresi.
"Dengan mendorong orang melakukan kegiatan menyenangkan atau bermanfaat, kami yakin Mobilyze bisa memperbaiki suasana hati," kata psikolog David Mohr, salah satu ilmuwan yang ikut mengembangkan Mobilyze.
Nah, bagaimana menurut Fimelova? Bisakah narsis dan galau berubah dari produk psikologis jadi produk teknologi? Atau, kamu punya cerita menarik seputar narsis dan galau? Ditunggu share-nya!