Next
My Book, My Story
“Dalam waktu dekat ini, aku akan meluncurkan buku, bukan bercerita tentang aku dari kecil atau biografi semacam milik Kris Dayanti, tapi ingin bercerita tentang dunia hiburan yang sudah 14 tahun kujalani, yang mulai kugeluti mulai dari jadi SPG, ikut casting dan tertipu sana-sini, jadi VJ MTV, model, penari latar, semuanya kucurahkan dalam satu buku. Kenapa bikin buku itu? Karena aku melihat ketertarikan orang untuk menjadi artis sangat besar, tapi mereka nggak tahu isi dunia hiburan seperti apa. Saya sering gemes dengan komentar orang di Twitter atau dimana pun yang menganggap kalau pekerjaan di dunia hiburan itu selalu enak dan mudah, cuma nyanyi sejam bayarannya besar, padahal banyak yang nggak tahu di balik sebuah penampilan di atas panggung harus melewati proses latihan, promo, dan seringkali semua itu mengharuskan kita untuk nggak tidur.
Buku ini berbentuk cerita, ada juga tips-tipsnya berdasarkan hasil wawancara dari orang-orang yang ahli di bidangnya, seperti dalam bidang manajemen, gimana caranya supaya calon artis nggak tertipu soal manajemen seperti yang kualami dulu. Buku ini juga memuat soal dunia rekaman yang banyak dikira orang ketika kita mendapatkan kontrak rekaman, kita akan otomatis kaya dalam 10 tahun ke depan. Padahal, kalimat dalam kontrak memuat arti sendiri, nah di buku ini aku beberin semuanya. Ini berdasarkan pengalamanku yang pindah label sampai 3 kali, jadi paling nggak aku sudah tahu seluk beluk dunia rekaman di Indonesia seperti apa. Di sini juga kupaparkan faktor apa yang bisa membuat seorang aktris atau musisi bisa bertahan, karena nggak selamanya bermodalkan bakat saja bisa menjamin karier bertahan lama.
Pokoknya, di buku ini semuanya ada yang menurutku bermanfaat untuk diketahui semua orang. Karena, tujuan buku ini memang bukan bercerita tentang aku, tapi ingin memberitahu fakta dari dunia hiburan, dari sisi susah sampai senangnya. Seperti pengalamanku syuting, dimana harus bawa kursi lipat sendiri. Mana ada aktris Indonesia yang punya trailer sendiri seperti bintang Hollywood? Di dalamnya, juga kutambahkan beberapa juicy gossip di balik dunia hiburan dan pengalamanku dicekal oleh salah satu produser stasiun televisi, yang belum pernah dibahas media. This is my book, so I can write anything I want.”
What's On Fimela
powered by
Next
Kangen Itu Pasti Ada
“Rasa kangen dengan sibuknya jadwal manggung, pemotretan, latihan, tur, pasti ada, apalagi kalau baca tweet dan lihat foto manggung sesama teman musisi, aku tergelitik lagi. Cuma, sampai sekarang aku belum lihat titik dimana aku bisa kembali sibuk. Dari segi domisili, aku di Hongkong, kalau mau manggung aku perlu waktu untuk latihan dan mengembalikan lagi kualitas seperti dulu. Aku break sudah setahun, dan pasti nggak bisa menghadirkan kualitas yang maksimal kalau semuanya dipaksakan, jadi keinginan itu masih disimpan saja. Memang sempat ada beberapa tawaran, seperti bikin show reuni yang sempat mau kuseriusin, tapi mundur lagi karena aku minimal harus di Jakarta sebulan untuk mencari venue, menentukan konsep, mencari kostum, latihan, dan sebagainya. Sementara, suami nggak mungkin dong ditinggal sebulan? Ini pintar-pintarnya aku untuk menentukan skala prioritas. Makanya, setiap ada yang nanya kapan aku balik lagi ke dunia hiburan, kujawab dengan, “maybe someday”, karena nggak bisa dipungkiri rasa kangen itu ada, cuma aku harus realistis.”
