Next
Namun rupanya, makin hari, setiap ormas ingin membuktikan keeksistensian mereka di masyarakat dengan “menghalalkan” segala cara. Coba jujur dan mulai tanya pada diri sendiri, apakah kamu nggak resah jika harus berhadapan dengan gerombolan ormas tertentu di jalan? Apakah memang pembentukan ormas mewakili suara mayoritas masyarakat? “Saya termasuk salah satu orang yang menolak keberadaan ormas atas nama SARA di Indonesia. Ormas seharusnya mewakili semua rakyat tanpa memandang perbedaan karena sebenarnya perbedaan tersebut adalah aset bangsa dan bukanlah alat yang bisa digunakan pihak-pihak tertentu untuk meraih kekuatan. Mengatasnamakan SARA sebagai dasar pergerakan mereka sangatlah tidak etis,” ujar Brigida Alexandra (21 tahun).
Menghadapi topik seperti ini, tentu akan muncul pro dan kontra soal keberadaan ormas di lingkungan masyarakat. “Menurut saya sah-sah saja jika ada ormas yang mengatasnamakan SARA selama mereka berada di jalur yang benar, dalam arti semua kegiatan yang mereka lakukan tidak mengganggu dan meresahkan masyarakat. Tapi, jika kegiatan mereka sudah mengarah pada tindakan anarkis dan meresahkan masyarakat, sebaiknya pihak berwenang mulai mempertimbangkan kembali keberadaan mereka,” Laila Febrina (25 tahun) berkomentar lain.
What's On Fimela
powered by
Next
Akhir-akhir ini, sepertinya arogansi ormas-ormas yang ada makin menjadi-jadi. Coba kita sejenak melihat mundur, berapa banyak tindak kekerasan terjadi akibat ulah beberapa ormas. Berapa kali kecemasan terjadi di masyarakat karena adanya bentroknya ormas yang satu dengan ormas lain hanya karena urusan sepele? Terakhir, awal tahun ini, bentrokan dua ormas terjadi di daerah Percetakan Negara hingga membuat masyarakat di sekitar sangat ketakutan.
Sebelum ramai turun ke jalan untuk melakukan aksi damai, aksi untuk menolak keberadaan ormas yang satu ini sudah ramai sebelumnya di twitter. Penggunaan hastag (#) yang menolak ormas tersebut pun masih terus bertambah hingga saat ini. “Kalau menurut saya, aksi damai kemarin terjadi karena masyarakat memang sudah gerah dan resah melihat kelakuan ormas tersebut yang selalu identik dengan kekerasan,” Laila menambahkan.
Melihat berbagai aksi kekerasan dan vandalisme yang sering terjadi akhir-akhir ini dan melibatkan ormas-ormas tertentu menimbulkan rasa mencekam dan ketakutan tersendiri bagi masyarakat. Namun, sebenarnya apa yang salah dari keberadaan ormas-ormas tersebut? Apakah citra ormas rusak hanya karena ulah segelintir orang yang mengatasnamakan organisasi mereka? Atau memang ada yang salah dengan kondisi di masyarakat saat ini?
Apapun itu, setidaknya sebagai masyarakat yang menyuarakan perdamaian dan mendambakan terciptanya perdamaian di Indonesia, tetap suarakan suara hatimu dengan cara dan aksi yang damai, Fimelova. So, what do you think about it?