Next
Karena penasaran, saya pun menanyakan rahasia ibu saya dalam “mengunci” ayah. Menurutnya, laki-laki sudah digariskan sebagai seorang kepala dalam keluarga dan karena itu membutuhkan penghormatan dan dukungan dari pasangannya. Penghormatan dan dukungan ini mencakup banyak bidang.
Misalnya, kita harus bisa menunjukkan rasa percaya kita akan kemampuan pasangan untuk menyediakan nafkah dalam keadaan apapun. Mungkin ini terdengar mudah saat karir pasangan sedang menanjak atau bisnisnya menghasilkan banyak uang, tetapi akan terasa berat untuk dijalankan apabila ia dikeluarkan dari pekerjaan atau mengalami kerugian. Berapa banyak istri yang akan mengatakan, “Aku percaya kamu pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik,” atau “Aku percaya akan kemampuanmu untuk mengatasi masalah ini,” saat suaminya terpuruk secara keuangan? Padahal, itulah yang dibutuhkan seorang laki-laki: Kepercayaan dan dukungan penuh dari pasangannya.
Saat ayah saya sedang mengalami kesulitan keuangan di awal pernikahan, ibu saya tidak mengkritiknya apalagi marah atau meremehkan. Ia malahan mendukung ayah saya dan memulai usaha katering kecil-kecilan agar ayah saya tidak usah memusingkan soal uang dan makanan sehari-hari. Dengan dukungan seorang istri yang begitu setia dan percaya kepada suaminya, tidak lama kemudian bisnis ayah saya mengalami kemajuan pesat dan sampai sekarang saya sangat bersyukur karena kehidupan kami tidak pernah berkekurangan.
What's On Fimela
powered by
Next
Misalnya, saat suaminya memilih untuk pergi ke bar bersama teman-temannya sampai jam 2 pagi, ia tidak lantas memberi muka muram dan omelan penuh amarah. Ia malahan memberi tahu suaminya bahwa ia mengerti kebutuhan seorang laki-laki untuk berkumpul bersama teman-temannya, karena itu, ia mengizinkan suaminya namun berharap suaminya bisa lebih membagi waktu. Dengan menghormati kebutuhan sang suami, suaminya perlahan-lahan mulai membatasi dirinya dan kemudian selalu pulang ke rumah sebelum jam 12 malam.
Seorang teman yang baru menikah juga mengungkapkan pengalaman serupa dimana ia hampir bercerai setelah 3 bulan menikah dengan suaminya karena perbedaan dan benturan ego. Dengan berbagai usaha untuk berbaikan kembali, dan dengan mengikuti saran dari sang ibu mertua, akhirnya ia menyadari bahwa letak kekuatan seorang istri bukanlah pada kekuatannya untuk bertahan dan memegang prinsip yang menurutnya benar. Ia melihat perubahan dari diri suaminya justru saat ia memutuskan untuk mengalah, menurunkan egonya dan menuruti pendapat suaminya. Tentunya ia tetap memberi tahu sang suami apa yang menurutnya benar atau keinginan hatinya, namun ia memberikan hak penuh kepada sang suami untuk memutuskan hal yang menurutnya terbaik. Saat melakukan ini semua, sang suami justru menjadi lebih lembut dan hubungan di antara mereka sekarang menjadi jauh lebih kuat dan harmonis dari sebelumnya.
Nampaknya, kelembutan dan penundukan diri dari seorang perempuan yang membuat pasangan merasa dihormati dan didukung merupakan kunci keberhasilan hubungan. Bagaimana menurutmu?