Next
Apa yang berasal dari dalam, itulah yang paling hebat untuk mampu menghancurkan. Analogi itu bisa dilihat dari begitu banyaknya grup musik yang bubar karena cekcok internal. Ambil contoh The Beatles. Grup musik dari tahun 1960 yang legendanya masih terasa hingga sekarang ini, bermula dari sekelompok anak muda amatir yang senang memainkan genre musik skiffle (musik populer yang dipengaruhi oleh genre jazz, blue, folk, dan country), lalu bisa berubah menjadi fenomena mengagumkan dimana Beatlemania, sebutan untuk grup musik ini, membantu mereka menjadi sebuah sejarah sebagai band rock tersukses sepanjang masa. Tapi, ketenaran itu ternyata bukan jaminan untuk menghindarkan mereka dari kehancuran, karena rasa iri di antara personil, rasa nggak aman, dan percekcokan ketat antara Paul McCartney, John Lennon, George Harrison, dan Ringo Star, tetap mampu menceraiberaikan mereka.
“Perceraian” yang terjadi tubuh musik band bisa terjadi dengan berbagai macam alasan. Layaknya sebuah rumah tangga antara suami dan istri, salah satu penyebabnya adalah dominasi yang dipegang oleh satu pihak atau orang tertentu, sehingga menciptakan gap yang seharusnya nggak ada. Rock band yang sudah bersama-sama selama bertahun-tahun lamanya, nggak bisa memungkiri bahwa perasaan kecewa dengan personil lainnya, akhirnya bisa terkulminasi dan meledak menjadi suatu kemarahan besar. Satu atau dua orang anggota dari band tersebut, secara sadar atau nggak, menjadi pihak yang dominan dan meminggirkan personil yang lain. Sang penyanyi utama yang seringkali memegang peran sebagai pencipta lagu, akhirnya memperlakukan personil lain secara nggak adil, dan lama-kelamaan resmi menjadi kehancuran. Itulah kira-kira yang terjadi di tubuh The Beatles dimana Lennon dan McCartney menjadi pihak dominan, sementara Harrison dan Star terpinggirkan hingga akhirnya mereka benar-benar angkat kaki dari band yang membesarkan mereka.
Lalu, apa benang merah antara The Beatles dengan Kings of Leon (KOL), band rock pemenang Grammy Awards tahun 2010 berkat suksesnya single “Use Somebody” tersebut? Memang KOL belum sampai bubar, karena sampai sekarang mereka masih berada dalam satu bendera. Tapi, di antara kedua band berjarak usia kurang lebih 40 tahun itu, sama-sama memiliki masalah internal yang membuat band ini tampak sangat nggak profesional.
What's On Fimela
powered by
Next
KOL kini sedang menjadi sorotan, tapi bukan karena single terbaru mereka sedang menduduki posisi pertama di daftar lagu tertentu. Pada awal Agustus ini, KOL mengumumkan sebuah kabar buruk, yaitu membatalkan seluruh jadwal tur keliling Amerika Serikat mereka dengan alasan masalah suara dan kelelahan yang diderita oleh vokalisnya, Anthony Caleb Followill. Ini bukan kali pertamanya KOL membuat berita dengan membatalkan sesuatu, karena pada konser mereka di Gexa Energy Pavillion di Dallas, Texas, pada 29 Juli 2011 lalu, Caleb secara sepihak memberhentikan konser dan meninggalkan panggung dengan alasan ingin pamit minum sebentar ke belakang panggung akibat suhu panas di venue konser. Namun, ia nggak kembali lagi ke atas panggung sehingga adiknya, Jared Followil, yang memegang posisi sebagai gitaris bas, meminta maaf kepada penonton dan mengumumkan bahwa konser telah selesai.
"My voice is completely 100 per cent wrong, I'm sorry... Do you know what? I'm going to drink some beer and I'm going to drink some tequila and I'm going to have a good time, and for the record I'm not drunk... I'm just f**king hot... I'm about to fall down here because I'm so goddamn hot. I have no goddamn idea what the f**k is going on, all I know is that I'm married to the prettiest f**king girl in the whole world... I'm gonna go backstage for a second. I'm gonna vomit, I'm gonna drink a beer and I'm gonna come back out here and I'm gonna play three more songs," ujar Caleb saat itu sambil berlalu dan nggak kembali lagi ke panggung.
Kejadian bulan lalu itu kini mejadi semacam sinyal yang sudah memberi tanda-tanda bahwa terjadi sesuatu yang salah dengan band keluarga tersebut di tengah kesuksesan mereka. Caleb yang dipandang oleh semua orang sebagai sumber masalah atas kecanduannya pada alkohol, tetap mendapat dukungan dan pembelaan dari personil yang lain. Baik bagi Nathan Followill (drummer) maupun Jared, menganggap awal karier bermusik mereka dimulai dari sesuatu yang tulus, yaitu manggung dari satu gereja ke gereja yang lain karena pengaruh ayah mereka yang berprofesi sebagai pendeta Pantekosta di Mississipi. Maka, masalah kecanduan alkohol dan obat-obatan yang sedang dialami oleh Caleb, mereka anggap sebagai sebuah cobaan yang akan membuat mereka semakin solid di kemudian hari dan mereka dengan besar hati untuk menyelesaikan masalah ini secara bersama-sama.
"A band's normal struggles are when one guy's doing drugs and the rest of them are not, whose vocal problems were cited after the truncated concert. "When we did drugs or drank, we did it together. The only struggle for us was it took us four records before people took us seriously in this country," ujar Caleb kepada “PEOPLE”, sesaat sebelum pengumuman pembatalan konser KOL disampaikan.
Kini, KOL resmi rehat sementara sambil menunggu membaiknya kondisi Caleb. Semoga saja “masalah kecil” ini nggak mendudukkan karier mereka yang baru saja naik secara internasional sejak tahun 2008. Atau, semoga saja, keserampangan jalan berpikir Caleb yang nyatanya berpengaruh untuk semua personil band, nggak akan membuat satu persatu personil mencari “udara segar” di proyek musik lain, yang akhirnya membuat nama KOL berhenti begitu saja. Hanya karena keegoisan satu orang. Semoga saja, apa yang terjadi di The Beatles, nggak terjadi pada mereka.