Bunga Citra Lestari: Hidup Saya Memang Seperti Fairy Tale

Fimela Editor diperbarui 29 Sep 2011, 12:59 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Hidup saya setelah ada Noah

Semuanya jadi ekstra lebih berat setelah saya punya Noah. Bila dibandingkan dengan keadaan dulu, segala sesuatu yang akan saya jalankan harus lebih direncanakan karena sampai sekarang masih menyusui. Jadi, Noah akan selalu diajak kemana-mana selama tempat tersebut masih memungkinkan. Saya menikmati dengan ditemani Noah kemana-mana, namun juga harus sangat pintar membagi waktu untuk istirahat dan Noah.

Jujur, nggak pernah menyangka sebelumnya kalau sebesar ini tanggung jawabnya untuk menjadi seorang ibu. Dulu menganggapnya menyusui adalah hal yang simple, tapi begitu dijalani, benar-benar challenging. Repot pasti iya, karena kalau nggak mengajak Noah pergi, saya harus selalu bawa pompa beserta alat untuk mencuci dan sterilizer. Belum lagi, memompa itu ada jam-jamnya masing dan itu benar-benar harus dibagi dengan baik di tengah agenda bekerja. Tapi, seiring dengan proses dan berjalannya waktu, saya bisa menyeleraskan hal-hal tersebut. Sampai saat ini, saya masih yakin kalau kehidupan karier dan berkeluarga bisa berhasil dua-duanya.

Saya sudah berubah di mata teman-teman

Hidup saya untungnya berubah secara pelan-pelan, mulai dari menikah, hamil, kemudian punya anak. Dulu saat single atau masih pacaran sama Ashraf, saya bisa diajak kemana dan kapan saja karena dulu berpacaran jarak jauh. Saat sudah menikah, baru saya membatasi, karena memang ingin mengurus suami, makanya teman-teman sudah tahu ada waktunya saya nggak bisa diganggu seperti malam minggu, kecuali kalau ada acara dari teman dekat saya akan datang sebentar dan pulang duluan. Mulai hamil, saya makin nggak kemana-mana karena sudah nggak ada sama sekali teman yang ajak pergi. Sekarang sih sudah mulai ada yang nanyain lagi apa Noah sudah bisa ditinggal pergi, tapi teman-teman sudah sangat menyadari bahwa saya benar-benar sudah berubah, sudah bermetamorfosis menjadi orang yang beda dan lebih dewasa. Sama sekali nggak menjauhi lingkungan pertemanan saya, tapi ada beberapa situasi tertentu yang nggak bisa diikuti lagi.

Saya penyanyi, bukan model yang berganti profesi jadi penyanyi

Dari awal memutuskan untuk bernyanyi, saya sudah menanamkan ke diri sendiri bahwa profesi ini bukan sekadar iseng atau coba-coba yang berbuah sesuatu, tapi ini adalah cita-cita dari kecil, jalannya saja yang mulai dari model dan bintang sinetron dulu. Beruntunglah, saya salah satu yang mendapat kesempatan dan tawaran dari record label yang amat sangat mendukung karier bermusik saya. Yang pasti, profesi ini saya jalankan dengan 100 persen.

I’m lucky!

Semua orang melihat hidup orang lain hanya dari terlihatnya seperti apa, dan itu sebenarnya tergantung dari bagaimana kita mau menunjukkan hidupnya seperti apa. Untuk saya, bila ada orang yang menganggap hidup saya seperti dongeng, bersyukur karena orang lain melihat saya dari sisi yang bagus, walaupun dari saya sendiri memang meyakini bahwa kehidupan saya seindah fairy tale. Keinginan saya untuk menjadi penyanyi, punya kekasih setelah sekian lama single dan akhirnya menikah di usia 25 tahun, punya waktu setahun untuk berduaan dengan suami lalu baru punya anak, adalah contoh betapa hidup saya indah. Tapi, saya percaya ini tergantung bagaimana saya melihatnya, kalau saya menganggap semua hal itu adalah berkah, maka orang lain pun bisa melihat hidup saya indah. Setiap orang menurut saya hidup di fairy tale masing-masing, karena setiap kehidupan pasti ada masa enak dan nggak enak. 

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 

Saya puas, tapi mau lebih

Saya melihat hidup saya indah. Walaupun, ada saja omongan orang yang bilang kalau karier bernyanyi saya dimulai dengan mudah karena dapat tawaran bernyanyi dengan PAS band, begitu pula dengan tawaran sinetron saat saya jalan-jalan di mall, namun itulah jalan karier saya bermula dengan pencapaiannya hingga saat ini, yang belum tentu sama dengan orang lain. Menurut saya, setiap orang punya titik kepuasan yang berbeda-beda dengan hidup mereka, dan untuk saya sendiri, saya sudah puas dengan apa yang telah dicapai tapi mau lebih. Ini bukan berarti ambisius buta, karena saya masih tipe orang yang menjalani apa yang ada karena ingin menikmati setiap momennya. I enjoy every second of it.

