Desa Cicaringin, salah satu desa yang masuk dalam kawasan Banten, ternyata menyimpan cerita sedih tersendiri. Di desa ini, semua anak yang bersekolah di SDN Cicaringin 3 harus bertaruh nyawa setiap mereka akan berangkat ke sekolah. Pasalnya, mereka harus meniti tali baja sepanjang 40 meter untuk menyebrangi sungai Ciliman karena memang tidak ada akses lain bagi mereka untuk bisa menyebrangi sungai tersebut.
Saat pergi dan pulang sekolah mereka harus meniti tali baja yang berfungsi sebagai penghubung sekolah dan rumah mereka, tanpa pengaman dan pelampung, sementara arus sungai deras siap menerkam mereka saat mereka lalai ketika meniti “jembatan”.
Prihatin atas kondisi seperti ini, muncullah sebuah gerakan #JembatanAnakBangsa di jejaring sosial twitter. Gerakan sosial yang diprakarsai oleh Rene Suhardono ini, bertujuan mengumpulkan dana untuk membantu membuatkan sarana jembatan yang sesungguhnya untuk warga Desa Cicaringin sehingga anak-anak di sana tidak harus bertaruh nyawa setiap mereka pergi dan pulang dari sekolah.
Buat kamu yang peduli dan tergerak dengan kegiatan sosial ini, kamu bisa mencari informasi lebih lanjut di twitter dengan menggunakan #JembatanAnakBangsa atau mungkin dengan mention Rene Suhardono dengan akun @ReneCC. Kabar terbaru, satu tim akan turun lapangan dalam minggu ini untuk melihat kondisi secara langsung. Dan sebuah akun bank pun telah dibuka untuk menampung uluran tangan orang-orang yang peduli pada nasib anak-anak Desa Cicaringin, Banten.
So, tunggu apalagi? Dukung gerakan #JembatanAnakBangsa!
*image: berbagai sumber