Next
Di sisi lain, suaminya menuntutnya untuk bisa memasak dan mengurus rumah tangga seperti sang ibunda, sementara ia selain tidak bisa memasak, juga tidak rela meninggalkan karir untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Pertempuran ego dimana tidak ada yang mau mengalah membuat perceraian tidak bisa dielakkan lagi.
Saya hanya bisa menggelengkan kepala mendengar penjelasannya. Apakah semua hal tersebut tidak pernah dibicarakan sebelum mereka memutuskan untuk menikah? Tampaknya banyak pasangan yang terlalu dipusingkan untuk mengurus hari pernikahan mereka menjadi sesempurna mungkin tanpa melakukan banyak persiapan untuk kehidupan pernikahan yang dimulai setelah hari pernikahan. Misalnya, sepasang calon suami istri pada umumnya melakukan persiapan 6 bulan hingga 1.5 tahun sebelumnya untuk memilih lokasi, gaun, make up artist, dekorasi dan photographer terbaik tetapi hanya mempersiapkan waktu yang sangat minimal untuk pre-marital counseling ataupun kelas-kelas pembinaan pernikahan lainnya. Sungguh ironis.
What's On Fimela
powered by
Next
Selain itu, kalian juga harus berkomitmen untuk jujur dan terbuka dalam segala aspek baik itu dari sisi kehidupan seks di masa lalu sampai masalah keuangan, keluarga, dan kesehatan. Hal ini amat penting untuk dibuka karena lebih baik untuk tahu dari sekarang dan bisa menerimanya daripada baru mengetahui di kemudian hari dan tidak bisa menerimanya.
Dan, jangan lupa untuk menyamakan ekspektasi dan visi dalam berkeluarga, karena pernikahan merupakan satu ikatan yang menyatukan hidup dua manusia. Karena itulah kesamaan nilai hidup, visi dan ekspektasi haruslah serasi dalam mengarungi kehidupan bersama. Misalnya, dengan membahas impian masing-masing tentang keluarga yang ideal. Seperti apa role suami, apakah istri boleh bekerja, apakah istri harus bisa memasak, ingin memiliki berapa anak dan kapan, semuanya harus dibahas sebelum pernikahan.
Banyaknya kasus perceraian menyusul pernikahan yang baru menginjak usia muda harus menjadi sebuah wake up call atau peringatan bagi kita semua. Marriage is not a fairy tale. Jangan berharap pernikahan adalah satu tiket untuk menuju kepada harapan kebahagiaan selamanya seperti yang dijual oleh Disney.
Next
Mereka tidak pernah menceritakan bagaimana Cinderella yang tadinya merupakan seorang pembantu di rumahnya sendiri mengalami stres yang luar biasa karena harus menyesuaikan diri masuk ke lingkungan kerajaan, baik itu dari caranya membawa diri, tutur katanya, dll. Mereka juga tidak membahas mengenai ketidaksetaraan tingkat pendidikan serta perbedaan karakter. Padahal, siapapun tahu kalau Cinderella dan Pangeran hanya memiliki waktu beberapa jam sebelum akhirnya Pangeran jatuh cinta dan memilihnya untuk menjadi pasangan hidup.
Film yang mereka pertontonkan kepada anak-anak di seluruh dunia membuat banyak orang, termasuk saya, tumbuh besar dengan berpikir bahwa happily ever after will start after the wedding day. Tetapi kenyataan menunjukkan sebaliknya. Marriage is not a fairy tale. Kita harus mempersiapkan kehidupan pernikahan dengan baik dan cermat, untuk meraih pernikahan yang bahagia.
Setuju?