Apa Kata Widi Mulia Tentang Sistem Reward Untuk Anak?

Fimela Editor diperbarui 16 Feb 2012, 05:57 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Menghadiahi anak dalam bentuk materi berbeda dengan memanjakan anak. Sistem reward atau hadiah adalah penghargaan untuk kelakuan baik anak, sementara bila maksud hati memberi hadiah untuk membujuk anak, seperti supaya diam menangis atau agar mau belajar, justru itulah yang kurang tepat. Pemberian hadiah pun sebenarnya perlu diberikan batasan agar hadiah yang diberikan menjadi booster untuk berlaku lebih baik, bukan untuk memenuhi segala keinginan anak.

Seperti pengalaman Anna Surti S. Psi., M. Si., Psikolog Anak dan Keluarga, dimana ia secara pribadi menerapkan sistem hadiah dalam bentuk pemberian sticker kepada kedua anaknya bila mereka melakukan hal baik. Bila jumlah sticker yang telah ditentukan telah mencukupi, anak boleh meminta barang atau makanan yang ia suka. Cara ini ia aplikasikan saat membujuk anak bungsunya untuk mau tidur di kamar sendiri, sehingga anak nggak merasa dipaksa untuk melakukan yang diminta orangtuanya, tapi juga nggak lantas dimanjakan dengan pemberian barang, karena apa yang mereka dapatkan merupakan hasil usaha mereka untuk mencoba yang diminta oleh orangtua.

Sistem hadiah juga dipercayakan oleh Widi Mulia kepada kedua anaknya, Dru dan Widuri. Dengan sistem ini, Widi mengaku mendapatkan dua keuntungan, selain bisa melatih anak untuk menjadi lebih baik, juga menjadi momen untuk mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya, karena bentuk reward yang diberikan berupa pelukan atau membacakan cerita.

“Bentuk reward-nya nggak musti barang atau keleluasaan dia untuk bermain, tapi juga kenyamanan dia akan afeksi dari ortunya. Karena saya dan suami sibuk, tawaran seperti pelukan yang lama atau main puzzles bersama, membaca cerita sebelum tidur bersama orang tuanya, itu artinya sudah reward buat dia,” urai Widi sumringah.

3 dari 3 halaman

Next

Pemberian hadiah juga seperti menjadi win-win solution antara anak dan orang tua. Melalui pemberian hadiah dengan proses, ditanamkan nilai kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan cara yang mudah dipahami anak-anak. Inilah yang membuat Tika Rosdianti menganggap bahwa sistem hadiah nggak ada salahnya dicoba.

“Pemberian hadiah pada anak nggak ada salahnya dicoba. Hadiah merupakan bentuk apresiasi orang tua atas tindakan baik yang dilakukan anak, bukan berarti memanjakan anak. Selama baik untuk perkembangan anak dan tidak berlebihan, nggak apa-apa untuk dilakukan,” ujarnya.

Lalu, apakah sistem hadiah ini akan menjamin anak menjadi pribadi yang baik? Jawabannya tidak. Alfie Kohn, penulis buku “Punished by Rewards”, mengatakan bahwa nggak ada jalan pintas untuk menanamkan nilai-nilai baik dan membentuk anak menjadi pribadi berkualitas. Bila ingin buah hati tumbuh menjadi seseorang yang berkualitas dan berkepribadian baik, kita sebagai orang tua harus terus bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak karena sosok orangtua adalah panutan yang secara langsung membentuk anak luar dalam. Adanya hadiah atau hukuman pada anak menurutnya hanya mengubah kelakuan anak untuk sementara waktu, sementara bila nggak ada lagi hadiah atau sedang nggak dihukum, anak bisa saja kembali lagi ke sifat asalnya.