Tips Atasi Rindu Masa Lajang

Fimela Editor diperbarui 07 Feb 2012, 11:29 WIB
2 dari 3 halaman

Next

“Lajang adalah fase terbaik dalam hidup gue. Kadang gue mikir, kenapa dulu gue nikah terlalu cepat. Sekarang, kan, jadinya mau apa-apa inget-nya keluarga. Ruang gerak gue sekarang sangat-sangat terbatas. Gue harus gimana, ya? Sebenarnya status apa yang paling bikin gue nyaman?”

-Maria, 26 tahun, ibu rumah tangga-

Seperti yang Maria tanyakan, sebenarnya mana yang lebih menyenangkan? Lajang atau menikah? Jawabannya: Nggak ada! Itu bagian dari perjalanan hidup yang dialami hampir semua orang. Jadi, apa solusinya? Se-simple kamu membaca ini.

Traveling Time

Masa lajang adalah masa bebasmu melakukan segala hal, termasuk pergi ke tempat-tempat yang ingin kamu kunjungi. Setelah berkeluarga, apa kesempatan itu masih ada? Tentu saja! Manajemen waktu jadi kuncinya. Pergi beberapa hari tanpa keluarga bisa jadi membuatmu tak nyaman, solusinya ajak keluarga kecilmu traveling bersama. Agar tetap tak kehilangan me time-mu setelah seharian bertualang, luangkan waktu untuk relaksasi atau menikmati jacuzzi. Jalan-jalan sekaligus menikmati waktu sendirian seperti melajang lagi, kan?

Tebar Pesona!

Masa lajang identik dengan tebar pesona. Setelah melewatkan masa lajangmu, kamu masih tetap bisa, kok, tebar pesona di mana pun. Bukan untuk mencari perhatian, lho, tapi tebar pesona untuk menjaring relasi sebanyak-banyaknya. Ini bisa dilakukan di mana dan kapan pun, lewat jejaring sosial misalnya. Barangkali suatu saat mereka dibutuhkan untuk memperlancar kariermu. Who knows?

Selalu Bahagia

Materi berkecukupan dan keluarga harmonis adalah kunci kebahagiaanmu? Ternyata tak serumit itu. Menurut David Gilbert, penulis Stumbling on Happiness, kita sudah bisa berbahagia dari peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi, bukan karena satu kali momen atau pencapaian tertentu. Frekuensi ternyata jauh lebih penting dibandingkan dengan intensitas pengalaman atau pencapaian. So, lakukan hal-hal kecil bersama keluarga yang bisa menyenangkanmu. Misalnya makan malam bersama setelah seharian dengan aktivitas masing-masing. Rasanya tak ada yang melebihi kebahagian ketika berkumpul bersama. Bagaimana menurutmu?

3 dari 3 halaman

Next

Aksi Sosial

Si lajang biasanya punya segudang kesibukan, salah satunya aktif di berbagai kegiatan sosial. Tapi, setelah berkeluarga, ia akan menarik diri karena kesibukan barunya sebagai istri dan ibu. Pernikahan bukanlah alasan. Sebenarnya, kalau tetap bersemangat untuk aktif di kegiatan sosial, kamu masih bisa menyumbangkan ide dan materi tanpa harus sering-sering terjun ke medan. Ingat, berbagi dengan sesama membuat kita tak jadi lupa diri dan terus bersyukur atas pencapaian kita. Masih mau berbagi dengan sesama?

Let’s Party!

Hang out, nongkrong, kumpul-kumpul bareng sahabat jadi agenda mingguan, bahkan harian ketika masih lajang. Tapi, setelah menikah semua berakhir? Tenang, kamu masih bisa melakukan semuanya saat sudah berkeluarga. Arisan jadi salah satu solusinya. Dengan arisan, pertemuan kalian jadi intens kembali, kan? Tapi, bukan berarti meninggalkan suami dan anak untuk nongkrong dan bergosip ria di mall, lho. Ajak keluarga kecilmu, juga keluarga sahabat-sahabatmu. Kamu bebas nostalgia, anak-anak senang bermain dengan teman sebayanya, pasangan pun akan betah ngobrol dengan suami sahabat-sahabatmu. Lama-kelamaan semua akan jadi sahabat, bahkan jadi seperti keluarga besar. Menyenangkan, bukan?

Stop Melamun!

Kangen masa lajang, lalu menyesali apa yang sudah terjadi sekarang? Buang jauh-jauh sikap kekanakan itu. Apalagi sering diam, melamun, dan merenunginya sebagai petaka. Melamun hanya membuatmu makin tak bahagia dan mengurangi produktivitasmu. Jangan pernah berpikir kamu terjebak di situasi yang salah. Pernikahan bukan penjara. Kamu tetap bebas melakukan banyak hal yang dulu biasa kamu lakukan, yang berbeda hanyalah porsi dan cara melakukannya yang perlu sedikit modifikasi agar tak menomorduakan keluarga.

Menikmati hidup seperti ketika lajang jadi nggak mustahil lagi, kan? Punya cara lain? Bagi dengan kita, ya!