Don’t be Stupid: Social Pressure Can’t Buy Your Happiness

Fimela diperbarui 30 Nov 2011, 05:29 WIB

Pertanyaan seputar pernikahan merupakan salah satu contohnya. Reuni SMA yang digelar bulan depan, bisa membuat kita ketar-ketir bahkan memutuskan tidak hadir. Alasannya? Malas bertemu teman-teman lama dengan berjuta pertanyaan mereka. “Anak berapa? Belum menikah? Kapan menikah? Pacar ada, kan? Tunggu apa lagi, sih?” Terjadi juga padamu? Baca terus!

Reaksi yang muncul di otakmu pasti: Kenapa sih, orang-orang itu usil banget? Memang salah kalau belum menikah? Pertanyaan yang usil tersebut bahkan juga muncul bagi yang sudah menikah, tapi belum punya anak, atau anak baru satu. Never ending story. Tekanan sosial bahwa perempuan harus menikah; setelah menikah punya beberapa anak, dan seterusnya; seringkali membuat kita gerah bahkan menetapkan suatu keputusan berdasarkan ‘kepentingan’ orang lain. Itu baru satu contoh. Masih banyak lagi contoh tekanan sosial yang bisa bikin kita minder bahkan memutuskan bahwa kita tidak bahagia.

Kita jadi seperti lupa dan malah jadi merasa bersalah, bahwa hal-hal tersebut sebenarnya bukan ‘urusan’ orang lain. Keputusan penting yang berhubungan dengan hidup kita, haruslah dibuat atau ditentukan berdasarkan apa yang terbaik untuk diri kita sendiri. Berdasarkan apakah hal tersebut bisa membuat kita lebih bahagia. Boleh saja berniat untuk membahagiakan orangtua, misalnya. Tapi lagi-lagi jangan lupa, kalau hidup ini kita yang menjalani. Bukan orang lain bahkan orangtua kita sendiri. Mereka punya hidup mereka sendiri. You can say, this is my life. My life my decision. Dan sampaikan dengan cara yang diplomatis serta dewasa, misalnya dengan: Belum dikasih Tuhan.

Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba untuk melepaskan diri dari tekanan sosial:

- Bebaskan diri dari opini

Jika merasa ketergantungan pada pendapat orang lain untuk meyakinkan nilai dirimu, ibaratnya kamu bagaikan daun yang ditiup angin, pasrah terbang kemana angin membawa. Kalau punya rasa percaya pada nilai dirimu, kamu pasti bisa yakin pada pendapatmu sendiri dan bukan pendapat orang banyak. Sebagai manusia kita pasti ingin sukses serta diakui orang, dan kita harus berusaha untuk mendapatkannya. Tapi jangan hidup untuk orang lain. Jangan dasarkan pilihan hidupmu, karir atau kapan waktu senang-senang pada pendapat orang lain. If you want to be great, then do something great. Dan jangan lakukan sesuatu dalam hidupmu untuk mendapatkan respek orang lain, tapi karena kamu ingin hidupmu berarti dan live up to your potential – regardless of the attention it will draw.

- Teliti tujuanmu

Pastikan pilihanmu berdasarkan apa yang terbaik untukmu, jangan berdasarkan keinginan orang lain. Selalu tanyakan pada dirimu: “Apa tujuan saya?” Contohnya, kalau berencana untuk liburan keluar negeri, apakah karena memang ingin jalan-jalan melihat dunia? Atau karena berharap orang lain akan kagum mendengar cerita perjalananmu?

Buat daftar apa yang bisa membuat orang kagum – kekayaan, kekuatan, keahlian, pendidikan, kepintaran, karir, kesehatan, keluarga, keturunan. Apakah ada hal penting lainnya yang harus masuk di daftar tersebut? Kemudian, coba buat daftar yang kamu lakukan untuk membuat orang lain terkesan. Kenapa hal tersebut bisa membuatmu merasa penting? Tanyakan pada dirimu kenapa kamu merasa harus membuat orang terkesan. Apa yang sebenarnya kamu harapkan tercapai?

