Next
Saya baru-baru ini mendengarkan kisah hidup seorang mantan bintang film biru yang penuh dengan kepahitan dan noda. Bayangkan, pada waktu ia masih berumur 9 tahun, sepasang laki-laki dan perempuan kakak beradik memperkosanya. Pengalaman seksual pertama yang amat traumatis. Bukan saja ia kehilangan keperawanan saat tubuhnya belum siap dan emosinya belum menginginkannya. Di kali pertama pengalaman yang membuka mata seksualnya, ia juga sudah terekspos dengan pengalaman lesbian yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh jiwa seorang gadis kecil.
Dengan kejadian yang begitu traumatis dan kekecewaan yang dialami, ia tumbuh menjadi seorang remaja berjiwa pemberontak yang kemudian jatuh ke dalam dunia pelacuran. Tidak hanya itu, ia terperosok lebih dalam lagi ke dalam industri film porno di mana ia merasa derajatnya sebagai seorang perempuan direndahkan dan bahkan direkam dan diedarkan untuk konsumsi umum.
"Jangan kamu kira para pemain film porno akan dapat menikmati adegan yang kami lakukan selama syuting." Katanya, "Kami semua hanyalah berpura-pura. Begitu parahnya rasa sakit, malu, dan hina yang kami rasakan sampai kami membutuhkan dosis drugs seperti kokain untuk melewati kesakitan saat melakukan adegan yang seringkali membuat darah, cairan tubuh dan kotoran bertumpahan di lokasi syuting."
Ketika kemudian ia mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit herpes, ia merasa sangat hancur tanpa harga diri yang tersisa. Ia pun tahu apabila meneruskan gaya hidupnya, ia akan mati dengan sia-sia. Apakah itu dengan terkena penyakit HIV lalu meninggal, atau hidup dalam kemarahan, kebencian dan kenistaan sehingga hidup pun merupaan siksaan yang akan membawanya pada kematian.
Saat putus asa, ia merasa bahwa sudah saatnya untuk mengubah cara pandang dan cara hidupnya yang penuh dengan kepahitan. Ia pun memutuskan untuk mengampuni para pemerkosa dan orang-orang yang pernah menyakitinya sehingga dapat memulai sebuah lembaran hidup yang baru.
Seperti sebuah magnet positif, ketabahan dan harapan baru mempertemukan dirinya dengan seorang laki-laki yang mau menerimanya apa adanya, memiliki kesabaran untuk menuntunnya dan memungut puing-puing hatinya yang sudah hancur lebur berantakan. Bersama dengan laki-laki ini ia memulai hidup baru dalam mahligai pernikahan dan meninggalkan jalan hidupnya yang lama. Proses pemulihan dirinya melalui duri-duri perjalanan naik turun dan jatuh bangun selama bertahun-tahun. Sama sekali tidak mudah. Tetapi bukanlah hal yang mustahil.
What's On Fimela
powered by
Next
Tentunya banyak kisah lain seperti Shelley Lubben. Di mana laki-laki dan perempuan yang melalui pengalaman hidup yang sangat keras dan menyakitkan, yang berhak untuk bertanya "Kenapa?" di dalam hidupnya, kemudian menjadi seseorang yang hidupnya memberi dampak. Tetapi seperti Shelley, mereka pun melewati satu stage dimana mereka harus mengampuni orang-orang yang menyakiti mereka, let go of the hurt, pain and anger, dan memutuskan untuk mengambil sikap hidup baru yang positif. Satu proses hidup yang mungkin bisa sampai memakan waktu bertahun-tahun, untuk mengerti bahwa apapun yang mereka pernah alami, was just for a season, and for a reason.
Mungkin seorang Shelley sebelumnya tidak pernah mengerti mengapa ia harus mengalami pemerkosaan di saat umurnya baru 9 tahun, dan sampai terjerumus pada dunia pelacuran dan film porno. Tetapi saat ia mengubah cara pikir dan cara hidupnya, ia sekarang dapat menolong sesamanya untuk keluar dari belenggu kehidupan yang dulu menyiksanya. "Season", atau masa kepahitan itu sudah berakhir, dan itu diizinkan untuk terjadi pada hidupnya untuk sebuah "Reason" yang menolong sesamanya. Alasan yang hanya akan terlihat saat pikiran kita sudah terbuka.
Masih adakah satu hal yang kamu sesali dalam hidup ini? Mungkin berbeda dengan permasalahan Shelley. Entah kamu kehilangan orang tua yang kamu kasihi, atau ditinggal pacar saat hendak menikah. Ada juga yang harus mengalami pahitnya perceraian atau kehilangan sejumlah besar uang karena ditipu seseorang yang dipercaya. Apapun kejadian pahit yang masih kamu sesali, ingatlah, ada hikmah dibalik semuanya itu dan hal yang pahit tersebut diizinkan untuk terjadi karena sebuah alasan yang belum terkuak. Tetapi saat kita mau belajar untuk menerima, memaafkan situasi (dan siapapun yang kamu anggap bersalah) lalu menutup buku, kamu akan mulai bisa hidup kembali dengan kelegaan dan kebahagiaan. Dan, suatu saat nanti kamu pun akan bisa mengerti hikmah dibalik kejadian tersebut.
Remember, It happened for a season, for a reason.