Next
Maka, bisa dilihat juga dari rata-rata pasangan muda di usia subur yang memilih “jalan aman” untuk berhenti hamil dan melahirkan saat melahirkan anak pertama atau kedua.
“Kalau Tuhan mengizinkan, saya cukup punya 1 anak saja, karena saya tahu kemampuan saya dan suami sampai mana untuk bisa membesarkan dan menyekolahkan anak,” ujar Nancy, seorang jurnalis.
Sama halnya dengan Nova Eliza, yang belum ingin untuk menambah momongan karena benar-benar ingin fokus dengan tumbuh kembang sang anak, Naima Malinka, sehingga masih merasa cukup dengan hanya berputrikan 1 orang.
Tapi, nggak semua ibu berpendapat begitu, karena Nadia Mulya, yang kini sudah dikarunia 2 putri, malah menginginkan untuk membentuk keluarga besar dengan jumlah anak lebih dari 2 orang. Hal itu didasarkan pada pengalamannya yang tumbuh dalam keluarga kecil, sehingga rasa kesepian itu sangat terasa.
“Dari kecil sudah bercita-cita punya banyak anak, dulu inginnya 6 anak. Dasarnya karena berasal dari keluarga kecil dengan 2 saudara dan terasa sekali sepinya. Begitu juga dengan keluarga dari pihak suami yang sebenarnya 3 bersaudara, namun salah satu saudaranya meninggal 2 tahun lalu, jadi kini mereka tinggal berdua dan mertua terlihat kesepian. You don’t always get along when you get older, dan rasa kesepian itu semakin terasa di hari tua. Di situlah fungsinya anak-anak. Makanya, saya ingin keluarga besar karena whatever happens we always have somebody to count on,” urai Nadia.
What's On Fimela
powered by
Next
Tapi, setiap keinginan pasti diikutkan dengan komitmen yang mengikat, dan dalam hal ini adalah tingginya biaya hidup dan pendidikan yang setiap tahun akan naik. Inilah yang menjadi pertimbangan ibu-ibu muda sekarang dan juga Nadia untuk membatasi jumlah anak.
“Seiring dengan pertimbangan biaya pendidikan yang semakin mahal, saya mengurungkan niat untuk beranak 6. Insya Allah kalau diperkenankan Tuhan, saya ingin 4 anak, minimal 3. Karena, bukan cuma biaya pendidikan yang mahal, tapi juga biaya les dan biaya masuk ke arena permainan yang semuanya membutuhkan biaya,” katanya.
Kekhawatiran biaya dan jumlah anak memang sangat berkorelasi. Menurut Aidil Akbar, perencana keuangan independen, perhitungan biaya pendidikan harus sudah dimulai sejak dini. Langkah awalnya adalah dengan menentukan kemana anak akan disekolahkan, karena berdasarkan target tujuan pendidikan tersebut, orangtua bisa membuat perhitungan berapa besar biaya pendidikan di saat ini. Lalu, dengan bantuan perencana keuangan, perhitungan biaya pendidikan saat kini itu diaplikasikan dengan metode Time Value of Money sehingga bisa diketahui kebutuhan dana di masa depan.
“Dengan biaya pendidikan 4 tahun kuliah di Universitas standar rata-rata fakultas FISIP atau Ekonomi saat ini sebesar 70 juta Rupiah, maka dihitung dengan menggunakan inflasi 10% saja, dalam waktu 15-16 tahun lagi biaya pendidikan tersebut akan menjadi 400 juta Rupiah,” ujar Aidil.
Next
Kaget? Aidil mengatakan bahwa itulah kenyataannya, apalagi perhitungan tersebut hanya mengaplikasikan kenaikan 10%, nggak lebih nggak kurang. “Seperti yang kita ketahui bersama bahwa inflasi rata-rata di Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun terakhir adalah 12%-15%. Sedangkan, kenaikan biaya pendidikan lebih tinggi dari ini bisa berkisar antara 20%-25%. Dapat dibayangkan bahwa dalam waktu 15-16 tahun ke depan, kita akan membutuhkan dana milyaran Rupiah, tepatnya hampir 2,5 milyar Rupiah untuk mengirimkan anak kita kuliah.
Perhitungan ini hanya menggunakan biaya kuliah saat ini sebesar 70 juta Rupiah. Sedangkan seperti yang kita ketahui, biaya kuliah untuk kampus-kampus unggulan selama 4 tahun saat ini berkisar antara 90 juta sampai dengan 145 juta Rupiah. Biaya ini juga belum memperhitungkan biaya pendidikan awal seperti Taman Kanan-kanan, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Umum,” urainya lugas.
Itulah sebabnya, Nadia dan kebanyakan pasangan orangtua muda yang berencana untuk memiliki anak lebih dari dua, harus sangat siap dan cermat dalam melakukan perhitungan dan tentunya menabung.
“Mau punya anak di zaman sekarang memang harus berkomitmen dari segi biaya. Tentu nggak ada yang ingin anak-anaknya hanya lulusan SMA, minimal harus bisa menyekolahkan mereka paling nggak setara dengan jenjang pendidikan orangtua. Untuk saya pribadi, 3 anak saya masih mampu, 4 anak we push the limit. Lagipula, saya percaya dengan keberadaan rezeki anak, jadi kalau kita berniat baik untuk merawat dan membesarkan anak dengan baik, pasti ada saja jalannya, dengan catatan sudah diperhitungkan dari segala aspek dengan cermat. Punya anak itu bukan seperti memiliki benda, you have to invest not just money, tapi juga kemampuan kita untuk memperhatikan anak,” tegas Nadia.