- Stop cari pengakuan

Jangan terjebak pada obsesi untuk diakui oleh lingkungan sekitar. Mencari persetujuan orang lain terus-menerus hanya akan merugikan dirimu, karena membuat kamu semakin jauh dari kesempatan untuk menjalani hidupmu seutuhnya. Kalau kamu selalu merasa perlu diakui oleh orang lain, sepertinya sudah waktunya untuk memeriksakan rasa percaya dirimu. Karena saat kamu bersikap atau berbuat sesuatu hanya berdasarkan untuk mengesankan orang lain, kamu hanya akan mendapatkan kekosongan dalam dirimu. Tanyakan pada dirimu: Kalau diberi kesempatan, apakah saya memilih untuk menjadi terkenal dan kesepian, atau bahagia tapi nggak terkenal?

- Hargai potensi diri

Kalau orang bilang kamu sukses, kamu menjadi yakin bahwa kamu sukses. Kalau orang menentukan seperti apa patokan bahagia, kamu jadi yakin kalau bahagia adalah menurut patokan tersebut. Mengejar pengakuan adalah tanda kalau kamu nggak benar-benar menghargai dirimu. Seperti bilang, “Saya mungkin nggak terlalu berharga, tapi kalau saya bisa membuat orang berpikir kalau saya berharga, maka saya pasti ada harganya.” Tapi hal tersebut salah besar. Seperti mengejar emas palsu – kuning dan bersinar, tapi nggak berharga. Jauh di lubuk hatimu, pasti merasa seperti seorang yang palsu. Dan nggak akan merasa pernah cukup. Hargai apa yang kamu raih dengan usahamu sendiri. Percaya bahwa apa yang kamu kerjakan, besar atau kecil merupakan pencapaian yang membanggakan, merupakan sebuah prestasi dan bukti dari potensi dirimu.

- Stay true to yourself

Merupakan sifat alami manusia untuk diakui atas pencapaiannya. Apapun yang kita banggakan, kita pengen orang lain tahu hal tersebut. Saat sedang ngobrol, coba lihat berapa lama seseorang (dan dirimu!) mulai menyelipkan pencapaian pribadi di sela-sela obrolan. Dari hal yang sepele seperti sanggup menahan lapar demi mencapai berat badan ideal sampai punya anak berapa. Kenapa kita pengen banget ‘dianggap’ orang? Karena manusia lapar akan arti hidup. Tapi kadang kita nggak mencapai taraf yang seharusnya sudah kita capai dalam jangka waktu tertentu. Sehingga ada rasa ingin untuk mendapatkan kompensasi dengan pengakuan dari orang lain. Jangan lakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan pengakuan. Bersikap lah jujur pada diri sendiri, dengan begitu kamu akan bisa menerima dirimu apa adanya.

Setiap orang punya kelebihan masing-masing. Nggak masalah belum menikah, bisa saja patokan bahagia-mu berbeda dengan orang lain. Kamu bahagia dengan pencapaian karir serta bisa liburan keluar negeri setiap tahun. Si A bisa saja bahagia dengan status menikah, menjadi ibu rumah tangga dan punya tiga anak. Jangan merasa kalah atau tertekan karena berbeda. Belum tentu jika kamu ada di tempat yang sama seperti si A, kamu akan merasakan kebahagiaan yang sama. Begitu pun sebaliknya.

Dengan mengubah pola pikir tersebut, kamu nggak akan merasa tertekan jika terjebak dengan keadaan yang memojokkan seperti reuni sekolah atau arisan keluarga. Nggak ada lagi namanya menghindari arisan atau reuni karena malas mendengar pertanyaan ini-itu. Jangan berharap untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain, tapi coba temukan dalam dirimu sendiri. Cari cara yang menurutmu berarti dalam hidupmu, dan gunakan hal tersebut untuk membakar semangatmu mencapai keberhasilan. Orang yang puas dengan pencapaian diri sendiri nggak perlu pengakuan orang banyak untuk meyakinkan pentingnya diri mereka. Dan dijamin kamu bisa bahagia dengan apa yang kamu miliki saat ini, dan siapa tahu malah bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Sometimes happiness is really that simple.

 

empowered by