Siapa yang nggak kenal dengan tokoh yang sudah menggeluti dunia media sejak tahun 1972 ini? Bersama Mirta Kartohadiprodjo dan Widarti Gunawan, Ibu Pia menerbitkan majalah lokal khusus perempuan (Femina) yang kemudian diikuti dengan lahirnya majalah pertama untuk remaja Indonesia (Gadis). Majalah remaja yang ia buat ini tentunya menjadi titik terang dan pintu tersendiri bagi para remaja untuk melihat perkembangan mode dan gaya hidup di lingkungan mereka. Saat ini, bisnis yang dibentuknya telah berkembang pesat dan kuat, bahkan kini grup media yang dibangun Ibu Pia menjadi salah satu industri media dengan nama besar di Indonesia.
Amy Atmanto
Para pekerja fashion tentu sudah nggak asing lagi dengan nama Amy Atmanto. Ya, Amy adalah salah satu “master” dalam dunia fashion Indonesia. Karya-karyanya khusus ia dedikasikan untuk perempuan Indonesia. Satu hal yang menarik dari kegiatan yang Amy lakukan, bahwa saat ini Amy mengaryakan para pekerja yang memiliki keterbatasan fisik untuk membantunya memproduksi busana yang ia rancang. Amy ingin membuat mereka yang memiliki keterbatasan bisa tetap berdaya agar tidak menggantungkan hidup mereka pada orang lain.
Adalah GoGirl sebuah majalah remaja yang berawal dari praktik “uji coba” Anita dan dua orang saudaranya. Namun, tanpa disangka, saat ini walaupun baru berusia 6 tahun, GoGirl telah mampu menancapkan eksistensinya di dunia media remaja. Kini perusahaan yang hanya menerbitkan satu majalah remaja ini berkembang cukup pesat dan menjadi media remaja yang cukup diperhitungkan di Indonesia.
Valerina Daniel
Pembawa acara berita di salah satu stasiun TV swasta ini juga merupakan salah satu aktivis lingkungan. Kecintaannya pada lingkungan berawal saat ia bertugas melakukan investigasi pembalakan liar di sebuah daerah di Indonesia. Sejak saat itu, ibu satu orang anak yang akrab disapa Val giat mengampanyekan hidup ramah lingkungan. Perhatiannya ada lingkungan pun membuat Val dinobatkan sebagai Duta Lingkungan Hidup oleh Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. Perhatiannya pada lingkungan hidup pun sudah menghasilkan beberapa buku dan juga gelar Master yang ia peroleh di Australia.
Irma Hikmayanti
Nggak peduli dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, Irma tidak putus asa mengajar Bahasa Inggris yang ia miliki kepada anak-anak tuna netra di Yayasan Mitra Netra. Irma kehilangan pengelihatannya pada tahun 2008 karena glaukoma. Setiap hari Irma sibuk mengajar di Bahasa Inggris di Yayasan Mitra Netra dan juga bekerja paruh waktu sebagai translator. Irma menggagas sebuah kompetisi Bahasa Inggris Tuna Netra pertama di Indonesia, ‘With English We Touch The World’. Irma membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang baginya untuk terus bisa berbagi dengan sesama.
Dari kelima tokoh perempuan di atas kita bisa belajar bahwa perbuatan kecil sekalipun bisa membawa dampak dan perubahan positif untuk orang-orang di sekitar kita. Bahkan, keterbatasan fisik pun bukanlah penghalang jika kita sudah bertekad untuk bergerak. So, mulai sekarang jangan ragu untuk bertindak untuk turut berperan aktif menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk lingkungan sekitar. Maju terus perempuan Indonesia!