Memulainya sulit, tapi tiba-tiba mampir di otak saya; kalau makna Lebaran buat setiap orang pasti berbeda-beda. Sehingga rasanya nggak ada satu patokan benar atau salah. Ya, nggak?
Untuk beberapa kelompok, Lebaran artinya bisa bersilaturahmi dan berkumpul dengan keluarga besar. Keluarga yang pada keseharian susah sekali untuk bertemu karena kesibukan masing-masing. Ada yang melihat Lebaran sebagai puncak dari menahan lapar, haus, emosi selama sebulan penuh. Ada yang mengidentikkan Lebaran dengan makan ketupat. Ada yang memaknai Lebaran dengan hal-hal seperti baju baru, pulang kampung, dapat THR. Bahkan ada yang memandang Lebaran sebagai just another holiday.
Mungkin nggak usah repot untuk pusing-pusing memikirkan apa makna Lebaran untuk orang lain. Rasanya lebih baik untuk bertanya pada diri sendiri, apa sih arti Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri untuk dirimu? Apa sih, yang dicapai setelah berpuasa dan pada akhirnya Lebaran? Apa yang didapat?
Kalau untuk saya, Lebaran itu waktunya untuk bersyukur. Bersyukur masih punya keluarga yang berkumpul saat Lebaran, walaupun sering bikin pusing dengan “keanehan” masing-masing. Bersyukur punya anak yang pintar, walaupun nggak kalah pintarnya kasih alasan ini itu saat disuruh makan sayur. Bersyukur punya kerjaan, walaupun sering bikin stress dengan tuntutan deadline dan ide-ide yang nggak boleh sampai kehabisan. Bersyukur masih punya teman yang mengingatkan, walaupun caranya bikin kuping panas saking nyinyirnya. Bersyukur punya teman kantor seperjuangan yang bisa diajak seseruan, walaupun masing-masing punya ke-diva-an yang kadang bikin sakit kepala (love you, guys!)
Terdengar sedikit menyimpang ya, dari slogan-slogan “Kembali ke Fitrah”, “Mensucikan Diri”, dan sebagainya. Tapi sekali lagi saya ingatkan, bahwa ini sekedar pemahaman atau cara pandang saya pribadi, tentang makna Lebaran. Terlepas dari benar atau salah. Terlepas dari stereotype yang ada.
Selamat Lebaran, Fimelova!
PS: Kalau kamu, makna Lebaran buat dirimu apa?