No Plan, Just Go with The Flow
“Setelah berhenti dari dunia nyanyi, aku sama sekali nggak punya rencana mau ngapain, nulis buku itu pun semasa hamil dulu karena kepengen mengerjakan sesuatu dan dipicu oleh banyaknya pertanyaan via Twitter tentang cara seluk beluk dunia hiburan. Untuk sementara ini, Juno saja dulu yang menjadi fokusku, karena jujur aku juga heran bagaimana caranya membagi dan mengatur waktu antara kerja dan mengurus anak. I salute every working mom, because I don’t know how to do it. Aku saja yang benar-benar break dari bekerja, masih kewalahan dan sering kurang tidur. Beberapa waktu sempat ngobrol dengan Sarah Sechan,Indy Barends, dan Titi DJ, tentang cara mereka mereka tetap bekerja sambil mengurus anak. Mereka bilang kalau anak-anak mereka dibiasakan dengan ritme ibunya sejak kecil, jadi dibawa kemana pun aktivitas ibunya. Aku rasa aku nggak bisa mempraktekkan itu ke Juno.”
Next
Keputusan untuk Berhenti
“Keputusanku untuk berhenti menyanyi sudah kusampaikan sedari lama kepada seluruh tim, cuma tanggal kepergiannya memang ternyata dipercepat dari target awal. Hubunganku dengan tim sangat dekat bahkan sampai ada yang jadi penariku selama 11 tahun. Saking dekatnya, aku menamakan ini sebagai Geng Sirkus, karena setiap tur bawaannya sudah banyak, pasti ada saja kejadian di pesawat saat menaikkan barang ke kabin, begitu juga kalau saat makan di luar setiap selesai manggung, pasti ada cerita berkesannya. They are still my family.”
I Was Born to be A Mother
“Banyak orang yang mengira kalau aku sangat nggak keibuan karena melihat karakterku yang jejingkrakan di atas panggung, tapi banyak yang nggak tahu kalau dari dulu aku sudah punya motherly instinct. Beberapa tahun lalu, aku jatuh cinta dengan seorang anak di sebuah panti asuhan dan sudah mau mengadopsinya, tapi gagal karena nggak memenuhi syarat. Rasa kecintaanku pada anak-anak sudah sebesar itu sebenarnya sejak dulu. I love kids and babies naturally.”
I’m the new and improved Shanty!
“Dulu aku beneran musuhan dengan dapur, karena selama bertahun-tahun langganan diet catering, jadi nggak merasa perlu untuk belajar masak. Tapi, dengan tinggal di negara orang dan jauh dari keluarga, aku merasa ada untungnya juga. Aku nggak punya pilihan selain mengerjakan semuanya sendiri, jadi aku harus belajar dan bisa apa saja, mulai dari masang mesin cuci sampai bisa nyala hingga masak. Sekarang, masak malah jadi tugas rumah tangga yang paling kusuka dan membuatku punya banyak buku resep, apalagi hasil masakanku selalu dipuji enak oleh suami, makanya jadi semangat terus untuk masak.”
Tentang Hongkong
“I’m in fashion heaven! Di Hongkong, segila apapun gaya fashion kita, semua ada. Dan, kalau sudah tahu outlet mana yang menyediakan barang-barang fashion bermutu dengan harga miring, bisa dapat sepatu Christian Louboutin dengan harga Rp. 2.500.000 saja! Bahkan, untuk menempuh pusat perbelanjaan yang aksesnya susah pun, nggak masalah untuk aku, karena aku cuma mikir isi di dalamnya, kesulitannya nggak jadi masalah. Apalagi, kalau masa sale di Hongkong, the latest item akan cepat banget lakunya, jadi kompetitif sekali di sana. Karena hobi belanja ini, aku jadi membuka online shop untuk menampung barang-barang lucu yang ada di sana untuk dijual lagi. Kalau aku masih nyanyi sampai sekarang, bisa dapat banyak banget aksesori untuk manggung, sementara sewaktu aku aktif nyanyi, sama sekali nggak pernah ke Hongkong. What was I thinking?!”