Melaney Ricardo: “Hamil Adalah Pengorbanan Terbesar Saya”

Fimela Editor diperbarui 09 Des 2011, 13:29 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Being pregnant is my biggest sacrifice

Kehamilan saya termasuk berat karena di awal-awal kehamilan banyak muntah, mual, dan nggak bisa menikmati makanan. Lalu, saya juga harus sempat bed rest selama 1 minggu, kembali kerja 3 hari, lalu harus kembali istirahat karena mengalami tahap pertama dari keguguran. Dari sinilah saya belajar kalau saya ingin mejadi seorang ibu, saya harus sedikit menurunkan ritme bekerja saya, nggak selalu bisa mengikuti keinginan untuk mengejar target pekerjaan karena ada yang harus dijaga, yaitu anak. Lalu, saya juga harus membatalkan rencana kepergian saya ke Las Vegas untuk tawaran MC-ing di sana karena sudah mengetahui saya hamil dan nggak ingin membahayakan kehamilan. Sempat kecewa karena VISA sudah jadi tapi batal pergi, itu juga akan menjadi kesempatan pertama saya ke Amerika, tapi apapun untuk keselamatan anak saya lakukan.

Hamil direncanakan dan nggak direncanakan, apa enaknya?

Memang kehadiran Chloe di luar rencana saya dan Tyson yang sebelumnya baru ingin merencanakan punya anak di tahun depan, tapi kalau melihat dari segi umur dimana saya sudah menginjak usia 29 tahun, itu sudah sangat cukup. Kalau dari segi kesiapan, ketika itu ditanyakan sering banyak nggak siapnya, sama seperti untuk menikah yang kalau terlalu banyak pertimbangan nggak akan terjadi pernikahan. Tapi, saya harus berani untuk melakukannya, just do it, sambil terus berdoa. Karena nyatanya, setelah saya jalani kehamilan ini, yang tadinya banyak sekali ketakutan seperti takut badan berubah bentuk, nggak bisa kerja, dan segala macam, I think I’m really ready to be a mom. Ketakutan melahirkan pun sudah jadi nomor kesekian buat saya, karena seperti Tyson bilang, it’s priceless.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 

Ada yang berubah dari Melaney setelah bersama Tyson, yaitu keterbukaannya tentang kehidupan pribadinya.

Kalau saya melihatnya itu rezeki, karena setelah saya dipertemukan dengan Tyson, saya juga dikaruniai karier yang lebih baik, yang kebetulan bersamaan dengan hubungan percintaan kami yang semakin serius, jadi mungkin itu makin membuat banyak orang penasaran. Tapi, memang lucunya, dulu saya bertahun-tahun pacaran dengan orang Indonesia, nggak ada yang meliput hahaha...

Kehadiran Tyson yang talkative membuat pernikahan dan kehamilan ini lebih mengalir lancar.

Saya dan Tyson hampir seumuran, bulan lahir kami pun sama-sama Februari dan elemen kepribadian sama-sama air yang bersifat mengalir, serta punya sifat serupa yaitu banyak ngomong. Tapi, itu nggak menjadi masalah buat kami, karena keseimbangan nggak selalu harus dari sifat yang bertolak belakang. Justru, sifat talkative Tyson membuat semuanya jadi lebih mengalir lancar dan komunikasi kami nggak pernah putus, karena saya percaya banyak orang bercerai akibat mereka capek dan berhenti berkomunikasi. Makanya, saya penah bilang pada Tyson walau kadang saya ingin menampar mukanya, tapi kami nggak akan berhenti berkomunikasi, karena sangat menghindari untuk beruneg-uneg dengan orang luar. One PING! on Blackberry Messenger can lead some big sin, satu percakapan sederhana di media apapun dengan laki-laki/perempuan selain pasangan kita, bisa memicu ke dosa perselingkuhan, dan itu yang sangat kami hindari. Itulah sebabnya kami saling bercerita tentang apapun.

4 dari 4 halaman

Next

 

Akan jadi apa Chloe nanti, saya serahkan semuanya pada Tuhan

Cita-cita untuk membentuk Chloe seperti apa memang banyak di benak saya dan Tyson, seperti ingin mengenalkan dia pada dunia olahraga karena Tyson berprofesi sebagai atlet basket di Australia. Tapi, terlepas dari itu, kami hanya ingin Chloe punya special relationship dengan Tuhan, karena saya merasa bahwa ketika kecil dulu saya yang sudah dibekali dengan banyak ilmu agama dari orangtua, tetap saja merasa banyak sekali tantangan yang harus bisa dihadapi, mulai dari soal hubungan dengan lawan jenis, pergaulan, dan macam-macam, bagaimana kalau Chloe sudah besar nanti? Makanya, saya memercayakan Chloe 100% pada Tuhan, kami sebagai orangtua nggak akan mengekang dia, dia hanya boleh takut kepada Tuhan, jangan kepada orang.

No yelling and screaming for Chloe

Gaya parenting kami akan lebih santai, namun terkadang juga harus keras untuk menanamkan disiplin. Hal yang utama adalah menanamkan untuk selau mempraktekkan dua kata penting, yaitu “tolong” dan “ terima kasih”. Karena, dua kata itu terdengar sangat sederhana namun sering terlupa untuk dilakukan. Juga, ingin mengajarkan anak untuk nggak terbiasa berteriak, apalagi di tempat umum. Kami pun sebagai orang tua juga mengindari berteriak kepada anak, apalagi body contact seperti memukul. Keras tetap harus, tapi kami tetap akan menjadi orang tua yang terbuka untuk Chloe.