Saya trauma gendut

Saya adalah orang yang dari dulu makan apa saja nggak pernah gemuk, tapi begitu hamil, badan menggemuk, naik hingga 25 kilogram, hingga membuat orang-orang nggak bisa mengenali saya lagi. Kaki saya juga sangat bengkak yang membuat sulit jalan dan nggak ada jari lagi. Setelah melahirkan dan sudah turun 12 kilogram pun, masih ada saja komentar kalau saya masih terlalu gemuk. Jujur, itu sangat membuat stres dan rendah diri. Saya sudah usaha sendiri untuk mengembalikan bentuk badan, tapi nggak turun-turun juga. Saya sampai sempat nggak yakin bisa kembali kerja dengan bentuk badan seperti itu karena saya sudah hidup dengan badan kurus selama 28 tahun dan rasanya berat sekali untuk harus mulai dari nol lagi mencari model pakaian mana yang bagus dan cocok untuk dipakai. Bahkan, ukuran kaki pun nggak kembali seperti sebelum hamil, jadi banyak koleksi sepatu lama yang nggak bisa dipakai. Lagi-lagi, saya beruntung, karena saat mendatangi salah satu klinik kecantikan, mereka menawarkan saya untuk menjadi ambassador.

Tapi, jangan kira kalau dengan cara itu saya bisa kembali langsing dengan mudah, karena saat itu saya menjalani perawatan saat masih menyusui Noah. Jadi, saya harus selalu bawa Noah ke klinik dan melewati macet setiap hari. Lalu, di tengah treatment, bila Noah nangis untuk minta disusui, saya harus copot semua alat dan meyusui dulu, baru lanjut perawatan lagi, sehingga nggak usah heran kalau durasi per treatment yang harus saya jalani jadi bisa 5 jam, sementara normalnya 2-3 jam saja. Belum lagi, saya harus disiplin mengubah dan mengatur pola makan, semua makanan harus direbus, perbanyak sayur, dan segala macamnya. Semua yang saya capai sekarang adalah hasil dari kerja keras, baik kehidupan berkeluarga maupun bisa bekerja lagi dengan bentuk tubuh yang bisa kembali seperti semula.

 

4 dari 4 halaman

Next

 

Saya nggak suka kehidupan pribadi saya diperhatikan

Dengan bersuamikan Ashraf Sinclair yang sekarang juga aktif di dunia hiburan, terkadang saya terganggu dengan publikasi yang ingin tahu apapun tentang kehidupan pribadi kami. Karena, saya masih punya keluarga besar yang bisa terganggu dengan kabar nggak enak, berita yang sangat mengada-ada, atau memang nggak ingin dipublikasikan karena terkadang terlalu dilebih-lebihkan dan judgement yang berbeda-beda dari setiap orang. Nah, inilah jenis living in fairy tale versi saya, yaitu dengan kehidupan yang diketahui banyak orang dan akan menerima “paketnya” yaitu kehilangan privasi. Namun, saya sudah siap dengan hilangnya privasi, begitu juga untuk dinilai orang. Yang paling penting adalah saya selalu terbuka dengan keluarga kecil dan besar beserta teman-teman, jadi cukup mereka saja yang tahu mana yang benar, nggak usah memusingkan penilaian orang lain.

 

Saya nggak terbayang ada laki-laki sebaik Ashraf

Ashraf adalah orang yang sangat peduli dengan semua hal. I’m lucky to have him for sure. Sebelumnya, pandangan saya tentang laki-laki sebelum ketemu dengan Ashraf sangat negatif, tapi begitu menemukan dia, wow, saya terkesan dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang benar-benar bisa mengisi kekurangan saya. Sebagai suami, dia sangat suportif dan sensitif. Kesamaan kami adalah perbedaan kami. Yang membuat kami bisa bersatu adalah karena mau saling berjuang dan berkomunikasi. Sebagai seorang ayah, dia adalah laki-laki yang hebat sekali. Seperti pasca melahirkan dulu, anestesi setelah operasi caesar sangat membuat lemas dan sulit bergerak. Otomatis, yang mengurus Noah di rumah sakit adalah Ashraf. Begitu juga saat sudah di rumah, yang mengurus Noah pertama kali adalah Ashraf, jadi saya belajar ganti popok dan mandiin bayi pun dari dia. Dia pun dari 2 minggu sebelum dan sebulan setelah saya melahirkan, sudah merencanakan cuti untuk menemani saya. Saya yakin, Ashraf juga akan jadi dream fatheruntuk Noah.